RIAU ONLINE - Dewi Astuti, nama yang kembali mencuat di balik penggagalan penyelundupan narkoba menggunakan dua kapal besar di perairan Kepulauan Riau (Kepri).
Perempuan itu diduga menjadi figur sentral jaringan narkotika internasional asal Indonesia. Ia pun diduga kuat menjadi dalang di balik pengiriman lebih dari 4 ton sabu dan kokain dari kawasan Asia Tenggara ke Indonesia.
“Kami menduga kuat kedua kapal tersebut beroperasi dalam jaringan Dewi Astuti. Jika hasil drug signature yang sedang kami uji menunjukkan kesamaan, maka benang merahnya semakin kuat,” tegas Kepala BNN Komjen Pol Marthinus Hukom saat konferensi pers di Batam, Senin, 26 Mei 2025.
Sebelumnya, kapal Sea Dragon Tarawa membawa 2 ton sabu dan The Aungtoetoe 99 mengangkut 1,2 ton kokain dan 678 kg sabu. Barang haram yang diangkut dua kapal besar itu diperkirakan bernilai lebih dari Rp 5 triliun di pasaran gelap. Jumlah ini setara menyelamatkan lebih dari 8 juta jiwa dari bahaya penyalahgunaan narkoba.
Nama Dewi Astuti disebut bersanding dengan gembong kelas kakap lainnya, seperti Chai dan Ka Khao dari Thailand yang kini masuk daftar pencarian buronan internasional (DPO Interpol). Ketiganya diduga menjalin kerja sama dalam menyuplai narkoba dari kawasan Golden Triangle menuju wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia, sebagaimana dilansir dari jaringan RIAU ONLINE, Batamnews, Selasa, 27 Mei 2025.
Jaringan Dewi Astuti dikenal rapi dan beroperasi lewat jalur laut, memanfaatkan pekerja pelayaran, dan jalur perairan Kepri sebagai pintu masuk utama.
Pengintaian terhadap jaringan ini disebut telah berlangsung selama lima bulan. Keterlibatan Dewi pun diperkuat dengan kesaksian para tersangka dan pola pengirimannya mirip dengan kasus yang dikaitkan dengannya sebelumnya.
Kini, BNN tengah memburu Dewi Astuti secara intensif. BNN bekerja sama dengan intelijen regional dan internasional.
“Kami tidak akan berhenti sampai aktor utamanya tertangkap. Dewi Astuti adalah salah satu target utama perang Indonesia melawan narkotika,” tegas Marthinus.