Kini, Para Pejabat Tak Lagi Bersalaman, Ganti dengan Salam Siku

Sri-Mulyani-Indrawati-dan-mantan-Wapres-JK-salam-siku-di-Kantor-Wakil-Presiden.jpg
(KIP Setwapres)

RIAU ONLINE, JAKARTA-Menteri Keuangan bertemu dengan Jusuf Kalla di Kantor Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Kamis 12 Maret 2020. Tidak lagi bersalaman, keduanya nampak menerapkan salam siku.

Diketahui JK dan Sri Mulyani akan menghadiri agenda pertemuan Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) dengan Wakil Presiden Ma'ruf Amin. Berbicara soal salam siku, sejumlah pejabat di luar negeri sudah mempraktekkannya sebagai bentuk pencegahan penyebaran wabah virus Corona atau Covid-19.

Seperti halnya yang dilakukan oleh Gubernur Negara Bagian Washington Jay Inslee dan beberapa pejabat lain menyambut kedatangan Wakil Presiden AS Mike Pence di Pangkalan Angkatan Udara Lewis-McChord pada Kamis 5 Maret 2020 dengan salam siku, bukan berjabat tangan sebagaimana yang biasa dilakukan.

Pence, yang merupakan Ketua Satuan Tugas Penanganan Virus Corona Amerika, datang ke negara bagian itu untuk mengkaji perebakan virus di sana dan di sejumlah negara bagian lain. Virus tersebut hingga Sabtu 7 Maret 2020 telah menjangkiti lebih dari 330 orang di negara tersebut dan menewaskan tujuh belas orang.


Sehari sebelumnya salam siku juga dilakukan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional IMF Kristalina Georgieva ketika bertemu Presiden Bank Dunia David Malpass pada hari Rabu 4 Maret 2020.

Salam siku juga dilakukan Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi ketika bertemu sejumlah pejabat pada pertengahan minggu ini.

Virus corona, yang dilaporkan telah menjangkiti lebih dari 90 negara, mendorong orang untuk membatasi kontak fisik, termasuk berjabat tangan. Salam siku yang semula menjadi keseharian atlet –khususnya dalam pertandingan basket– kini dinilai menjadi cara berkomunikasi yang aman.

Pakar komunikasi dari Universitas Indonesia, Effendi Ghazali, menilai tidak ada yang salah mengubah cara memberi salam di saat meluasnya wabah virus corona seperti sekarang ini.

Menurutnya tujuan semua tindakan komunikasi adalah pesan tersampaikan, dan konteks sangat penting.

"Dalam konteks sekarang, maka salaman baru justru makin penting maknanya, yaitu bahwa orang masih sangat ingin bersalaman tetapi caranya berbeda. Dan mengingatkan kita tetap bisa hidup bareng, tetap sambung rasa, sambil sekaligus menangkal penyebaran corona,” ujarnya ketika dihubungi VOA melalui telepon Sabtu malam 7 Maret 2020.