Takkan Melayu Hilang di Bumi, Program Jalur Kuatkan Akar Budaya Riau

Kapolda-luncurkan-jalur2.jpg
(DEFRI CANDRA/RIAU ONLINE)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Rumah Singgah Tuan Kadi di jantung Kecamatan Senapelan, Kota Pekanbaru, kembali menjadi saksi bisu sebuah langkah monumental. Rumah bersejarah itu menjadi tempat diluncurkannya program unggulan terbaru dari Polda Riau “Jelajah Riau untuk Rakyat” atau disingkat Program Jalur.

Program ini secara resmi diluncurkan Kapolda Riau, Irjen Pol Herry Heryawan, dalam acara penuh khidmat yang dihadiri jajaran Forkopimda, tokoh masyarakat, komunitas budaya, serta awak media, Rabu 25 Juni 2025. 

Dalam sambutannya, Kapolda, Irjen Herry menekankan bahwa program Jalur merupakan bentuk nyata pelayanan publik yang tidak hanya menyentuh aspek sosial, tetapi juga menggali kembali akar budaya dan sejarah masyarakat Melayu Riau.

"Peradaban Melayu dimulai dari tepian sungai. Maka untuk menjaga marwah dan nilai sejarah ini, kami hadir dengan Jalur program yang menyatukan pelayanan publik, pendekatan budaya, dan transformasi sosial secara utuh,” ujar Irjen Pol Herry Heryawan, Rabu, 24 Juni 2025.

Lulusan Akpol 1996 itu menjelaskan, Jalur bukanlah program bantuan sosial semata, melainkan gerakan strategis yang bertumpu pada pendekatan humanis dan kolaboratif, terutama untuk wilayah-wilayah yang berada di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) di Provinsi Riau.

Sungai, dalam pandangan Polda Riau, bukan hanya jalur transportasi atau sumber air, tetapi pusat kehidupan masyarakat ekonomi, sosial, dan budaya. Jalur bertujuan untuk menghidupkan kembali sungai sebagai nadi kehidupan, sambil memerangi kemiskinan, ketimpangan sosial, dan degradasi budaya.


"Kami ingin sungai kembali ke fungsi utamanya sebagai pusat kehidupan masyarakat, ekonomi, dan budaya," tegasnya.

Dalam pelaksanaannya, program Jalur akan menjadi kegiatan rutin yang menyasar kampung-kampung dan desa-desa di sepanjang aliran sungai di Riau, terutama masyarakat dari golongan miskin atau mengalami kemiskinan ekstrem. Program ini menyentuh berbagai aspek.

Direktorat Polairud ditunjuk sebagai sektor utama dalam implementasi Jalur, bersama-sama dengan Direktorat Samapta dan Binmas. Selain itu, komunitas budaya, organisasi sosial, hingga pemerintah daerah juga dilibatkan aktif.

Lebih dari sekadar layanan publik, Jalur membawa misi kebudayaan. Setiap kegiatan akan diwarnai dengan unsur tradisi Melayu, seperti pantun, syair, dan pertunjukan seni budaya, akan rutin digelar setiap malam Minggu. Ini merupakan bagian dari upaya revitalisasi budaya tepian sungai, yang selama ini mulai memudar.

"Kami ingin masyarakat kembali bangga dengan warisan budayanya. Tradisi seperti berpantun dan membaca syair itu bukan sekadar hiburan, tapi bagian dari pendidikan karakter," terangnya. 

Ia menegaskan pentingnya membangun karakter masyarakat yang berbasis etika, moral, dan nilai-nilai keagamaan. Menurutnya, transformasi sosial sejati harus berangkat dari cara berpikir dan spiritualitas.

"Marilah kita bersama melindungi tua, menjaga marwah. Akan Melayu hilang di bumi, tua jalan ada pada jalurnya, tuah laut ada pada ombaknya, tuah manusia ada pada budi,” pungkasnya.