Inilah KRI Imam Bonjol, Sang Penjaga Kedaulatan Natuna

KRI-Imam-Bonjol.jpg
(KOARMABAR.TNIAL.MIL.ID/OKEZONE)

RIAU ONLINE - Nama Kapal Republik Indonesia (KRI) Imam Bonjol-383 sempat menarik perhatian publik sejak terjadinya insiden penangkapan di perairan Natuna terhadap kapal nelayan China yang dilaporkan melakukan illegal fishing di wilayah kedaulatan Indonesia.

 

KRI Imam Bojol-383 adalah kapal perang milik armada TNI AL yang masuk ke dalam kategori kapal karvet Perchim. Dilansir dari Okezone, kapal jenis ini pertama kali dikembangkan untuk AL JErman Timur pada akhir 1970.

 

Pada awal perkembangannya, Uni Soviet (Jerman Timur dimiliki oleh Uni Soviet pada saat itu) menamakan kapal kervet Parchim dengan nama Project 1331M.

 

Semulanya, kapal-kapal ini didesain sedemikian rupa untuk dijadikan sebagai pertahanan Jerman Timur terhadap serangan dari kapal selam kecil milik Jerman Barat, yakni kapal seram U-206.

BACA JUGA: Begini Kronologi F-16 TNI AU 'Usir' Hercules Malaysia dari Natuna

 

Kapal pertama dari kelas ini dikabarkan melakukan pelayaran perdananya pada 9 April 1981, di mana pelayaran tersebut dilakukan oleh kapal bernama Wismar yang notabene saat ini sudah digunakan oleh Indonesia dan diberi nama KRI Sutanto-377.

 

Sebelum Indonesia membelinya, KRI Imam Bonjol masih bernama GDR Teterow dan mulai masuk dalam jajaran alat utama sistem pertahanan (alutsista) milik Jerman Timur pada 27 Januari 1984.

 


Indonesia membeli 16 kapal karvet Kelas Parchim pada 1992, pasca-runtuhnya Uni Soviet dan Unifikasi Jerman. Dikabarkan, B.J Habibie merupakan sosok dibalik kesepakatan pembelian kapal-kapal tersebut. Era itu, B.J Habibie menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) RI.

 

Pada kesepakatan tersebut, Indonesia membeli 16 kapal karvet Kelas Parchim, 14 kapal Kelas Frosch serta 9 kapal Kelas Kondor (penyapu ranjau laut) dengan USD12,7 juta.

 

Sebelum digunakan sepenuhnya oleh TNI AL, kapal-kapal Kelas Parchim mengalami beberapa modiifikasi dan rehabilitasi secara signifikan. Hasilnya, kapal-kapal tersebut mengalami pergantian nama dan menjadi kapal Kelas Kapitan Pattimura.

 

KRI Imam Bonjol menjadi sorotan ketika 17 Juni 2016, kapal ini melakukan pengejaran terhadap satu dari 15 kapal nelayan asing yang masuk perairan Natuna. Selain itu, KRI Imam Bonjol juga kembali menyeruat di media usai Presiden RI, Joko Widodo mengadakan rapat terbatas kabinetnya di atas kapal tersebut yang masih berada di Natuna pada 23 Juni 2016.


Berikut ini adalah spesifikasi umum dari kapal korvet Kelas Parchim (termasuk KRI Imam Bonjol) :

 

Bobot: 800 ton (standar), 950 ton (terisi penuh, termasuk awak kapal)

Panjang : 72, 50 meter

Lebar : 9, 40 meter

Kecepatan maksimal : 24,7 knot (45,7 kilometer/jam)

Jarak tempuh maksimal : 3.900 kilometer

Mulai bertugas di TNI AL pada 1994 hingga saat ini

Senjata :

1. 2 x SA-N-5 SAM

2. 2 x 57 mm gun

3. 2 x 30 mm gun/ 1 x AK-630

4. 2 x RBU-6000 (peluncur roket anti-kapal selam)

5. 4x 400 mm tabung torpedo

6. 60 x ranjau laut

 

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline