Asal Usul “Pak Ogah”, Sang Pengatur Jalan yang Sering Bikin Kesal Pengendara

Pak-Ogah2.jpg
(Abimasarmansyah/RIAU ONLINE)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Macet, bukan lagi sesuatu yang baru di Kota Pekanbaru. Sudah lumrah bagi pengendara menghadapi kemacetan setiap harinya, terutama di saat pagi dan sore hari.

Sulit rasa mengurai kemacetan di Kota Bertuah ini. Hal inilah yang dimanfaatkan segelintir oknum untuk mencari keuntungan dari macetnya Ibukota Riau.

Pak Ogah atau seseorang yang secara individu turun ke jalan untuk mengurai kemacetan di Kota Pekanbaru justru terkadang membuat menambah macet jalanan. 

Pak Ogah yang kebanyakan merupakan pemuda setempat akan mengatur lalu lintas jalanan kota yang macet dan padat kendaraan. Tapi terkadang, keberadaan Pak Ogah justru mengganggu pengendara. 

Pengendara kesal lantaran Pak Ogah justru menambah kemacetan bahkan menghalangi jalan, apalagi jika tidak mendapat bayaran dari jasanya. Sejumlah oknum bahkan tak segan memaki dan bersikap kepada pengendara yang enggan memberinya bayaran.

Lantas, bagaimana asal usul penyebutan Pak Ogah kepada seseorang yang mengurai kemacetan?


Penyebutan Pak Ogah berasal dari peran pada serial "Si Unyil". Ia dikenal dengan sosok yang menolong dengan imbalannya. Pak Ogah bahkan punya jargon “bagi cepek dulu dong” untuk setiap orang uang membutuhkan pertolongannya.

Penggambaran sosok Pak Ogah ini tertanam erat di sanubari masyarakat. Begitu pula pada sosok pengatur jalan yang dianggap memiliki kemiripan sikap dengan Pak Ogah. 

Ia bukan pihak berwenang dan bukan pula juru parkir, namun tampil mengambil tanggung jawab mengurai kemacetan dengan mengharapkan bayaran dari pengguna jalan. Inilah yang membuat mereka dikenal dengan sebutan Pak Ogah.

Meski begitu, Pak Ogah sebenarnya telah melanggar Undang-Undang tentang lalu lintas karena mengganggu fungsi jalan dan dapat dipidana maksimal 1 tahun penjara atau denda sebesar Rp 24 juta.

Namun tak jarang, keberadaan Pak Ogah berhasil mengurai padatnya kendaraan dan kemacetan di Kota Bertuah ini

Artikel ini ditulis A.Bimas Armansyah, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di RIAU ONLINE