Dua ABK Indonesia Kembali Diculik di Perairan Malaysia

Ilustrasi-Penyanderaan.jpg
(INTERNET)

RIAU ONLINE - Dua warga negara Indonesia (WNI) kembali dikabarkan diculik di perairan Sabah, Malaysia pada Sabtu, 19 November 2016, dua pekan usai insiden serupa menimpa dua WNI Lainnya.

 

Kedua WNI asal Majene, Sulawesi Barat tersebut merupakan Kapten dan anak buah kapal Indonesia (ABK). Safaruddin dan Sawal diduga menjadi korban penculikan kelompok militan Abu Sayyaf.

 

Komandan Keamanan Sabah Timur, Datuk Wan Abdul Bari Wan Abdul Khalid menjelaskan penculikan berlangsung di perairan dekat Kota Lahad Datu, Sabah Timur, Malaysia.

 

Menurutnya, Sekelompok pria bersenjata menaiki sebuah kapal nelayan sekitar pukul 18.30 waktu setempat, saat kapten kapal, asistennya dan 11 kru berhenti untuk memancing ikan.

 

Selain menculik kapten dan asistennya, para pria bersenjata itu juga mengambil telepon seluler seluruh anggota kru dan mesin kapal," kata Abdul Khalid kepada kantor berita Bernama, dikutip dari BBC Indonesia, Senin, 21 November 2016.


 

Abdul mengatakan, selang 30 menit kemudian, pihaknya dihubungi oleh nelayan lain perihal kejadian tersebut. Sebanyak 11 ABK dapat diselamatkan nelayan sekitar, namun kapten dan asistennya diculik para pria bersenjata tersebut.

 

Menurut Abdul, sang Kapten berusia 43 tahun dan asistennya berusia 36 tahun. Namun, Abdul tidak menyebut nama kelompok yang melakukan aksi penculikan tersebut.

 

Sementara, juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Arrmanatha Nasir mengaku sudah menerima kabar terkait kejadian penculikan tersebut. "Konsulat Jenderal RI di Tawau masih mendalami rincian kejadian dan keterangan mengenai korban penculikan," kata dia.

 

Insiden penculikan terhadap dua ABK WNI ini terjadi hanya berjarak dua pekan setelah peristiwa serupa menimpa dua nakhoda WNI asal Buton, Sulawesi Tenggara, yang juga diculik di dua kapal berbeda saat melaut di perairan Sabah Timur.

 

Penculikan terhadap WNI oleh kelompok milisi Filipina, Abu Sayyaf, telah beberapa kali terjadi di perairan Malaysia dan Filipina. Aksi kejahatan itu semakin terbuka lebar lantaran ada sekitar 6.000 WNI yang bekerja di kapal-kapal penangkap ikan Malaysia.

 

Untuk mengatasinya, Indonesia telah menggelar pertemuan trilateral dengan Malaysia dan Filipina secara khusus di Yogyakarta, pada Mei lalu. Namun, prosedur dan hal-hal teknisnya masih dirundingkan.

 

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline