Pasar Kodim Pekanbaru Tak Pernah Sepi Diburu Pembeli

pasar-kodim.jpg
(Laras Olivia/RIAUONLINE)

RIAUONLINE, PEKANBARU - Meski masih dalam pandemi Covid-19, kini roda perekonomian mulai bergeliat. Seperti di satu pusat perbelanjaan barang bekas di Kota Pekanbaru, Pasar Kodim. Gerai yang biasanya kosong kini mulai ramai.

Banyak masyarakat datang ke pasar yang berada di lantai tiga Plaza The Central. Pengunjung yang datang ke Pasar Kodim atau Pasar Jongkok (PJ) ini dimanjakan dengan berbagai macam pilihan barang.

Ada yang menjual pakaian, jaket, sepatu, topi, kaus kaki hingga mainan anak. Harga barang bekas di pasar yang berada di Jalan Ahmad Yani, Kota Pekanbaru ini dibanderol dari harga termurah hingga fantastis.

Pembeli bisa menawar kepada pedagang untuk harga barang yang diinginkan. Tak jarang pembeli bisa mendapatkan barang dengan kualitas premium. Mereka harus sabar dan teliti agar bisa mendapatkan barang branded.

Satu penjual barang bekas, Pak Ndut mengaku saat ini pembeli sudah ramai. Ia mulai memasok barang-barang agar gerai miliknya bisa menjadi sasaran pembeli.


"Sudah ramai, kita buka dari pagi tadi jam 09.00 sudah banyak pembeli yang datang," uajr Pak Ndut saat ditemui riauonline.co.id.

Ia menyebut, pembeli tidak hanya warga Pekanbaru saja. Menurut Pak Ndut, ada banyak yang datang dari daerah lain. Antusias pengunjung sangat tinggi. Tak hentinya para pembeli datang silih berganti menyerbu barang bekas asal Singapura tersebut.

Pria yang menjual celana dan baju bekas ini menyebut, omset per hari yang diterima juga meningkat. Omset perhari berkisar Rp 300 hingga 500 ribu.

"Harga per karung barang asal Singapura ini saya ambil Rp3 Juta. Baju bekas Rp a5 ribu per lembar, celana Rp 45 Ribu, dan jaket Rp 60 Ribu," paparnya.

Pasar Kodim selalu ramai pembeli karena harga barang relatif murah dibandingkan harga barang-barang di pasar tradisional. Pengunjung bisa datang mulai pukul 09.00 WIB sampai Pukul 17.00 WIB.

Namun ada kekurangan dari pasar yang sudah lebih dari 10 tahun ini. Banyaknya tumpukan pakaian, sepatu dan barang bekas lainnya membuat aroma debu dan apek menyeruak. Semakin dalam menjelajah, maka semakin pengap dan gerah karena sirkulasi udara terbatas dan tidak ada AC.