Film Mahasiswa UIN Suska Masuk 15 Besar di Australia

Komunitas-Flm-Post-Card.jpg
(RIAUONLINE.CO.ID/ULTI DESI ARNI)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Sama-sama suka dan hobi menonton film menjadi alasan bagi anak muda ini mendirikan sebuah komunitas yang diberi nama Komunitas Flm Post Card. 

 

Founder Komunitas Film Post Card, Aby mengungkapkan, mereka dari jurusan Ilmu Komunikasi Broadcasting yang membuat mereka lebih terakomodasi untuk berkarya. Aby menjelaskan, komunitas ini didirikan Desember 2012.

 

"Waktu itu 2013. XX One bikin kompetisi film pendek jadi kami nyoba bikin 1 kelas broadcasting dan jadilah itu film pertama kami," ujar Aby  kepada RIAUONLINE.CO.ID saat berbincang di English Zone, Sabtu (22/8/2015), di Jalan Melur Panam.

 

Ia mengungkapkan, film pertama itu gagal lalu, mereka berpikir bagaimana membuat film itu sederhana, namun bagus yang memenuhi kriteria film pendek berdua rekannya fitri. "Karena itulah kami buat Post Card, hanya berdua saya dan Fitri," jelasnya.

 

Tujuan mendirikan komunitas ini, tutur Aby, selain menyalurkan hobi, juga sebagai wadah aspirasi, dan ingin berekspresi sebebas-bebasnya tapi bertanggung jawab.

 

"Soalnya, menurut kami film Indonesia yang kami tonton selama ini bisa dibilang majunya kayak siput berjalan. Namun sekarang  sudah bagus sih, pada 2012 masih kurang," jelasnya.

 


Komunitas Film Post Card

 

 Selain itu, ia mengakui, dengan komunitas ini mereka ingin bersuara kalau film tidak sekadar hiburan, tapi sesuatu ingin didengar dan dilihat penonton.

 

Pada 2013, jelas Aby, komunitas ini ikut official selection Festival Film Solo 2013 dan masuk 5 besar kategori favorit pilihan penonton.

 

"Judulnya Waktu Kita Pulang Sekolah juga sudah di-upload ke youtube," ujar laki-laki pernah menjadi mahasiswa psikologi UIN Suska ini. 

 

Film hasil karya Komunitas Film Post Card

 

Sejauh ini, jelas Aby, film bernama post card ada 4 film pendek. Film terakhir diikutsertakan pada kompetisi di luar negeri dan masuk 15 besar. Film tersebut berjudul The Day Whe I Put My Dad's Boot On di Melbourne, Australia.

 

"Sebenarnya kami kirim ke beberapa negara juga seperti Melbourne, Australia, Durban Afrika Selatan, terus Busan Korea Selatan, yang jebol cuma Melbourne 15 besar," jelasnya.

 

Film yang dibikin komunitas ini biasanya melibatkan anak-anak tetangga dengan mengangkat cerita dekat dengan kehidupan. "Seperti persahabatan dan kehidupan sosial," ujarnya.

 

Sedangkan untuk publikasi, tutur Aby, lewat festival sangat membantu. "Selain wadah kompetisi, juga pasar film, kadang ikut festival luar negeri itu banyak distributor, produser dari berbagai negara, ketika nonton film pendek kalau mereka tertarik mendanai bisa jadi film panjang," jelasnya.

 

Sejauh ini Post Card pernah ikutan festival film lampung, XX One, Europe on Screen ditaja Uni Eropa, festival film solo. "Kedepannya ada 3 film mau dibuat, satu ini mau produksi setelah ujian munakasah karena saya lagi skripsi. Insya Allah bulan depan untuk konsep udah matang," ungkapnya mengakhiri obrolan.

 


Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline