Sedih, Inilah Ucapan Selamat Tinggal yang Ditebar Aleppo di Tengah Perang Tanpa Ampun

Aleppo.jpg
(DW.COM)

RIAU ONLINE - Warga Aleppo menebar ucapan selamat tinggal di tengah keputusasaan terhadap perang tanpa ampun. Kelambanan dunia membantu warga di Suriah membuat penderitaan mereka yang kain terjepit di tengah konflik semakin menyedihkan.

 

Inilah situasi hari-hari terkahir di Aleppo, Suriah. Saat pasukan pemerintah yang setia pada Presiden Suriah Basyar al Assad berhasil menngusir pemberontak keluar dari kawasan itu. Di tempat penampungan bawah tanah dan rumah duka, para dokter memohon bantuan.

 

Kediaman warga dibom tanpa henti, terutama di distrik-distrik yang tersisa di bawah kendali pemberontak di Aleppo. Warga mulai menebar ucapan selamat tinggal melalui pesan-pesan yang beredar luas di media sosial. Seolah mereka ingin memiliki kata akhir dalam perang tak berkesudahan ini.

 

"Tidak ada tempat sekarang untuk pergi, ini adalah hari-hari terakhir," kata Abdulkafi Alhamdo, seorang guru bahasa Inggris yang mengkritik kekejaman pemerintah Presiden Bashar Assal, seperti dikutip dari DW.COM, Kamis, 15 Desember 2016.

 

Lewat pesannya, Alhamdo menceritakan situasi melalui video streaming Periscope. Ia menceritakan semakin dekatnya pasukan pemerintah.

Baca Juga: Tokoh Ini Dinobatkan Sebagai Orang Paling Berkuasa di Dunia 2016

 


"Di sini hujan, bunyi bom sedikit lebih tenang. Pasukan pemerintah Basyar Assad mungkin 300 meter jaraknya. Tidak bisa kemana-mana. Ini adalah hari-hari terakhir. Saya berharap kami bisa berbicara lagi dengan kalian di Periscope. Saya pikir kami telah berbagi banyak momen tentang Aleppo,” katanya.

 

"Saya tidak tahu harus bicara apa lagi... Saya harap Anda bisa melakukan sesuatu untuk rakyat Aleppo. Untuk putri saya, untuk anak-anak lainnya juga," katanya dalam video penuh rasa emosional.

 

"Saya tak percaya lagi PBB, atau masyarakat internasional. Sepertinya mereka puas kami terbunuh,” lanjutnya. "Kami menghadapi situasi paling sulit, pembantaian paling mengerikan dalam sejarah baru-baru ini. Rusia tak ingin kami keluar dari sini hidup-hidup, mereka ingin kami mati. Setali tiga uang dengan keinginan Assad.”

 

Dengan terbata-bata, Abdulkafi kembali melanjutkan pesannya seolah akan menjadi yang terakhir untuk dunia. "Kemarin-kemarin, ada banyak perayaan di bagian lain Aleppo, mereka merayakan jenazah kami. Oke, inilah hidup. Tapi setidaknya, kami tahu bahwa kami adalah orang-orang bebas. Kami ingin kebebasan, tak ada yang lain, hanya kebebasan. Tapi ini bukan kebebasan. tak percaya bahwa kau bukan lagi orang yang bebas di negaramu sendiri. Dunia ini tak inginkan kebebasan. Ini bukan kebebasan."

Klik Juga: Untuk Hentikan Perang Suriah, John Kerry Bakal Jumpai Putin

 

Ribuan warga Aleppo yang sebelumnya dikuasai pemberontak semakin terpojok saat pasukan pemerintah Suriah yang didukung Rusia menolak gencatan senjata. Kelompok hak asasi membuat permohonan mendesak agar semua pihak yang terlibat konflik melindungi penduduk sipil.

 

Namun, di sebuah pojok di Aleppo, pasukan pemerintah makin mendekat hanya dalam jarak 300 meter, di tengah hujan, nampak Abdulkafi Alhamdo yang putus asa dengan kelambanan global bertindak mengatasi situasi di Suriah.

 

Abdulkafi Alhamdo menutup kata-katanya kepada kita semua: "Saya harap kalian mengingat kami. Terima kasih."

 

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline