Kisah Sri Mawarti, Jurnalis Bengkalis Usai Terpapar Covid-19

sri-mawarti.jpg
(istimewa)

RIAUONLINE, BENGKALIS - Terinfeksi virus corona bukanlah satu momok yang harus ditakutkan. Namun, kata Sri Mawarti Syarif bukan berarti pula virus itu bisa diremehkan.

 

Sri Mawarti Syarif adalah satu di antara sekian banyak warga Kabupatem Bengkalis, Riau, dinyatakan positif Covid 19, kini telah sembuh dan kembali beraktifitas seperti sedia kala.

 

Kepada RIAU ONLINE.CO.ID, wanita berprofesi sebagai jurnalis RRI Bengkalis inipun berbagi kisah mulai dinyatakan positif hingga akhirnya bisa sembuh setelah menjalani perawatan serta isolasi.

 

Ibu dari dua anak inipun mulai kembali mengenang, pertama kali merasakan gejala saat bulan ramadan 2021, kemarin.

 

"Sekitar tanggal 14 atau 15 April 2021 (bulan kemarin), awalnya saya merasakan sakit kepala disertai dengan diare," kata Sri Mawarti Syarif, Minggu 30 Mei 2021.

 

Sri sapaan akrab wartawati dikenal low profile kalangan sejawatnya itupun beranggapan saat itu karena tidak merasakan gejala maka iapun kembali beraktivitas seperti biasa, kembali masuk kantor serta melakukan liputan.

 

Selang seharinya, Sri juga sempat mengikuti kuliah tatap muka di Kotamadya Dumai, Riau. Dan keesokan harinya iapun kembali lagi ke Bengkalis dengan menaiki mobil travel.

 

"Setibanya di rumah, badan rasanya lemas. kondisi saat itu masih tetap menjalankan ibadah puasa. Bahkan kondisi itupun, saya tidak ada kepikiran akan gejala covid 19 tersebut," terangnya.

 

Namun hanya sehari setelah itu mulai muncul gejala-gejala lain dirasakannya.


 

Dimulai dari rasa nyeri otot hampir di seluruh tubuh dan lemas. Sri akhirnya memutuskan untuk pergi berobat ke dokter praktek.

 

"Dokter mengatakan saya hanya deman dan diberikan obat," katanya.

 

Di malam harinya, keluhan Sri mulai berkembang. Indra pengecap dirasakanya terasa berubah membuat kesulitan makan bahkan minum air putih. Batuk-batuk yang tidak berhenti juga muncul.

 

"Malamya, saya merasakan demam tinggi, badan menggigil disertai batuk bercampur dahak bahkan keluar cairan darah dari hidung saya," terangnya.

 

Kondisi dialami Sri itu dirasakan selama empat hari, namun hanya diantisipasi dengan mengkonsumsi obat dari dokter. Karena tidak ada perubahan, Ia pun melakukan tes swab di Puskesmas, belakangan hasilnya dinyatakan positif.

 

Sri bersama suami dan anak perempuan bungsunya dinyataka positif terpapar Covid 19. Sedangkan anak laki-laki tertua hasilnya negatif.

 

"Usai dinyatakan positif, dokter puskesmas, kondisi saya dan keluarga mungkin dinilai cukup memadai hingga akhirnya diputuskan saya menjalani isolasi mandiri di rumah dengan pemantauan ketat," bebernya.

 

Sri juga mencerikan pengalaman selama 14 isolasi di rumah. Menurutnya, minggu pertama isolasi, merupakan hari hari  yang paling berat. Hampir sepanjang hari menghabiskan waktu di kamar beristirahat. 

 

"Mulut terasa tak nyaman menghilangkan nafsu makan membuat tubuh jadi semakin lemas. Untungnya fungsi rasa manis di lidah tidak berubah sehingga saya dan keluarga masih bisa mengonsumsi buah," ceritanya.

 

Minggu keduanya, tambah Sri. Mulai perlahan fungsi indra pengecap kembali normal dan nyeri kepala dan perut yamg diraskan mulai membaik.

 

Ditanyai dari mana ia dan keluarga terinfeksi? Sri malah menampakkan raut wajah kebinggungan. Tentu saja dirinya tidak yakin akan terinfeksi Covid 19.

 

"Hingga sekarang ini, petanyaan sama juga muncul dibenak saya tapi masih belum bisa dijawab. Saya kerap menaati protokol kesehatan, tidak pernah melakukan kontak dekat dengan pasien positif," tuturnya.

 

Pun demikian, Sri dengan santai mengatakan menghadapi Covid-19 menjadi pengalaman yang berbeda dan banyak hikmah positif yang dapat dipetik untuk keluarganya.

 

"Idealnya, selama isolasi itu, kami sekeluarga lebih banyak berkumpul bersama serta menjalan ibadah di bulan ramadan bersama-sama," tutupnya semberi tersenyum.