WHO Sebut Pasien Covid-19 Meninggal di India 4,7 Juta Orang, India Menolak

pasien-corona-meninggal25.jpg
((Instagram @untoldmovement))

RIAU ONLINE, NEW DELHI-Organisasi kesehatan Dunia (WHO) yang menyatakan korban meninggal akibat COVID-19 di India sekitar 10 kali lebih tinggi daripada penghitungan resmi, dan juga merupakan yang tertinggi di dunia. Namun Pemerintah India telah menolak laporan itu.

Berapa banyak nyawa yang hilang di India karena pandemi itu telah menjadi pokok bahasan yang banyak diperdebatkan. Studi oleh WHO menyatakan korban tewas akibat COVID di India mencapai 4,7 juta hingga akhir 2021, sedang pemerintah menyatakan jumlahnya 481 ribu.

Studi lainnya, termasuk yang dilakukan jurnal kedokteran Lancet yang dirilis bulan lalu telah menyatakan bahwa korban meninggal di India dihitung lebih rendah daripada angka faktualnya. Mereka memperkirakan korban tewas enam hingga tujuh kali lebih tinggi daripada data resmi.

Perkiraan WHO mencakup orang-orang yang meninggal sebagai dampak langsung COVID-19 atau karena dampak tidak langsung yang lebih luas semasa pandemi terhadap sistem kesehatan.

Namun, pemerintah mengecam metodologi yang digunakan dan menyatakan WHO telah menerbitkan perkiraan tingkat kematian yang sangat berlebihan “tanpa mengatasi keprihatinan India secara memadai” atau memperhitungkan data “otentik” yang diajukan India dikutip dari riauonline, 

Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga mengemukakan dalam sebuah pernyataan bahwa besarnya negara, keragaman dan 1,3 miliar populasi negara itu membuat pendekatan dan model “satu macam yang sesuai untuk semuanya” oleh badan PBB itu mungkin tidak dapat diterapkan di India.


Para pakar menyatakan kajian itu harus dianggap serius karena angka-angka WHO kurang lebih sesuai dengan perkiraan independen mengenai penghitungan yang lebih rendah daripada sesungguhnya di India.


“Sistem pemodelan yang digunakan untuk studi ini cukup standar dan jika pemerintah India memiliki keberatan, mereka harus membuktikan argumen untuk menolak itu,” kata Gautam Menon, profesor Biologi dan Fisika di Universitas Ashoka India dan pakar pemodelan matematis.

“Mereka tidak terlalu spesifik tetapi hanya menyatakan bahwa mekanisme negara untuk pencatatan kematian sangat bagus,” lanjutnya.

Yang lainnya menunjukkan bahwa bahkan data baru-baru ini yang diungkapkan pemerintah India menunjukkan angka kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan angka-angka resmi. Pekan ini pemerintah merilis data yang menunjukkan 8,1 juta kematian lebih banyak pada tahun 2020 – 6% lebih tinggi atau sekitar setengah juta kematian lebih banyak dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2020, India mencatat 149 ribu kematian akibat COVID.

Ekses kematian adalah ukuran seberapa banyak orang lagi yang meninggal daripada yang diperkirakan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Pemerintah telah menyatakan bahwa jumlah kematian yang lebih tinggi pada tahun 2020 tidak dapat dikaitkan dengan pandemi. “Ada narasi publik di media, berdasarkan perkiraan berbagai pemodelan, bahwa kematian akibat COVID-19 di India jauh lebih banyak daripada angka yang dilaporkan – kenyataannya tidak demikian,” kata V.K. Paul, pejabat kesehatan senior yang memimpin upaya India memerangi pandemi, kepada televisi pemerintah. Ia mengatakan pemodelan dapat menyebabkan “estimasi berlebihan, estimasi yang absurd.”

Para pejabat kesehatan India secara terus menerus menyatakan bahwa total infeksi dan kematian di negara itu sebagai proporsi dari populasi yang sangat banyak di negara itu lebih rendah daripada total di banyak negara lain, termasuk di negara-negara maju dan bahwa ini menegaskan keberhasilan negara itu dalam memerangi pandemi.

Namun, para pakar menggarisbawahi perlunya memperkirakan angka yang akurat.

Hingga April 2022, India telah melaporkan 524 ribu kematian dan 43 juta infeksi akibat COVID-19 – jumlah tertinggi setelah AS dan Brasil.

India bukan satu-satunya negara di mana catatan korban meninggal lebih rendah daripada angka yang sebenarnya, menurut laporan WHO. Badan dunia ini menyatakan negara-negara seperti Indonesia dan Mesir memiliki masalah serupa.