Titik Balik Spiritual Titiek Puspa, Benarkah Mualaf?

Titiek-Puspa2.jpg
(Suara.com)

RIAU ONLINE - Dunia seni dan musik Indonesia kembali diselimuti kabar duka. Sosok legendaris, Titiek Puspa, berpulang dengan tenang pada Kamis, 10 April 2025.

Wanita berdarah Jawa yang lahir dengan nama Sudarwati di Tanjung, Kalimantan Selatan, itu sudah lebih dari setengah abad mewarnai panggung hiburan Tanah Air.

Dari nama Kadarwati, Titiek Puspa kini menjadi ikon budaya nasional. Hidupnya merupakan kisah dedikasi tanpa lelah sekaligus cinta tanpa pamrih untuk dunia seni.

Bukan hanya penyanyi bersuara khas, Titiek Puspa juga seorang pencipta lagu, penulis lirik, aktris, dan pencerita kehidupan melalui karya.

Suara indahnya telah menginspirasi dan menanamkan harapan, serta nilai dalam lirik yang disenandungkannya.

Menurut sejumlah sumber, Titiek Puspa memulai perjalanan panjangnya sebagai seniman di sebuah panggung sederhana, di Semarang, Jawa Tengah.

Panggung sederhana itu membawanya menuju ajang pencarian bakat legendaris, Bintang Radio, sebuah kompetisi yang pada masanya menjadi gerbang emas bagi talenta-talenta terbaik Indonesia.


Titiek mencuri perhatian para juri dan publik dengan suara khas nan penuh pengkhayatan, menandai lahirnya seorang bintang yang akan bertahan hingga lintas dekade.

Tidak berhenti di dunia tarik suara, Titiek membuktikan kemampuannya di dunia seni peran. Dengan pesonanya, Titiek menjelma sebagai aktris yang mampu menghidupkan karakter dengan begitu kuat.

Nama Titiek Puspa semakin terang setelah bergabung lewat perannya dalam sejumlah operet seperti Bawang Merah Bawang Putih, Ketupat Lebaran, Kartini Manusiawi hingga Ronce-ronce. Titiek menghadirkan hiburan yang tak hanya memikat, tetapi juga sarat nilai budaya dan pesan moral.

Dari panggung layar kaca, lagu ke lakon, Titiek membangun dirinya secara perlahan menjadi ikon seni Indonesia yang tak tergantikan.

Tak hanya karya seninya, perjalanan spritual Titiek Puspa juga memantik rasa penasaran publik. Sejatinya, Titiek Puspa lahir sebagai dari keluarga Muslim pada 1 November 1937 dari pasangan Tugeno Puspowidjojo dan Siti Mariam yang merupakan keturunan Jawa yang memeluk agama Islam.

Meski lahir sebagai seorang Muslim, perjalanan spritual Titiek Puspa tidak langsung mengakar sejak kecil. Eyang Titiek mengaku baru memulai ibadah salat dengan sungguh-sungguh pada 1989, setelah melalui proses pencarian makna ketuhanan yang mendalam.

Sebelumnya, Eyang Titiek menganggap salat hanya sebagai percakapan ringan dengan Tuhan, sebagaiman dilansir dari Suara.com, Jumat, 11 April 2025.

Perjalanan di Madinah menjadi titik balik spritual Titiek Puspa. Kesempata itu hampir ditolaknya, karena merasa belum pantas disebabkan belum bisa salat dengan benar.

Dorongan dari seorang sahabat yang memberinya video cara salat khusyuk menjadi pintu hidayah yang membuka hati Titiek Puspa. Titiek mulai belajar dan menapaki jalur spritual.

Titiek Puspa sejak saat itu tidak hanya dikenal sebagai seniman besar, tetapi pribadi sederhana yang penuh syukur dalam menjalani hidup.

Titiek Puspa kini telah pergi, tapi warisannya abadi. Bukan hanya hadir untuk dikenal, tapi hidupnya dikenang, dicintai, dan menjadi cahaya tak pernah padam di panggung sejarah seni dan musik Indonesia.