RIAU ONLINE, PEKANBARU - Insiden tragis terjadi di kawasan hutan Semenanjung Kerumutan, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, Selasa, 24 Juni 2025.
Seorang pekerja, Hadito (30) dilaporkan tewas akibat serangan Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) di areal kerja Pemegang Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH).
Insiden ini terjadi sekitar pukul 19.30 WIB. Saat itu, korban sedang beristirahat di dalam camp mobile atau camp apung milik perusahaan.
Korban kemudian keluar seorang diri sejauh 15 meter dari camp untuk buang air. Tak lama kemudian, rekan kerjanya, Firmansyah, mendengar teriakan dan langsung keluar untuk memeriksa.
"Saya mendengar teriakan keras, lalu cepat-cepat ambil senter. Waktu saya sorot ke arah sumber suara, saya lihat Hadito sudah diseret masuk ke dalam hutan,” ujar Firmansyah, saksi di lokasi kejadian, Kamis, 26 Juni 2025.
"Saya beranikan diri membawa parang dan mengejar, tapi yang saya temukan hanya celana dan HP-nya," tambahnya.
Tim pencarian yang segera dikoordinasikan oleh koordinator camp bersama para pekerja lainnya menemukan jasad korban sekitar 100 meter dari lokasi awal serangan, dalam posisi telungkup dan tak bernyawa.
Tubuh korban mengalami luka parah akibat gigitan dan cakaran di bagian leher serta punggung sebelah kanan.
Korban sempat dievakuasi ke klinik distrik sebelum akhirnya dibawa ke Puskesmas Teluk Meranti untuk keperluan visum pada Rabu dini hari pukul 04.00 WIB. Selanjutnya korban dirujuk ke rumah sakit di Pekanbaru pukul 07.00 WIB.
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau bergerak cepat dengan menurunkan Unit Penyelamatan Satwa (UPS) ke lokasi kejadian.
BBKSDA melakukan kajian, dokumentasi, serta identifikasi jejak satwa buas di sekitar lokasi serangan.
“Kami menemukan jejak kaki harimau dengan dua ukuran berbeda, yang mengindikasikan adanya dua individu Harimau Sumatera di kawasan tersebut,” ujar Ujang Holisudin, Kepala Bidang Teknis BBKSDA Riau sekaligus penanggung jawab penanganan kasus ini.
"Langkah darurat sudah kami ambil, termasuk memperketat pemantauan dan patroli satwa," tegasnya.
Ujang menambahkan, selain upaya penanggulangan, tim juga melakukan sosialisasi kepada para pekerja agar tetap waspada dan tidak keluar dari camp sendirian, terutama pada malam hari.
Ujang mengimbau masyarakat sekitar agar tidak memburu satwa liar seperti rusa dan babi hutan, yang merupakan mangsa alami Harimau Sumatera.
“Keseimbangan rantai makanan sangat penting. Jika mangsa alami harimau hilang karena diburu, maka besar kemungkinan satwa ini akan mendekati permukiman atau area kerja manusia," pungkasnya.
Insiden ini menambah daftar panjang konflik antara manusia dan satwa liar di wilayah Sumatera, khususnya Riau, yang merupakan habitat alami Harimau Sumatera.
Kejadian ini sekaligus menjadi peringatan keras bahwa perlindungan kawasan hutan dan konservasi satwa liar tidak bisa ditawar-tawar lagi.
BBKSDA Riau memastikan akan terus memantau perkembangan di lokasi kejadian dan melakukan pengawasan intensif terhadap aktivitas harimau di sekitar Semenanjung Kerumutan, guna mencegah kejadian serupa terulang kembali.