Abu Sayyaf Enggan Turunkan Nilai Tebusan John Ridsdel

John-Risdel.jpg
(TELEGRAPH)

RIAU ONLINE - Berita kematian John Ridsdel usai batas waktu yang ditetapkan oleh kelompok ekstremis Islam Abu Sayyaf untuk pembayaran uang tebusan dilewati. Abu Sayyaf menuntut uang tebusan lebih dari 8.100.000 dolar untuk Ridsel dan tiga lainnya.

 

Mantan kepala konsuler di Kementerian Luar Negeri Kanada, Gar Pardy mengatakan pemerintah selalu melakukan negosiasi dengan kelompok teroris dan penjahat asing yang menculik warga negaranya.

 

"Tapi peraturan sederhananya adalah: kalian harus membayar. Sesederhana itu," kata Pardy seperti dikutip dari National Post, Senin (25/4/2016).

 

Kelompok Abu Sayyaf memberikan batas waktu pembayaran uang tebusan tersebut hingga Senin (25/4/2016) pukul 15.00 waktu setempat. Namun, pemerintah Kanada gagal memenuhi tuntutan uang tebusan itu.

BACA JUGA: Abu Sayyaf Penggal warganya, PM Kanada: Tindakan Pembunuhan Berdarah Dingin

 

Mantan Perdana Menteri Ontario, Bob Rae yang berteman dengan Ridsdel menegaskan bahwa ia telah berupaya untuk mengamankan dan membebaskan Ridsdel.

 

Menurutnya, pemerintah Kanada terlibat langsung dalam proses negosiasi dengan para penculik itu, namun Abu Sayyaf menolak untuk menurunkan nilai uang tebusan tuntutan mereka.


 

Sementara Pardy mengatakan kenyataannya jauh lebih rumit, pemerintah menggunakan perantara untuk bernegosiasi dengan Abu Sayyaf, sesuai dengan prinsip yang tidak berkompromi terhadap kelompok teroris.

 

"Tujuannya adalah untuk membebaskan warga tanpa cedera dan terkadang harus menugaskan orang lain. Tidak membayar secara langsung, tetapi membayar melalui perantara," ujar Pardy.

KLIK JUGA: PM Kanada Marah Besar Warganya Dieksekusi Abu Sayyaf

 

Menurut Pardy, Pemerintah Kanada tidak bernegosiasi karena tidak ingin menimbulkan lebih banyak penculikan dan Kanada sangat tertutup terhadap perundingan yang terjadi 'di balik layar' untuk alasan yang sama.

 

Pemerintah Kanada mengemban tugas yang rumit untuk melakukan negosiasi. Mereka harus menemukan seseorang yang dapat dipercaya sebagai perantara untuk mewakili pemerintah dalam mengatur pengiriman uang.

 

"Anda butuh orang yang sangat berani untuk menegosiasikan hal ini. Dan kebanyakan negosiasi dilakukan dari jarak jauh," kata Pardy.

 

Ridsdel bukan warga Kanada pertama yang diculik dan disandera dengan tebusan oleh kelompok teroris dalam beberapa tahun berakhir.

 

Sebelumnya pada 2008 silam, tiga warga Kanada juga menjadi korban penculikan di berbagai negara. Mereka adalah mantan duta besar Kanada Robert Fowler diculik Niger, jurnalis Amanda Lindhout diculik di Somalia dan jurnalis Mellissa Fung diculik di Afghanistan.

 

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline