Kadisdik Kampar Buka Sosialisasi Muatan Lokal Budaya Melayu Riau

Pembukaan-Seminar-Muatan-Lokal.jpg
(RIAUONLINE.CO.ID/ISTIMEWA)

RIAU ONLINE, BANGKINANG - Mewakili Bupati Kampar Azis Zaenal, Kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga (Kadisdikpora) Kabupaten Kampar, Santoso, membuka sosialisasi Budaya Melayu Riau (BMR) sebagai muatan lokal wajib di SD/MI dan SMP/MTs, Selasa, 8 Mei 2018, di Aula Gedung Guru Jalan DI Panjaitan, Bangkinang Kota.

 

Acara mengusung tema Kembalikan Marwah Kampar sebagai Mata Air Peradaban Melayu Riau, diikuti lebih dari 600 kepala SD/MI dan SMP/MTs.

Kedisdik dalam sambutannya mengatakan, sudah saatnya dunia pendidikan Kampar untuk mambangkik batang Taghondam (menaikkan batang yang terendam).

Tujuanya, agar budaya Kampar seperti Oguong Calempong, idan kesenian lainnya serta penanaman nilai-nilai budaya kearifan lokal untuk menunjang terbentuknya karakter anak didik.

Sosialisasi Budaya Melayu Riau

KETUA Umum Majelis Kerapatan Adat Melayu Riau, Datuk Al Azhar, menyerahkan cendera mata kepada tokoh muda Riau Yuyun Hidayat, Selasa, 8 Mei 2018, saat Sosialisasi Budaya Melayu Riau. 

"Dewasa ini kita sudah sangat dikhawatirkan dengan krisis akhlak dan moral. Bahkan sudah menjadi rahasia anak SMP sudah ada merokok dan hilangnya sopan-santun digenerasi penerus, untuk itu sudah saatnya kita mambangkik batang taghondam," jelas Kadisdikpora Santoso.


Usai resmi dibuka Kadisdik Kampar, Sosialisasi BMR dipandu moderator Bambang Hermanto menghadirkan 3 Panelis. Di antaranya Werkanis AS, dari Dewan Pendidikan Provinsi Riau, Ketua Umum Majelis Kerapatan Adat Melayu Riau Datuk Al Azhar serta Tokoh Muda Riau, Yuyun Hidayat.

Dalam pemaparannya Dr Wekanis menjelaskan dalam muatan lokal bertujuan menumbuhkan kreatifitas, mengembangkan jiwa anak yang mandiri, budaya serta karakter anak didik.

"Selain itu, perilaku harus ditata betul. Misalnya makan tidak boleh berdiri, kalau muatan lokal sudah dikembangkan, kita harus menegur. Membuat konten muatan lokal adalah lembaga adat, setelah materi ini dibuat, harus dibentuk tim pengembangan kurikulum muatan lokal," ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Umum Majelis Kerapatan Adat Melayu Riau (MKAMR) Datuk Al Azhar menjelaskan sejarah munculnya muatan lokal sudah ada sejak 1980 dalam bentuk tulisan Arab Melayu.

"Di tahun 2010 ada pengembangan oleh Dinas Pendidikan Provinsi, kurikulum saat ini menggunakan kurikulum Mulok terbaru 2015. Muatan lokal dalam K-13 secara teoritis terdapat dalam 2 hal. Pertama menggunakan kearifan lokal, materi K13 mewajibkan kita mengkreasikan bahan pelajaran dengan kearifan lokal," bebernya.

Kadisdikpora Kabupaten Kampar

KEPALA Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Kadisdikpora) Kabupaten Kampar, Santoso MPd, saat membuka acara Sosialisasi Budaya Melayu Riau, Selasa, 8 Mei 2018.

Kedua, lanjut Al Azhar, muatan lokal bisa menjadi mata pelajaran tersendiri sepanjang ada payung hukumnya, seperti Perda Pemprov Riau tentang penyelenggaraan pendidikan di dalamnya mewajibkan pendidikan muatan lokal adat melayu Riau.

"Namun melaksanakan itu, harus ada Pergub, dan Pergub ini sempat mangkrak selama 2 tahun. Pada 2015 baru lahir Pergub, namun setelah itu, 2016 muncul lagi aturan bahwa kewenangan SMA pindah ke Provinsi, SD dan SMP tetap di Kabupaten kota," ulasnya.

Sementara itu, Yuyun Hidayat MSc menjelaskan dihadapan Kepsek yang hadir, bahwa Kepala sekolah merupakan pemimpin di sebuah sekolah, yang bisa menciptakan budaya yang baik bagi anak didik.

"Leaders is culture, bapak dan ibu adalah pemimpin yang menciptakan budaya, jadi mari kita ciptakan budaya yang baik disekolah. Jika bapak dan ibu datang terlambat, pasti lambat laut gurunya datang terlambat, kalaulah guru datang terlambat tentu muridnya tidak akan disiplin lagi," ungkap Yuyun. (advertorial)