Indonesia Mulai Coba Penggunaan Plasma Darah untuk Pasien Covid-19

Plasma-Darah.jpg
(istimewa)

RIAU ONLINE, JAKARTA-Secara teoritis, menyuntikkan darah kaya antibodi virus corona pada pasien COVID-19 dapat membantu melawan infeksi virus. dan sTeseorang yang baru pulih dari penyakit COVID-19 dilaporkan memiliki antibodi virus corona yang beredar di dalam darahnya. 

erapi eksperimental ini dikenal sebagai “plasma konvalesen”, darah penyintas ditransfusikan kepada pasien yang masih sakit.


Pengobatan diawali dengan mengumpulkan plasma darah atau bagian cair dari darah, termasuk sel-sel darah atau trombosit dari penyintas COVID-19. Sejumlah negara telah melakukan uji coba terapi plasma darah, termasuk China, titik nol penyebaran SARS-CoV-2. Beberapa pasien diklaim berhasil sembuh, bahkan yang kondisinya kritis sekalipun. 

Berikut beberapa negara menggunakan terapi plasma darah untuk mengidentifikasi efektivitas obat dalam melawan infeksi virus corona, sebagaimana telah dirangkum kumparanSAINS. 

Indonesia
Menteri Riset dan Teknologi, Bambang Brodjonegoro mengatakan, pihaknya tengah menguji coba plasma darah pasien sembuh untuk terapi pasien virus corona yang sedang kritis. Ia menyebut hasil penelitian di RSPAD Gatot Subroto, salah satu rumah sakit rujukan COVID-19, menunjukkan plasma darah berpotensi digunakan untuk pengobatan pasien virus corona. 

"Di luar obat yang biasa kita kenal saat ini sedang dan sudah dilakukan terkait convalensense plasma dari pasien yang sudah sembuh itu kemudian dicoba diberikan sebagai terapi untuk pasien covid-19 yang sedang dalam kondisi berat," kata Bambang di Gedung Graha BNPB, Jakarta Timur, Minggu 3 Mei 2020


China
Pada akhir Januari 2020, rumah sakit di seluruh China mulai menggunakan plasma darah sebagai pengobatan untuk pasien COVID-19. Salah satunya Shenzhen Third People's Hospital di kota Shenzhen. 
Dokter menguji coba pemberian serum plasma darah kepada lima pasien COVID-19 yang berada dalam kondisi kritis. Hasilnya, lima pasien berhasil pulih, sedangkan dua lainnya dalam keadaan stabil. Hingga tanggal 6 April 2020, China telah melangsungkan 19 uji klinis plasma konvalesen. 

India
India mulai memberikan transfusi plasma darah kepada pasien COVID-19 sejak awal pekan kemarin. Uji coba tahap satu ini pertama kali dilakukan di Victoria Hospital di kota Bengaluru. Pihak rumah sakit telah menyetok plasma darah yang didonorkan beberapa orang yang telah sembuh dari infeksi virus corona. 
Dewan India untuk Penelitian Medis telah menyetujui rencana uji coba fase dua yang melibatkan lebih dari 450 pasien. Jika uji coba Karnataka berjalan dengan baik, maka proses riset akan memakan waktu hingga enam bulan.

Amerika Serikat 
Amerika Serikat telah memasuki uji klinis plasma darah fase kedua. Prosedur pengobatan dilakukan secara acak dan melibatkan 450 pasien pada seminggu yang lalu. 

Kalangan ilmuwan AS juga mengikuti kemajuan lebih dari 600 pasien yang telah menerima terapi plasma darah di seluruh dunia. Dokter mengatakan, beberapa studi kasus plasma darah, meskipun tidak dilakukan dalam pengaturan yang ketat dari uji medis, dapat memberikan wawasan yang bermanfaat. 

Italia
Italia mulai bereksperimen terhadap transfusi plasma darah di University Hospital of Pisa. Prosedur pemberian plasma darah dilakukan di rumah sakit di lebih dari 20 wilayah se-Italia, menyusul uji coba yang sebelumnya telah berlangsung di Lombardy, pusat wabah COVID-19 Italia. 
Ketika pandemi di Italia memburuk pada Maret 2020, China menawarkan pengiriman 90 ton plasma darah ke rumah sakit Italia untuk penggunaan darurat, tetapi tes kelayakan menunjukkan bahwa sumbangan plasma tersebut tidak dapat digunakan. 

"Kami memiliki bukti bahwa selubung protein yang disebut spike protein (S protein) bermutasi," kata Daniele Focosi, spesialis transfusi di University Hospital of Pisa. 
“Jadi plasma konvalesen yang dikumpulkan di China mungkin tidak melindungi bagi pasien COVID-19 di Eropa dan AS. Anda perlu antibodi yang berasal dari infeksi pada jenis yang sama yang beredar di daerah Anda,” tuturnya. 

Iran
Iran mulai mengobati pasien COVID-19 dengan transfusi plasma darah sejak awal April 2020. Menurut Dr. Hassan Abolqasemi yang memimpin proyek uji coba, terapi plasma terbukti efektif dalam pengobatan penyakit lain seperti SARS, MERS, dan Ebola. 
“300 orang telah menyumbangkan plasma darah mereka, dan hasilnya adalah penurunan 40 persen dalam jumlah kematian akibat coronavirus,” ujarnya.

Artikel ini sudah terbit di Kumparan.com