Yuk Intip Kegiatan Komunitas Bahu Jalan Bersama Anak Jalanan

komunitas-bahu-jalan-pku.jpg
(istimewa)

RIAU ONLINE, PEKANBARU – Mengajar anak jalanan dengan sukarela adalah kegiatan yang rutin dilakukan oleh komunitas Bahu Jalan. Program mengajar anak jalanan ini sudah ada sejak tahun 2017.

Kegiatan mengajar dilakukan tiga kali dalam sepekan. Materi yang diberikan bersifat umum karena mereka terdiri dari berbagai macam usia.

Sebelum memulai mengajar biasanya anak-anak akan ditanya terlebih dahulu materi yang ingin dibahas. Karakter anak jalanan terkenal keras dan bebas membuat mereka tidak bisa mendapatkan paksaan.

“Kita tidak bisa memaksa mereka, jadi kita yang menyesuaikan dengan keinginan mereka,” ujar Novi, wakil ketua komunitas Bahu Jalan.

Kegiatan mengajar anak jalanan biasanya dilakukan sekitar pukul 16.00 WIB. Mulanya komunitas ini merasa kesulitan memberikan pengertian kepada orangtua anak-anak yang berjualan. Banyak yang dilarang oleh orangtua mereka.

Seiring berjalannya waktu dan terjalin kedekatan antara komunitas dengan anak-anak dan keluarganya maka terasa lebih mudah mengajak untuk belajar.

“Kalau sekarang liat kami mereka otomatis langsung berkumpul dengan sendirinya,” ujarnya.

Materi yang diberikan yaitu pengetahuan umum, pelajaran agama dan seni. Komunitas Bahu Jalan menerapkan sistem mengajar yang tidak monoton.

Jumlah anak jalanan yang berpartisipasi belajar bersama komunitas Bahu Jalan rata-rata 10 orang setiap kegiatan mengajar.

Saat mengajar diperlukan minimal 2 orang anggota komunitas Bahu Jalan.


“Harus ada laki-laki juga saat mengajar agar lebih aman,” katanya,

Bagi Novi setiap kegiatan mengajar yang dilakukan terasa berkesan.

“Setiap mengajar ada aja di antara mereka yang nangis, berkelahi manja, inilah uniknya ketika mengajar anak jalanan,” katanya.

Anggota komunitas Bahu Jalan sering terkendala dengan target penjualan anak-anak jalanan. Jika target penjualan mereka masih belum terpenuhi maka anak-anak tersebut terpaksa melewatkan jam belajar bersama.

“Kadang kami bantu juga beli barang yang mereka jual demi mereka bisa ikut belajar bersama,” ungkapnya.

Komunitas Bahu Jalan juga memiliki program di setiap awal tahun ajaran baru. Komunitas ini akan memberikan sumbangan perlengkapan sekolah baru kepada anak-anak jalanan.

Dana yang diperoleh berasal dari dana pribadi anggota komunitas dan orang yang ingin berdonasi. Kegiatan donasi terbuka untuk umum. Pengumuman disebarkan melalui media sosial.

Kendala yang dirasakan saat ini yaitu kurangnya tenaga pengajar anak jalanan sebab beberapa angggota sudah ada yang memiliki urusan tertentu sehingga sulit untuk bergabung menjalankan kegiatan rutin.

Progres yang sangat dirasakan semenjak kehadiran komunitas Bahu Jalan adalah perubahan sikap dan karakter anak. Secara tidak langsung komunitas ini mengajarkan pendidikan karakter.

“Senang sekali rasanya mereka sudah tidak seenaknya ngomong kotor saat belajar bersama,” ucapnya.

Novi berpesan agar jangan langsung memandang buruk anak jalanan.

“Anaka jalanan sama saja dengan kita, derajat kita juga sama, hanya cara hidup mereka saja yang berbeda,” ujarnya.

Komunitas Bahu Jalan juga sempat berkolaborasi dengan beberapa komunitas sosial lainnya dan Plaza Citra Pekanbaru untuk memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada anak yatim piatu. Jumlah anak yang menerima THR sekitar 170 orang. Masing-masing mendapatkan Rp 400 ribu untuk sepasang baju.

“Kami datang jam 8 pagi ke Plaza Citra lalu anak-anak bebas memilih sepasang baju lebaran,” ucapnya.

Selain itu, komunitas yang bergerak di bidang sosial ini juga pernah melakukan kegiatan sunat masal untuk anak jalanan.