Pahitnya Karier Luhut di TNI, Mimpinya jadi KASAD Kini Dilanjutkan Sang Menantu

Luhut-menangis-menantu-jadi-KASAD.jpg
(ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/aww)

RIAU ONLINE - Luhut Binsar Pandjaitan berurai air mata saat Presiden Joko Widodo melantik sang menantu, Jenderal Maruli Simanjuntak sebagai KASAD, Rabu, 29 November 2023.

Kendati belum benar-benar pulih, Luhut meninggalkan perawatannya di Singapura yang sudah berjalan hampir 2 bulan terakhir ini demi menyaksikan menantu dilantik. Luhut hadir dengan setelan jas dilengkapi peci hitam yang menutupi rambut putihnya.

Luhut memang pantas merayakan ini mengingat dirinya yang pensiun dengan bintang tiga di puncak. Ia yang bermimpi menjadi panglima, tapi ternyata kariernya di TNI tak begitu gemilang.

Dalam beberapa kesempatan, Luhut sempat mengungkap pahitnya kariernya di TNI. Ia berprestasi justru disingkirkan.

"Pak Luhut dulu juga punya cita-cita jadi KASAD, cuma sekarang cukup mantunya sajalah," seloroh Maruli, dengan pundak berhiaskan empat bintang emas, usai dilantik di Istana Negara, dikutip dari Suara.com, Kamis, 30 November 2023.

Dalam sebuah refleksi di Facebook pada 2019, Luhut pun mengakui bahwa kariernya di TNI dihancurkan. Refleksi itu ia tulis usai berziarah ke makam Jenderal Benny Moerdani, sosok yang akuinya sebagai mentor.

"Ketika Pak Benny pensiun, saya menerima konsekuensi karena jadi golden boy Pak Benny. Tidak jadi Danjen Kopassus, tidak jadi Kasdam atau Pangdam," tulis Luhut.

"Saya terima itu dengan besar hati. Bagi saya itu harus dibayar sebagai akibat kesetiaan yang tegak lurus. Saya bangga mampu menjalankan nilai-nilai yang diturunkan Pak Benny," lanjut perwira yang lama berkarier di Komando Pasukan Khusus tersebut.

Luhut mengawali karier TNI dari Akademi Militer. Ia menyelesaikan akademi militer sebagai lulusan terbaik pada 1970. Selepas itu, Luhut masuk Kopassus.

Melalui refleksi yang ditulisnya, Luhut bercerita tentang perkenalannya dengan Benny saat pangkatnya Mayor, sekitar dekade 1980-an. Benny adalah sosok yang menunjuk Luhut dan Prabowo Subianto yang saat itu masih berpangkat Kapten, untuk menuju Jerman mempelajari tentang pasukan anti-teror.


Saat di Jerman, kata Luhut, Benny sering meneleponnya dan menanyakan secara detil tentang kemajuan pendidikan mereka.

"Ia tidak malu menelepon saya dan mengajukan pertanyaan yang mendetail," kenang Luhut.

Saat kembali ke Tanah Air dari Jerman, Luhut bersama Prabowo membangun Detasemen 81. Luhut pun memimpin satuan elit di Kopassus tersebut, dan Prabowo sebagai wakilnya.

Pada 1985, Lubut juga merintis pembangunan intelijen teknis di Detasemen 81. Satuan ini yang dikenal dengan nama sandi Charlie, dalam situs resmi Kementerian Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan disebut sebagai proyek creme de la creme TNI - yang terbaik dari yang terbaik.

Sayang, karier Luhut turut meredup bersama renggannya hubungan Benny dan Presiden Soeharto pada 1988. Sempat menduduki jabatan Danrem 081/Dhirotsaha Jaya pada awal 1990an dengan pangkat kolonel, bintang Luhut justru semakin pudar di TNI AD.

Saat memanggul satu bintang di pundak, Luhut ditugaskan sebagai Wakil Komandan Pusat Persenjataan Infanteri, lalu sebagai Komandan Pusat Kesenjataan Infanteri TNI-AD pada periode 1996 -1997 dan akhirnya di penghujung karier menjabat sebagai Komandan Pendidikan dan Latihan TNI Angkatan Darat dengan pangkat Letnan Jenderal.

Sebagai pembanding, juniornya Prabowo sudah menjabat sebagai Danjen Kopassus pada 1995 dan Pangkostrad pada 1998. Prabowo sendiri ketika itu adalah menantu Soeharto.

Dalam renungannya yang lain di Facebook pada Juni 2019, Luhut menggambarkan kepahitan yang dialaminya di TNI AD. Ia pun mencurahkan renungan itu saat sang putra, Paulus Simanjuntak, merampungkan pendidikan Seskoad di Amerika Serikat.

Seperti ayahnya, putra Luhut ini juga seorang Kopassus. Bedanya, Paulus tidak melewati jalur Akmil seperti ayahnya, namun melalui Sekolah Perwira Prajurit Karier (Sepa PK).

Luhut bercerita tentang pahitnya pengalaman di TNI AD saat mengenang ia menentang cita-cita Paulus masuk tentara kala baru lulus SMA.

"Saya tahu bahwa saya sangat keras menentang kemauannya sampai dia menangis pada ibunya. Tapi saya tetap bersikukuh supaya Paulus menjadi sarjana saja," kenang Luhut dalam refleksinya itu.

"Di balik itu sikap tegas itu sebenarnya saya menyimpan rasa sedih yang mendalam untuk anak saya. Kau masuk tentara mau diapain kau nanti? Bahwa seberapa keras pun bekerja, seberapa hebatnya pun prestasi, saya tidak pernah mencapai puncak karir di lingkungan TNI. Tidak pernah jadi Kasdam, Pagdam atau Danjen Kopassus," tulis Luhut dalam refleksinya itu.

"Sebagai seorang ayah saya tidak mau melihat dia nanti mengalami kesusahan yang pernah saya alami sebagai tentara. Maka kemudian saya berpikir, menjadi pengusaha atau politisi adalah jalan yang lebih baik untuk Paulus," beber Luhut.

Belakangan Paulus merampungkan pendidikan sarjana di UPH, sebelum masuk TNI lewat jalur Sepa PK.

Kini sang menantu, Maruli Simanjuntak dilantik menjadi KASAD. Tangis haru dan senyuman Luhut Binsar Pandjaitan lebih mudah dipahami saat menyaksikan menantunya begitu siap untuk melanjutkan mimpinya yang tak pernah terwujud.

Setelah menghadiri pelantikan menantunya itu, Luhut kabarnya akan kembali ke Singapura untuk melanjutkan pemulihannya.