Ribuan Anak di Provinsi Ini Berayahkan Wisatawan Asing

Lester-anak-yang-lahir-dari-Bapak-Amerika.jpg
(DW.COM)

RIAU ONLINE - Di kota ini, ribuan anak lahir dengan berayahkan para wisatawan asing, baik dari Eropa, Amerika Serikat, Afro-Amerika bahkan dari Asia, seperti Jepang. 

 

Anak-anak tersebut ada yang tahu siapa ayah mereka, ada tidak mengenal siapa bapak biologis mereka. Bahkan, saat mereka lahir di bumi ini, lak-laki telah membuahi ibu mereka, entah dimana keberadaanya. 

 

Kemiskinan dan tidak adanya peluang kerja, kerap membawa gadis-gadis muda di Kota Olopango, Filipina, terjun dalam dunia prostitusi. Banyak juga perempuan muda dari kota lain datang ke sini guna mencari pekerjaan di bar.

 

Di negara bermayoritas Katolik ini, seperti dilansir dari dw.com, alat kontrasepsi sulit didapat. Akibatnya, setiap tahun lahir ribuan anak berayahkan wisatawan asing. Kebanyakan dari mereka tumbuh dalam kemiskinan.

 

Generasi tanpa Ayah

Daniel (4 tahun), kemungkinan tidak akan pernah mengenal ayahnya, seorang warga Amerika Serikat. Kedua kakaknya berayahkan orang Filipina, juga meninggalkan ibunya.

 

Anak-anak Lahir dari Wisatawan

DANIEL (4 tahun) kemungkinan tidak akan pernah mengenal ayahnya, seorang Amerika. Kedua kakaknya berayahkan orang Filipina, yang juga meninggalkan ibunya.

 

Ibu Daniel, sejak bertahun-tahun bekerja di sebuah bar. Agar dapat memberikan masa depan lebih baik bagi anak-anaknya, kini ia berharap dapat bekerja di sebuah pabrik elektro milik warga Korea Selatan.

 

Tak hanya itu, di Kota Olopango ini, anak-anak bak semacam warisan wisata seks. Contohnya Ryan, ayahnya berasal dari Jepang. Ibu Ryan masih bekerja sebagai PSK di sebuah bar di Olongapo. Ryan memiliki empat saudara, juga dengan ayah yang berbeda-beda.

 

Ryan, Anak yang Lahir dari Warga Jepang

RYAN (tengah) bermain dengan bola basket sebagai aktivitas favoritnya. Ayahnya orang Jepang dan ibunya masih bekerja sebagai PSK di sebuah bar di Olongapo.

 


Akibat dilahirkan dan dibesarkan tanpa kehadiran ayah bilogis mereka, anak-anak tersebut mendapat perlakuan tak sepantasnya dari rekan seusianya. 

 

Anak berkulit putih, seperti Sabrina kadang dijuluki "Bangus" atau Ikan Bandeng. Dalam lingkungan mereka, anak-anak ini biasanya "dibedakan".

 

Namun, berkat wajah mereka, kadang nasib lebih beruntung, bisa berkarir di dunia film atau mode. Sabrina, maupun ibunya, tidak memiliki kontak lagi dengan ayahnya di Jerman.

 

Sabrina, lahir dari ayah bule

Sabrina (tengah) kadang dijuluki "Bangus" atau Ikan Bandeng. Dalam lingkungan mereka, anak-anak ini biasanya "dibedakan".

 

Ditinggal sebelum Bertemu

Setiap hari Leila menyandang ranselnya yang penuh dengan buku dan pensil. Anak perempuan lima tahun ini tidak sabar lagi untuk bisa pergi ke sekolah tahun depan. Ayahnya 'kabur' kembali ke Amerika Serikat, saat ia masih berada dalam kandungan.

 

Tak hanya Leila, nasib serupa juga dialami Ayla. Ayahnya juga warga Amerika berkulit hitam (Afro-Amerika). Ibunya, yang tidak pernah belajar membaca dan menulis, dulu bekerja sebagai PSK . Sekarang ia membuka jasa cuci baju.

 

Leila, anak dari ayah seorang Warga AS

SETIAP hari Leila menyandang ranselnya yang penuh dengan buku dan pensil. Gadis berusia lima tahun ini tidak sabar lagi untuk bisa pergi ke sekolah tahun depan.

 

Anak-anak yang lahir dari beragam latar belakang gen, membuat mereka memperoleh stigma hingga usia beranjak besar. Contohnya, anak-anak berayahkan warga Afrika atau Afro-Amerika kerap menghadapi "diskriminasi" di lingkungan mereka, dengan menyebut mereka "Negro".

 

Contoh lainnya, anak laki-laki Angela bernama Samuel. Ia berayahkan seorang warga Swiss. Angela tidak memiliki kontak lagi dengan orang yang pernah memadu kasih dengannya itu sejak ia mengandung Samuel. Kini Angela bersuamikan orang Filipina, dan telah dikaruniai bayi. Pekerjaannya di bar ia tinggalkan demi suaminya.

 

Usai Menghamili, Ditinggal Begitu Saja

PUTRA Angela, Samuel, berayahkan seorang warga Swiss. Angela tidak memiliki kontak lagi dengannya sejak ia mengandung Samuel.

 

Hal lainnya juga dialami Pamela. Ibunya, Rachel, seorang tunarungu dan tunawicara. Pada usia 16 tahun, Pamela mulai bekerja di bar di Olongapo.

 

Dengan ponselnya, Rachel menunjukkan foto ibunya, Saat berumur 20 tahun, bersama pacar Jermannya. Sejak kelahiran Rachel, ayahnya kerpa mengirim uang dari Jerman. Namun sejak beberapa bulan, tidak ada kabar lagi darinya.

 

Rachel lahir dari Bapak Jerman

SEJAK lahir, ibu Rachel, Pamela (kiri), tunarungu dan tunawicara. Pada usia 16 tahun, Pamela mulai bekerja di bar di Olongapo. Dengan ponslenya, Rachel menunjukkan foto ibunya ketika berumur 20 tahun, bersama pacar Jermannya.

 

Tidak Mampu Berobat

Bukan hanya tak mendapat pengakuan dari ayah mereka, anak-anak malang itu juga ada memiliki kelainan. Lester, contohnya. Anak berusia satu tahun ini saat ayahnya meninggal.

 

Selama tujuh tahun, ibunya, Jessica, hidup bersama dengan ayah Lester, seorang Amerika, merupakan manajer di sebuah bar tempat Jessica bekerja. Lester menderita pneumonia parah. Namun ibunya yang kini bekerja di sebuah laundry tidak memapu membawanya ke dokter.

 


Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline