Ekspor CPO Sudah Dibuka, Harga Minyak Goreng Masih Mahal, Begini Penjelasannya

Minyak-Goreng27.jpg
(Haslinda/Riau Online)


RIAUONLINE, PEKANBARU - Menanggapi pernyataan Presiden Jokowi mengenai harga minyak goreng curah akan turun hingga Rp 14.000 per liter dalam kurun waktu satu minggu ke depan, Pengamat ekonomi dari Universitas Riau, Dahlan Tampubolon mengatakan hal tersebut tidak akan terpenuhi.

Menurutnya, hal ini lantaran harga crude palm oil (CPO) dunia masih tinggi dan rotterdam masih jauh di atas harga KPBN.

"Presiden Jokowi sudah melimpahkan pengawalan harga minyak goreng kepada Luhut Binsar Pandjaitan (LBP) dan harapannya pada dua minggu ke depan sudah turun ke harga Rp14.000. Kalau mengandalkan berlakunya hukum pasar dalam penataan harga minyak goreng curah, target penurunan menjadi Rp14.000 tidak akan terpenuhi dalam 2 minggu ke depan karena harga CPO dunia masih tinggi (harga Malaysia dan Rotterdam masih jauh di atas harga KPBN-red)," ujarnya kepada RIAUONLINE.CO.ID, Jumat 27 Mei 2022.

Dikatakan Dahlan, apalagi mengingat harga minyak goreng kemasan dan minyak goreng curah sampai saat ini masih mahal di pasaran.

"Harga minyak goreng dalam dua hari terakhir turun sekitar Rp 300 per liter, tidak signifikan dengan penurunan harga TBS dalam beberapa waktu terakhir. Harga minyak kemasan premium umumnya sekitar Rp22.500 – 23.800 per liter sedangkan di pasar tradisional Riau harga minyak curah masih berada pada Rp15.600 per kilo," tukasnya.

Kendati demikian, Dahlan menyebut LBP sebenarnya bisa saja mengeluarkan kebijakan yang lebih ketat dalam pengawasan ekspor, karena selama ini DMO 30 persen yang diterapkan berdasarkan Permendag.

Selain itu, LBP bisa memaksa beberapa BUMN perkebunan yang terintegrasi dengan industri minyak goreng melalui penugasan untuk memenuhi pasar minyak goreng curah pada harga Rp14.000.


 

 

Namun, jika hal di atas belum bisa menurunkan harga minyak goreng curah, LBP masih bisa memaksa Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) untuk membayar selisih biaya produksi minyak curah dengan harga jual Rp14.000 tersebut.

"Sumber pembiayaannya dari penerimaan BPDPKS berupa pungutan ekspor dan dalam pelaksanaannya bekerja sama dengan Bulog. Sistem yang dijalankan seperti halnya pengenaan harga bio solar yang tetap terkontrol pada harga Rp5.150 dengan biaya produksi di atas Rp 15.000 dan selisihnya dibayarkan BPDPKS ke produsen bio solar," jelasnya.

Sementara menyinggung soal CPO, Dahlan mnjelaskan dalam beberap hari ini, harga CPO dunia memang turun sedikit. Ini dikarenakan dibukanya kembali keran ekspor CPO Indonesia dan mulai memasuki pasar global.

Di Bursa Malaysia harga CPO mencapai MYR 6.510/ton atau sekitar Rp21,623.36 per kg (MYR 1 = IDR 3,321.56). Rata-rata satu kilogram CPO menghasilkan 0,85 kg minyak goreng atau untuk satu liter minyak goreng membutuhkan 1,087 kg CPO.

Untuk kebutuhan satu liter minyak goreng mengeluarkan biaya bahan baku sekitar Rp23.500.

"Untuk industri minyak goreng yang terintegrasi dengan hulunya (kebun dan PKS), bisa mendapatkan pasokan bahan baku yang lebih murah karena dari perusahaan sendiri. Namun bagi perusahaan minyak goreng yang mendapatkan bahan baku melalui pembelian kepada pihak lain, tentu akan menghasilkan harga minyak goreng di atas harga bahan bakunya," pungkasnya.