Di Saat Pindad Mampu Produksi Tank, TNI Impor 18 Tank

panser-badak-pindad.jpg
(INTERNET)

RIAU ONLINE, JAKARTA - Di saat Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT Pindad (Persero) sudah mampu memproduksi kendaraan tempur tank, Indonesia masih saja impor produk serupa dari negara lain. Dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS), sejak periode November 2015 ada 18 unit tank impor masuk ke Indonesia.

 

Indonesia mengimpor sejumlah produk kendaraan dan komponen-komponennya di bulan kesebelas ini. Salah satunya adalah kendaraan caesar vehicle, yakni kendaraan meriam armed kaliber 155 mm beserta suku cadang untuk TNI Angkatan Darat.

 

Nilai impor kendaraan tank di November ini mencapai US$ 64,90 juta dengan berat 335,9 ribu kilogram (kg). Sementara secara akumulasi sepanjang Januari-November 2015, total impor tank dan suku cadangnya seberat 2,99 juta kg senilai US$ 219,91 juta.


Sedangkan total berat dan nilai impor kendaraan serta bagiannya masing-masing sebesar 53,19 juta kg senilai US$ 386,65 juta di November ini. Nilai dan berat impor tersebut di periode 11 bulan ini masing-masing US$ 4,97 miliar seberat 678,64 juta kg. (BACA JUGA: Panser Terbaru PT Pindad Sukses Uji Tembak)

 

"Ada impor 18 unit tank sebagai pengadaan kendaraan tempur untuk Kementerian Pertahanan RI. Jika diitung, setiap unit impornya senilai US$ 3,6 juta. Tank ini berasal dari Prancis," kata Kasubdit Statistik Impor BPS, Rina D. Sulastri di Jakarta seperti dikutip dari laman liputan6.com, Rabu (16/12/2015).

 


Dengan kurs rupiah saat ini dikisaran Rp 14.000 per dolar AS, nilai impor tank dari Prancis untuk setiap unitnya sekitar Rp 50,4 miliar.

 

Kepala BPS Suryamin mengungkapkan, kinerja impor Indonesia pada bulan kesebelas naik 3,61 persen menjadi US$ 11,51 miliar dibanding bulan sebelumnya. Jika dibandingkan November 2014 yang sebesar US$ 14,04 miliar, realisasi tersebut turun 18,03 persen dari US$ 14,04 miliar.

 

Jika dirinci, impor migas pada periode Oktober-November 2015 turun 6,95 persen dari US$ 1,76 miliar menjadi US$ 1,64 miliar. Minyak mentah naik 2,49 persen, hasil minyak merosot 10,15 persen dan impor gas susut 7,98 persen. Namun impor non-migas naik 5,60 persen dari US$ 9,35 miliar menjadi US$ 9,87 miliar.

 

"Ada empat komoditas yang menunjukkan kenaikan impor. Itu ada hubungannya dengan investasi dari perusahaan dan rumah tangga. Kan Presiden Jokowi sedang menggenjot investasi," papar Suryamin.

 

Empat komoditas atau barang yang mengalami kenaikan impor, yaitu mesin dan peralatan listrik dengan kinerja impor naik 11,71 persen di November 2015. Kedua, besi dan baja naik 17,65 persen. Ketiga, impor kendaraan dan bagian-bagiannya naik 0,96 persen. Keempat benda-benda besi dan baja dengan kenaikan impor 21,79 persen.

 

"Impor naik juga karena pada November menghadapi Natal dan Tahun Baru, ada yang menggenjot impor produk makanan meningkat, seperti gandum-ganduman impornya melonjak lebih dari 50 persen‎ dan kembang gula meroket 75 persen, buah-buahan 6,8 persen, sayur-sayuran. Ini jadi bahan renungan juga buat pemerintah karena kita kan punya sayur dan buah," kata Suryamin.

 

Lebih jauh Suryamin mengaku, total impor Januari-November 2015 mencapai US$ 130,61 miliar atau turun 20,24 persen (year on year). Impor non-migas anjlok 12,84 persen dengan nilai US$ 107,79 miliar. Porsi terbesar impor mesin dan peralatan mekanik senilai US$ 20,36 miliar serta mesin dan peralatan listrik US$ 14,12 miliar.

 

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline