RIAU ONLINE, PEKANBARU - Ronatio Parnidaan Br. Sianipar mengikrarkan dua kalimat syahadat dan memeluk Islam secara resmi di Masjid Raya An Nur Pekanbaru usai salat Jumat, Jumat, 27 Juni 2025.
Perempuan yang sebentar lagi genap berusia 44 tahun itu datang bersama dua orang sahabatnya, penuh keyakinan dan keteguhan hati, untuk menjemput hidayah yang telah lama ia cari.
Ronatio menyampaikan bahwa keputusannya untuk menjadi seorang muslimah lahir dari proses panjang pencarian spiritual bukan karena paksaan dari siapapun.
"Dari SMP saya sudah kagum melihat teman-teman saya menggunakan hijab. Ada sesuatu yang saya lihat dari mereka: ketenangan, kesederhanaan, dan kehormatan. Lingkungan saya juga banyak yang muslim, saya melihat nilai-nilai indah dari dekat," ujar Ronatio kepada pembimbing Mualaf Center An Nur.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa keputusannya memeluk Islam terjadi di tengah masa sulit yang sedang ia alami dalam kehidupan pribadi. Saat ini, ia dan suaminya tengah menjalani proses perceraian.
"Di tengah usaha untuk bangkit, justru saya merasa semakin terpanggil. Saya merasakan bahwa inilah saat yang tepat, dan saya ingin menjalani hidup baru dengan pondasi keimanan," tambah Ronatio sambil menahan haru.
Salah satu hal yang paling menyentuh hati Ronatio adalah filosofi hijab dalam Islam. Baginya, jilbab bukan hanya soal pakaian, tetapi lambang kehormatan dan kesucian seorang perempuan.
"Saya sangat tersentuh dengan makna jilbab. Bagi saya, itu bukan pengekangan, tapi justru bentuk kemuliaan perempuan. Islam memberikan tempat istimewa bagi wanita," jelasnya.
Sebelum masuk Islam, Ronatio diketahui menganut agama Katolik. Ia menjelaskan bahwa perjalanannya mengenal Islam bukanlah hal yang instan.
Sudah bertahun-tahun ia mengamati dan merenungi nilai-nilai Islam dari lingkungan terdekatnya, sampai akhirnya ia merasa siap mengambil langkah besar ini.
Proses pengislaman berlangsung penuh khidmat dan disaksikan langsung oleh Imam Besar Masjid Raya An-Nur, Ustaz Jemi Hartinepos, serta para pengurus masjid dan jamaah yang memadati area masjid.
Dengan suara lirih namun penuh keteguhan, Ronatio mengucapkan dua kalimat syahadat:
"Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah."
Takbir menggema di dalam masjid. Beberapa jamaah tampak meneteskan air mata, larut dalam haru menyaksikan momen sakral tersebut.
Ustaz Jemi dalam pesannya berpesan agar Ronatio terus memperdalam pengetahuan agamanya dan tidak ragu untuk belajar dari lingkungan sekitar.
"Islam adalah agama yang penuh rahmat. Untuk saudari kita ini, perjalanan baru telah dimulai. Teruslah belajar, teruslah memperbaiki diri. Kami dari pengurus masjid siap mendampingi dan membantu kapanpun diperlukan," ujar Ustaz Jemi.
Badan Pengelola Masjid Raya An-Nur menegaskan bahwa pengislaman Ronatio sudah melalui prosedur yang sesuai dan akan menjadi bagian dari program pembinaan mualaf yang rutin dilakukan.
"Kami menyambut setiap saudara baru dalam Islam dengan tangan terbuka. Komitmen kami adalah bukan hanya menyaksikan proses syahadat, tetapi juga memastikan mereka mendapatkan bimbingan dan pembelajaran agama secara berkelanjutan," ujar Pengurus Mualaf Center An Nur, Rere.
Ronatio tampak lega dan bahagia usai prosesi. Ia berharap keputusannya menjadi muslimah bisa menjadi awal dari kehidupan yang lebih tenang dan bermakna.
"Saya ingin menjalani hidup yang lebih damai, lebih berarti. Saya tahu ini bukan jalan yang mudah, tapi saya percaya ini jalan yang benar," tutupnya.