Yusof bin Ishak, Presiden Pertama Singapura Berdarah Minang dan Melayu Langkat

Yusof-bin-Ishak.jpg
(INTERNET)

RIAU ONLINE - Seharian ini, kawasan Asia Tenggara dihebohkan dengan berita terpilihnya muslimah pertama di Singapura, Halimah Yacob, sebagai Presiden. Ia akan dilantik dan diambil sumpahnya, esok, Rabu, 13 September 2017. 

Namun, tahukah Anda, ternyata Presiden Singapura yang pertama justru di dalam darahnya mengalir darah Minangkabau dari ayahnya dan ibunya dari Melayu Langkat, Sumatera Timur (Sumatera Utara). 

Namanya, Encik Yusof bin Ishak, lahir Padang Gajah, Bandar Taiping, Negara Bagian Perak, Kerajaan Malaysia, 12 Agustus 1910. Ia merupakan presiden Singapura pertama berdarah Minangkabau dan Melayu, sebelum akhirnya, esok hari, Halimah Yacob, dilantik sebagai presiden. 

Baca Juga: 

Ini Sosok Wanita Pertama Yang Akan Jadi Presiden Singapura

Wah, Pencipta Lagu Kebangsaan Singapura Ternyata Putra Minangkabau

Yusof bin Ishak merupakan anak pertama dari sembilan bersaudara bergelar Yang Amat Berhormat (YAB) Tun. Dengan demikian, nama lengkapnya, Yang Amat Berhormat Tun Yusof bin Ishak. 

Kedua orangtuanya bermigrasi, pindah dari Perak ke Pulau Pinang, sebelum Negeri Perak, Malaysia. Dalam usia 49 tahun, pada 3 Desember 1959, Yusof dilantik sebagai kepala negara (Yang di-Pertuan Negara) Singapura.

Pada 9 Agustus 1965, tatkala Singapura keluar dari Federasi Malaysia dan merdeka, statusnya berubah menjadi Presiden Singapura hingga 1970, ketika Yusof meninggal. Mengenang jasa-jasanya, hingga kini wajahnya menghiasi mata uang Singapura dengan pecahan nominal 10 Dolar. 

Puan Noor Aishah

ISTRI Presiden pertama Singapura dari etnis Melayu, Yang Amat Berhormat Yusof bin Ishak, Puan Noor Aishah. Yusof bin Ishak keturunan Minangkabau dari ayahnya dan Melayu Langkat, Sumatera Utara, dari Ibunya.

Masa Kecil

Ayah Yusof bin Ishak bernama Encik Ishak bin Ahmad, bekerja sebagai Ketua Penyuluh Perikanan Negeri-Negeri Selat dan Persekutuan Tanah Melayu.

Yusof kecil mengenyam pendidikan dasarnya di sekolah Melayu, Kuala Kurau, Perak, Malaysia, sebelum dipindahkan ke Malay School di Taiping. Pada 1921, Yusof meneruskan pendidikannya ke King Edward VII School dengan bahasa pengantar bahasa Inggris di Taiping.

Pada tahun 1923, ayah Yusof ditempatkan di Singapura. Yusof pun mengikuti keluarganya dan melanjutkan pendidikannya di Victoria Bridge School hingga Desember 1923.

Setahun kemudian, 1924, Yusof menuntut ilmu di Raffles Institution. Di sekolah ini, ia lulus Cambridge School Certificate tiga tahun kemudian dengan nilai sangat memuaskan. Ini merupakan peluang bagi Yusuf muda untuk melanjutkan pendidikannya dalam program Queen's Scholarship.


Klik Juga: 

Bukan China, Tapi Singapura Negara Terbesar Pemberi Utang Ke Indonesia

Ini Sosok Wanita Pertama Yang Akan Jadi Presiden Singapura

Saat menuntut ilmu, Yusof sangat menggemari hoki, kriket, angkat berat, dan tinju. Pada 1933, Yusof menjadi juara tinju kelas lightweight. Selain itu, Yusof juga aktif menjadi ketua murid dan penyunting dalam majalah sekolah Rafflesian.

Yusof Muda Seorang Jurnalis Handal

Setelah menamatkan bangku sekolah, 1929, Yusof bin Ishak muda bersama dua rekannya menerbitkan majalah Sportsman, majalah dwi-mingguan berisi berita-berita tentang bola. Tak lama berselang, tiga tahun kemudian, ia menjadi anggota Warta Malaya, surat kabar berbahasa Melayu terkenal saat itu.

Kemahirannya sebagai jurnalis mengantarkan Yusof menerima jabatan sebagai Pembantu Pengurus dan Penanggung Jawab Suntingan, walaupun hanya sebentar.

