Abrasi Gerus Bibir Pantai Selat Lalang Sungai Apit, Rumah Warga Pesisir Terancam Roboh

Abrasi-Gerus-Bibir-Pantai-Selat-Lalang-Sungai-Apit-Rumah-Warga-Pesisir-Terancam-Roboh.jpg
(Hendra Dedafta/Riau Online)

RIAU ONLINE, SIAK – Abrasi yang terus menggerus pesisir pantai Selat Lalang, di Kampung Kayu Ara dan Kampung Bunsur, Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak, Riau, kian mengkhawatirkan. 

Gelombang laut selat lalang yang menghantam daratan setiap tahun menyebabkan sejumlah rumah warga di pesisir roboh, rusak parah, bahkan sebagian di antaranya terancam roboh.

Dian Susanti (51), salah satu warga terdampak, menceritakan kondisi memprihatinkan rumahnya yang kini sudah berjarak sekitar 15 meter dari bibir laut. Padahal pada tahun 2010 rumah tersebut bagian pintu depan menopang tepat di atas tanah bibir pantai. 

“Dulu rumah kami pintu bagian depan di atas tanah. Bagian belakang rumah sudah diatas air, sekarang seluruhnya sudah seperti mengapung, karena tanah di bawahnya terus hilang digerus ombak. Seluruh rumah sudah ditopang pakai kayu,” ujar Dian dengan nada cemas saat ditemui di Kampung Bunsur, Rabu, 18 Juni 2025.

"Pernah di suatu malam saat tidur turun hujan, angin kencang dibarengi ombak menghempas kencang, rumah goyang kuat hampir roboh, kami terpaksa lari keluar ke daratan menyelamatkan diri," imbuhnya. 

Menurut Dian, dirinya bersama warga lain menggantungkan hidup dari laut dengan mengolah hasil tangkapan ikan menjadi ikan asin. Namun kini, selain menghadapi ancaman abrasi, mereka juga dibayangi kekhawatiran rumah roboh setiap kali musim pasang atau cuaca buruk datang.

Beberapa rumah warga bahkan sudah ada yang ambruk dan harus direlokasi oleh pemerintah kampung ke lokasi yang lebih aman. Namun, tidak semua warga memiliki kemampuan untuk pindah.

“Bukan tidak mau pindah, tapi kami tidak punya tanah dan uang untuk bangun rumah baru. Bertahan hidup dari laut saja sudah sulit,” tutur Dian. 


Dian berharap ada perhatian serius dari pemerintah daerah maupun pusat. Mereka mendesak adanya solusi jangka panjang seperti pembangunan tanggul penahan ombak atau pelindung pantai untuk menyelamatkan tempat tinggal mereka.

Hingga kini, belum ada penanganan konkret dari pemerintah. Sementara itu, warga pesisir Sungai Apit terus berjibaku mempertahankan rumah mereka dari ancaman gelombang laut yang setiap tahun semakin mengganas.

Kerani Kampung Bunsur, Affarizan, mengatakan abrasi yang sangat signifikan telah menyebabkan tiga rumah warga roboh dan puluhan lainnya dalam kondisi terancam.

"Sudah ada tiga rumah yang roboh. Satu rumah total itu pada tahun 2023 dan sudah kami relokasi ke tempat baru. Dua lainnya terpaksa ditopang dengan pancang kayu oleh pemiliknya," jelas Affarizan. 

Selain itu, pihak kampung juga telah mencatat ada sekitar 30 rumah lainnya yang posisinya sudah mulai jauh dengan bibir pantai dan berpotensi roboh jika abrasi terus berlanjut.

"Dampak abrasi tak hanya merusak permukiman, tetapi juga mengancam dua lokasi pemakaman warga. Satu lokasi sudah diturap, sementara satu lagi masih dalam kondisi rawan. Kami berharap usulan pembangunan turap makam ini bisa terealisasi pada tahun 2026," tambahnya. 

Affarizan mengungkapkan, abrasi di wilayahnya telah menggerus daratan sekitar 10 meter. Saat ini, jarak abrasi hanya sekitar 100 meter dari jalan poros utama Kampung.

Sebagai bentuk mitigasi awal, pemerintah kampung telah melakukan berbagai upaya seperti penanaman mangrove dan pemasangan pancang di sepanjang pesisir. Namun, solusi ini hanya bersifat sementara. 

"Pancang memang bisa sedikit memperlambat abrasi, tapi tidak bertahan lama," ujarnya.

"Sebelumnya, pemerintah kampung telah mengusulkan pembangunan turap untuk menahan abrasi. Alhamdulillah, informasinya pembangunan bronjong sepanjang 400 meter akan segera dilakukan. Mudah-mudahan ini benar-benar terlaksana," imbuhnya. 

Situasi kritis ini juga mendapat perhatian dari pemerintah daerah.

"Kemarin kami dikunjungi oleh Bupati Siak Afni Zulkifli, dan hari ini oleh Wakil Bupati. Kami berharap kehadiran mereka dapat membawa solusi nyata bagi kecemasan warga yang tinggal di pesisir," pungkasnya.