BUMD Riau Mana Akan Gandeng Pertamina Kelola Blok Rokan?

Kilang-Minyak-Bumi-di-Minas.jpg
(RIAUONLINE.CO.ID/FAKHRURRODZI)

RIAU ONLINE, PEKANBARU -  PT Pertamina (Persero) mulai awal tahun 2019 ini mulai fokus melakukan transisi pengelolaan ladang minyak terbesar di Indonesia saat ini, Blok Rokan, dari PT Chevron Pacific Indonesia (CPI). 

Rencananya, Agustus 2021, secara resmi Blok Rokan dikelola Pertamina melalui anak perusahaannya yang didirikan sebelum Natal 2018 silam bernama PT Pertamina Hulu Rokan (PHR).

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarno mempersilakan Pemerintah Provinsi Riau melalui BUMD terlibat langsung dalam pengelolaan Blok Rokan bersama dengan Pertamina Hulu Rokan.

"Boleh saja dan kita selalu terbuka. Seperti Freeport kita buka untuk Kabupaten Timika dan Papua. Kita sudah bicarakan dengan Bu Nicke (Dirut Pertamina) kalau BUMD tertarik, silakan," kata Menteri Rini, saat melakukan kunjungan kerjaa ke Riau, Selasa, 19 Maret 2019.

Berdasarkan data produksi teranyar dirilis Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas (SKK Migas) per Februari 2019 Blok Rokan setiap hari berproduksi 222.330 barel per hari atau 30 persen dari produksi nasional minyak Indonesia.

Walau mempersilakan BUMD untuk menjadi mitra Pertamina Hulu Rokan guna mengelola Blok Rokan, Menteri Rini mengatakan, tidak ada tawar-menawar dalam kerjasama, karena itu murni bussiness to bussiness.

Ia mencontohkan, seperti memiliki modal hingga tenaga kerja. "Kalau BUMD tertarik silakan. Kita terbuka. Tapi jangan lupa itu transaksinya business to business," jelasnya.


Tidak gratisnya BUMD Riau bermitra dengan Pertamina Hulu Rokan, tutur Rini, karena Pertamina mengeluarkan biaya mengambil alih Blok Rokan tanpa menggunakan uang dari negara. Melainkan laba dari BUMN yang ada.

"Karena waktu kita mengambil alih (Blok Rokan), semuanya kita bayar dari keuntungan BUMN kita. Bukan mendapatkan uang dari negara atau APBN," jelasnya.

Padahal, penelusuran SELASAR RIAU, PT Pertamina (Persero) harus menerbitkan global bond atau surat utang global di pasar modal Singapura sebesar 750 juta Dolar AS. Direktur Keuangan Pertamina, Pahala N Mansury mengatakan, dana itu sudah masuk ke kas perusahaan 2 minggu lalu.

"Sudah selesai. Kita sudah dapat USD 750 juta. Kurang lebih sekitar 2 minggu lalu closing-nya," kata Pahala saat ditemui dalam acara Pertamina Energy Forum di Hotel Raffles, Jakarta, Rabu,28 November 2018 silam.

Uang itu akan digunakan perusahaan untuk membayar bonus tanda tangan (signature bonus) ke Kementerian ESDM sebagai syarat mengelola Blok Rokan di Riau.

Perusahaan telah mendapatkan hak kelola Blok Rokan di Riau pasca-2021. Untuk bisa mendapatkan Blok Rokan, Pertamina diwajibkan membayar bonus tanda tangan ke pemerintah sebesar USD 784 juta ke pemerintah.

Menuju 2021, Pertamina melakukan tiga langkah strategis, mulai dari mengganti pipa-pipa minyak PT CPI sudah usang, dan biayanya oleh anak usaha Pertamina, PT PHR.

Kedua, Pertamina bakal melakukan pengeboran di lapangan yang ada. Ketiga, Chevron akan melakukan transfer pengetahuan ke Pertamina terkait pengelolaan di dalam blok.

Ini penting dilakukan sebab di Blok Rokan, perusahaan migas asal Amerika Serikat ini sudah menerapkan teknologi enhanced oil recovery (EOR) berperan menggenjot produksi di lapangan sudah tua.

Senior Vice President Policy, Government, and Public Affairs CPI, Wahyu Budianto mengatakan pihaknya siap bekerja sama dengan Pertamina dalam masa transisi ini. Ia berharap proses ini bisa berjalan dengan lancar.

“Pemerintah sudah memutuskan operator Blok Rokan itu Pertamina. Kita selalu kerja sama supaya smooth transisinya. Kita ingin transisinya lancar dan bagus,” kata Wahyu saat ditemui di Gedung DPR RI usai Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Jakarta, Senin (21/1).