Pada tahun 1938, dilansir dari indrasr.blogspot.co.id, Yusof mengundurkan diri dari Warta Malaya. Ia kemudian mendirikan Utusan Melayu Press Ltd bersama beberapa temannya. Edisi pertama Utusan Melayu terbit, Mei 1939, ia menjadi pengarah.

Perang Dunia II pecah, Jepang menduduki negara-negara di Asia, 1942-1945. Yusof ketika itu berada di Semenanjung Malaya (Malaysia). Setelah Jepang menyerah kalah kepada Sekutu, 1945, Yusof pun kembali ke Singapura, 3 September 1945. Ia lalu melanjutkan kembali semua pekerjaannya di Utusan Melayu.

Tiga tahun berselang, 1948, Yusof berkunjung ke Inggris sebagai anggota delegasi First Press Delegation. Awal 1957, kembali ia terbang ke Jepang untuk mengecek alat cetak terbaru akan digunakan Utusan Melayu.

Yusof bin Ishak dan Istrinya, Noor Aishah

PRESIDEN Pertama Singapura dari etnis Melayu, Yang Amat Berhormat Yusof bin Ishak, dan istrinya, Puan Noor Aishah. Yusof bin Ishak merupakan keturunan Minangkabau dari ayahnya dan Melayu Langkat, Sumatera Utara, dari Ibunya.

Bulan Mei di tahun yang saman, Yusof berkunjung ke Kuala Lumpur guna mengikuti pembinaan Bangunan Utusan. Saat itu, Yusof dilantik menjadi Presiden Press Club of Malaya.

Bukan Lee Kuan Yew, Ini Peran Yusof bin Ishak di Singapura

Yusof bin Ishak telah memegang beberapa jabatan penting dalam pemerintahan Singapura. Dari 1948 hingga 1950, Yusof mengabdikan diri pada Komite Pengajuan Film (Film Appeal Committee). Yusof pun menjadi anggota Nature Reserves Committee selama setahun dan juga Malayan Organisation Commission.

Pada Juli 1959, Yusof dilantik sebagai Pengerusi Suruhanjaya Perkhidmatan Awam Singapura. Kemudian, pada 3 Juli 1965 Yusof diangkat menjadi Rektor Universitas Nasional Singapura (National University of Singapore alias NUS).

Puncak karier Yusof bin Ishak terjadi pada 3 Desember 1959, saat ia akhirnya dilantik menjadi Yang Di-Pertuan Negara Singapura pertama. Setelah pelantikannya, Yusof bersama istrinya, Toh Puan Noor Aishah, melakukan kunjungan resmi pertama ke Kamboja, April 1963.

Pada bulan sama pula, keduanya melaksanakan ibadah haji ke Mekkah dengan status sebagai tamu negara Kerajaan Arab Saudi. Yusof dan istrinya juga telah mengunjungi Sri Lanka, Mei 1963.

Lihat Juga: 

Anda Miliki Darah Minangkabau? Inilah Urang Awak Pada Mata Uang Di Empat Negara

Tahukah Anda, Masjid Pertama Sekaligus Tertua Di Singapura Ini Dibangun Orang Indonesia

Yusof bin Ishak diberikan penghargaan Darjah Kerabat Yang Amat Dihormati Kelas Pertama oleh Sultan Brunei pada November 1960 dan Seri Maharaja Mangku Negara (SMN) hingga membawa gelar "Tun" dari Yang Di-Pertuan Agong Malaysia pada November 1963.

Mata Uang Singapura dengan Gambar Yusof bin Ishak

GAMBAR Presiden Pertama Singapura dari etnis Melayu, Yang Amat Berhormat Yusof bin Ishak di mata uang negara tersebut. Dalam darahnya mengalir darah Minangkabau dari ayahnya dan Melayu Langkat, Sumatera Utara, dari Ibunya.

Pada 9 Agustus 1965, saat Singapura memutuskan memisahkan diri dari Malaysia dan menjadi negara merdeka serta berdaulat, Yusof bin Ishak pun dilantik sebagai Presiden Pertama Republik Singapura. Ia juga kembali dilantik untuk masa jabatan empat tahun pada 4 Desember 1967.

Yusof bin Ishak meninggal dunia, 23 November 1970, masih mengemban amanah sebagai Presiden Singapura. Jenazahnya kemudian dimakamkan di Taman Makam Negara, Kranji, Republik Singapura. Wajah Presiden Yusof bin Ishak lantas diabadikan di semua pecahan dalam mata uang dollar Singapura sejak dulu hingga sekarang.

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE 

Follow Twitter @red_riauonline

Subscribe Channel Youtube Riau Online

Follow Instagram riauonline.co.id