Cerita Sukses Desa Koto Mesjid Menjadi Kampung Patin

suhaimi-kampung-patin.jpg
(istimewa)

Laporan: HARISEP ARNO PUTRA

RIAU ONLINE, KOTO MESJID - Desa Koto Mesjid Kampung Patin, tak asing lagi didengar. Desa ini memiliki tempat wisata yang banyak dikunjungi wisatawan, selain itu Kampung Patin juga memiliki Pusat Sentra Pengelolaan Patin.

Ikan Patin merupakan komoditas ekonomi yang telah menjadi penggerak desa. Setiap hari dipanen berton-ton patin segar. Ikan berasal dari 800 lebih kolam ikan warga.

Kolam-kolam itu seolah-olah menjadi kewajiban yang harus ada di setiap rumah. Memiliki slogan tiada rumah tanpa kolam ikan, hampir setiap kepala keluarga di desa menjadikan kolam ikan sebagai sumber mata pencarian utama.

Kepala Unit Pembenihan Rakyat (UPR) Graha Pratama Fish Suhaimi menyebut, Desa ini memiliki Slogan, Tiada Rumah Tanpa kolam, sekarang targetnya adalah Satu Rumah Tiga Entrepreneur.

Seluruh masyarakat Budidaya ikan patin, pada 150 hektar terdapat sekira 800 kolam.

"Kebutuhan di desa dulu awal-awalnya dengan kita memproduksi bibit 300.000 aja susah dijual, kita harus menjual keluar, sekarang karena budidaya berkembang pengolahan pembudidaya berkembang sekarang sampai 3.000.0000 ekor sebulan pembenih." ujarnya.

"benih itu menjadi peluang usaha yang sangat besar maka kebutuhan pakan dalam waktu satu bulan menghabiskan 35 ton 40 ton. berapa butuh tenaga kerja dari pembuatan makan pabrik itu, belum tenaga kerja untuk yang lain lagi, jadi multiplier effect," kata suhaimi menambahkan.


Dari patin ini, Suhaimi berhasil mendapatkan Lima Penghargaan Nasional. 2010 Adi bakti Mina bahari. Pembudidaya terbaik se-Indonesia. 2011 Asareword. 2011 terbaik Se- Indonesia Persi Telkom. 2013 ISNMBA Eword terbaik Satu Indonesia. Tahun 2015 Piala Adibakti Mina Bahari Pusat Pelatihan Terbaik Se-Indonesia. 2019 dari Perikanan Propinsi. Itulah membawa kampung patin sampai dikenal di Nasional. Internasional yes di Monako.

Pembudidayaan Ikan Patin di Desa Koto Mesjid kampung patin ini berawal sejak tahun 1998, awal pembenihan ini mulai berkembang sejak tahun 2000 setelah masuk Program Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP).

"Kebetulan saat itu saya yang menjadi ketuanya bersama Hasan," katanya.

"Pengkajian teknologi pertanian ini dalam rangka mengembangkan teknologi perikanan, akhirnya dicari dulu komoditi paling tepat. Yang paling tepat untuk komoditi di negeri itu, baik sumber daya manusianya, banyak sumber daya alamnya, baik seluruhnya, jadi ketika itu di cobalah ikan emas ikan nila."

Alhasil Ikan patin jadi pilihan paling tepat.

"Ikan patin itu setahun penelitian, ini diperpanjang karena namanya bagus, kedua tahun itu disambung tahun ketiga hasil penelitian kawan-kawan yang paling banyak."

Selanjutnya pengkajian tentang pakan ikan, sehingga ditemukanlah formulasi atau pakan ikan yang paling tepat untuk patin.

"Bukan hanya yang paling tepat dari segi pertumbuhannya, paling efisien yang paling menguntungkan petani. Dan mudah di adopsi masyarakat," kata Suhaimi

Patin merupakan komoditi sangat mudah diolah, mempunyai daging yang tebal dan rasa yang enak.

"Rendemennya terindah itu daging yang dihasilkannya persentasi itu tinggi."

Patin bisa diolah jadi bahan berbagai makanan.

"Bisa diolah jadi bakso, naget, kerupuk patin, abon dan filet, Kami merencanakan menjadi 36 olahan yang muncul baru 12 olahan tapi yang cukup berkembang sekarang itu yang paling berkembang untuk kebutuhan sehari-hari," Kata Suhaimi.

Cikal bakal pertama kali dimulai dari pembenihan, sekarang di kampar sudah 80 orang jadi pembenih.

"Itu semua ilmunya berawal dari sini Desa Koto mesjid Kampung patin," kata Suhaimi.