Kemarau di Riau Sudah 95 Persen, BMKG Rau: Siklus Mirip 2019

Ramlan3.jpg
(Riau online/Sofiah)

RIAU ONLINE, PEKANBARU-Bumi Lancang Kuning termasuk salah satu provinsi yang dilalui oleh garis khatulistiwa. Adanya garis api tersebut menjadikan provinsi Riau lebih panas dibanding provinsi yang tidak dilalui.

Hal itu juga berpengaruh terhadap cuaca yang dialami di Riau. Belum lagi jika memasuki musim kemarau.

Menurut prediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada tahun 2023 Riau diprediksi mengalami kemarau kering. Kemarau ini menjadikan Riau berbeda dari tiga tahun sebelumnya. El nino menunjukan lebih panas.

 

Hal itulah yang disebut oleh Kepala BMKG Riau, Ramlan. Kepada RIAU ONLINE, saat dikonfirmasi mengenai berapa persen kemarau yang telah terjadi di Riau beberapa waktu lalu.

 

"Kemarau di Riau sudah mencapai 95 persen. Ada wilayah yang belum sepenuhnya kemarau yakni Indragiri Hulu (Inhu) dan Indragiri Hilir (Inhil)," katanya.

 


Diuraikannya, kemarau yang terjadi pada Februari hingga April yakni netral. Pada bulan berikutnya hingga Juni ini, dikatakan Ramlan memasuki netral lemah ke sedang.

 

"Kondisi ini akan berlangsung hingga Oktober atau November. Disamping itu, ada namanya Dipolemode (DM) yakni febomena yang berada di Samuder Hindia sementara El Nino pada Samudera Pasifik. Untuk diketahui Riau berada di DM yangmana indeksnya positif atau kering," ujarnya.

 

Dua fenomena tersebut terjadi pada dua laut yang berbeda. Untuk DM pengaruhnya kerap terjadi di wilayah Sumatera Barat (Sumbar), Sumatera Utara (Sumut), Aceh, dan sebagian di Kalimantan Barat (Kalbar), serta bagian selatan Riau seperti Jambi.

 

"Itu memicu musim kemarau semakin kering. Puncak yang perlu diwaspadai musim kemarau pada bulan Juli, Agustus hingga September. Ini lebih dahsyat tiga tahun belakangan," terangnya.

 

Ciri khas el nino pada 2023 ini dikatakan mantan kepala BMKG Sulawesi Tenggara mirip dengan el nino 2019 yang sempat mengalami kekeringan. Meski sebenarnya lebih dahsyat dari 2015 yang lebih kering dari 2019.

 

 

"Jika dilihat dari siklusnya tipikal ini mirip dengan 2019 yang sempat terjadi Dipolemode yang positif dan el nino yang moderat. 2020-2022 el nino basah. Siklus yang terus berubah tentunya kami up date setiap bulan hingga enam bulan yang akan datang," jelasnya.