Kader Senior Beberkan Biang Kekalahan Golkar di Pilkada

kader-senior-golkar-masnur.jpg
(sigit)

RIAUONLINE, PEKANBARU - Kader Senior Golkar, Masnur mengaku kecewa partai Golkar gagal di Pilkada serentak kali ini. Ia menyebut Golkar sebetulnya diuntungkan karena memiliki pimpinan tertinggi baik di Legislatif maupun eksekutif.

"Ini yang jadi pertanyaannya, kenapa Golkar bisa tumbang dengan pimpinannya yang kita anggap penguasa, yang kita anggap secara jabatan politik dapat memberi multiplier effect terhadap ketokohan eksekutif untuk kepentingan partai Golkar," ujarnya Senin, 14 Desember 2020.

Meski Pilkada ini hanya tujuan untuk target yang lebih besar yakni Pileg 2024, ia khawatir ini adalah ambang Golkar kehilangan kekuatan di parlemen.

Ia menilai sejumlah permasalahan membuat Golkar melemah di Pilkada 2020.

"Pertama, kita tidak menjadikan Golkar partai batin kita. Kita tidak sepenuh hati mencintai Golkar. Sehingga jika kita sudah menjadikan ideologi partai sebagai ideologi kita maka perjuangan akan kuat," jelasnya.

Selain itu, ia menyebut gagalnya DPD I Golkar menyelesaikan friksi-friksi di DPD II menjadi sumber kekalahan Golkar.

"Terjadinya friksi-friksi di partai Golkar yang semuanya sudah di ketahui DPD I. Jika Zulfan Heri menyatakan ini penyakit tahunan itu betul, tetapi kenapa dibiarkan oleh mereka?," Ungkapnya.


Ia menjelaskan, gagalnya konsolidasi ini menyebabkan suara di akar rumput pecah. Terjadi pengkotak-kotakan di bawah tentang bagaimana Konsolidasi partai, padahal konsolidasi kunci sukses partai yang pertama.

"Karena konsolidasi tidak tuntas maka terjadilah pecah belah, friksi, termasuk pencalonan, dan sikap ideologi dari para kader," jelasnya.

Ia menyebut gagalnya konsolidasi ini berbuntut pada pecahnya dukungan kader dan simpatisan Golkar yang malah mendukung Paslon di luar usungan Golkar.

"Tidak segan-segan sekarang kader yang merasa tidak terkonsolidasi mendukung kader lain. Mereka pecah mendukung yang lain," jelasnya.

Ia menilai, paslon yang diusung Golkar sebetulnya sangat siap. Memiliki modal materil dan non materil. Namun friksi-friksi yang ada justru memperlemah.

Ia mencontohkan Rohil yang mengusung Asri Auzar dan Fuad Ahmad.

"Partai ini harus konsisten, dan patuh melaksakan aturan partai. Kalau aturan partai sudah keluar, orang mau maju kesana kesini silahkan, tapi jangan bawa gerbong."

Ia menyarankan agar partai menjaga konsistensi dalam menghimpun dukungan terhadap paslon yang diusungnya.

"Saya sarankan, partai Golkar harus konsisten agar Marwah partai terjaga. Kalo kita sudah dukung paslon ini, harus Paslon ini yang kita dorong," ujarnya.

Ia juga meminta Golkar tegas menyikapi kader yang membelot baik yang maju dan mendukung agar tidak lagi diberi ruang.

"Kalau ada calon lain yang lari, berarti dia bukan lagi kader Golkar. Tidak perlu dipanggil-panggil lagi ketika dia menang. Kalau dia diterima lagi setelah menang membuat kecewa kader lain, periode berikutnya orang akan seperti itu lagi," bebernya.

Ia berharap Golkar dapat lebih menghargai kinerja kader yang serius berjuang untuk partai.

"Jangan sampai kader yang sudah bertungkus lumus kecewa, akhirnya marwah partai dipertaruhkan," tutupnya.