Punya Pemerintah, Rumah Sakit di Indonesia Ini Terima Pasien Korban Ilmu Hitam

Ilmu-hitam.jpg
(Via suara.com/pixabay)

RIAU ONLINE, DENPASAR-Ada layanan berbeda di Rumah Sakit Bali Mandara (RSBM) yang beralamat di Jl Bypass Ngurah Rai No.548, Sanur Kauh, Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali ini.

Pasalnya rumah sakit milik pemerintah ini membuka praktik pengobatan tradisional Bali atau Usadha untuk mengobati pasien yang terkena ilmu hitam.

Pasien yang berobat bisa datang ke RS milik pemerintah ini bila merasa diri terkena penyakit non medias seperti halnya serangan Black Magic.

Sebagaimana diwartakan beritabali.com – jaringan suara.com, pengobat yang dipekerjakan salah satunya seorang apoteker yang menekuni usadha atau teknik pengobatan tradisional Bali.

 

Rumah Sakit Bali Mandara Siap Jadi yang Terdepan Dalam Layanan JKN-KBS -  denpasarkota.go.id

Rumah Sakit Bali Mandara (RSBM)/Denpasarkota.go.id

"Keberadaan kami di rumah sakit ini bukan menggantikan pengobatan medis. Namun membantu dokter mendeteksi sumber sakit pasien secara non medis yang dapat menjadi penghambat dalam proses pengobatan (medis)," kata Penanggung Jawab dan Praktisi Pengobatan Tradisional di Poliklinik Kesehatan Tradisional Rumah Sakit Bali Mandara, Gede Suardana, Rabu (18/5/2022)

Pengobatan ini diresmikan sejak awal Maret 2022, poliklinik ini sudah melayani lebih dari 100 orang pasien dari berbagai daerah seperti Bali, Jakarta, dan Pulau Jawa.

Mereka yang datang rata-rata sudah bertahun-tahun menjalani pengobatan medis maupun non medis di tempat lain namun belum menunjukan tanda-tanda kesembuhan.


Suardana yang memiliki latar belakang pendidikan sebagai seorang apoteker telah menekuni pengobatan tradisional sejak 14 tahun lalu dengan dasar sastra aksara Bali.

Melalui ilmu tersebut, ia membantu untuk menghidupkan kembali inner power (tenaga dalam) pasien yang telah melemah akibat serangan ilmu hitam. Kemudian kekuatan pasien dan Tuhan disatukan untuk mengeluarkan benda asing dalam tubuhnya.

Cara pengobatan di poliklinik ini diawali dengan pemeriksaan pasien menggunakan ilmu medis yang meliputi pemeriksaan tensi, suhu tubuh, dan beberapa pengecekan fisik lainnya yang dilakukan oleh perawat.

Kemudian pasien akan ditanya mengenai riwayat dan kronologi sakit, dilanjutkan dengan proses screening.

“Dalam proses ini, pasien dan yang diobati harus satu pemahaman mengenai metode pengobatan yang dilakukan,” jelasnya.

Saat itu tubuh pasien akan diurip (dihidupkan-red) sastra aksara Bali melalui bacaan tertentu. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan inner power pasien.

Jika kekuatan dalam pasien bangkit, penyakit non medis di tubuh akan bergerak.

"Energi yang bergerak ini yang mampu kami screening, sekaligus dapat melihat bagian tubuh mana yang dipegang oleh kekuatan non medis. Bagian yang diserang itu akan terasa sakit," tuturnya.

Dalam proses penyembuhannya memiliki waktu yang berbeda-beda. Ada yang berobat minimal 2 - 3 kali untuk pasien dengan kategori sakit ringan.

Namun jika sakitnya berat seperti kelumpuhan atau cacat lainya pengobatan dilakukan hingga 7 kali atau lebih.

Jika sakitnya telah menahun, akan disarankan untuk melakukan puasa mutih dengan mengkonsumsi air putih dan nasi putih saja selama tiga hari untuk meningkatkan inner power sehingga cengkraman non medis akan melemah karena merasa hawa panas di dalam. Setelah tubuh pasien bersih dari hal yang berbau non medis, akan dilanjutkan dengan akupuntur.

Ia menuturkan, ketika sumber atau sebab sakit non medis tidak terlihat saat pasien didiagnosa dalam pengobatan medis. Saat itulah seorang dokter memerlukan ahli pengobatan tradisional untuk bekerjasama agar sakit pasien tidak berlarut-larut.

Hanya saja saat ini pengobatan tradisional belum sepenuhnya diterima di kalangan medis.

Suardana mengatakan, jika kepala dikuasai oleh penyakit non medis, dilakukan juga upaya hipnotis terhadap pasien. Tujuannya, agar mengembalikan jati diri pasien.

Ditekankan bahwa badan, dan pikiran ini punya dia, maka siapapun tidak boleh mengendalikan dikutip dari suara.com

Ia menjelaskan bahwa baru pertama kalinya pengobatan tradisional atau non medis berada di rumah sakit sebagai upaya penyembuhan alternatif.

Langkah ini merupakan permulaan. Sebab selama ini antara pengobatan non medis dan medis sangat berseberangan, padahal keduanya masih berhubungan erat.

"Sisa dari hasil pengobatan non medis akan memerlukan pengobatan medis untuk penyembuhan secara optimal," jelasnya. Bukti kesembuhan dari pengobatan non medis ini juga dibuktikan dari hasil uji bukti klinis pasien pasca pengobatan non medis.