Ironi Ruang Publik di Pekanbaru: Trotoar Jadi Lapak, Pejalan Kaki Kian Terdesak

Lapak-PKL-di-sudirman.jpg
(Herianto Wibowo/RIAU ONLINE)

RIAU ONLINE, PEKANBARU — Di Kota Pekanbaru yang terus tumbuh, ruang bagi pejalan kaki justru makin terpinggirkan. Seperti yang terlihat di Jalan Jenderal Sudirman Ujung, di mana trotoar telah menjelma menjadi deretan lapak dan tempat parkir liar.

Sabtu, 28 Juni 2025 sore, RIAU ONLINE memantau, sedikitnya 40 pedagang kaki lima (PKL) beroperasi di atas trotoar hingga ke bahu jalan yang menjadi hak bagi pejalan kaki. Mereka berdagang menggunakan gerobak, meja, hingga mobil. Kondisi ini memaksa para pejalan kaki turun ke badan jalan, berbagi ruang dengan kendaraan yang melintas.

“Trotoar itu kan untuk pejalan kaki, bukan untuk jualan. Kami yang jalan kaki jadi harus turun ke jalan, itu bahaya sekali,” keluh Desi, warga Rumbai yang rutin melewati area tersebut.

Kendaraan pengunjung yang parkir sembarangan juga memperparah kemacetan. Pengemudi ojek online, Roni, menyebut antrean panjang kerap terjadi pada sore hari.


“Macet panjang, karena banyak kendaraan parkir sembarangan di pinggir jalan untuk beli jajanan. Harusnya ada penertiban dari pemerintah,” ungkap Roni.

Warga menekankan, mereka tidak menolak kehadiran PKL. Namun mereka menginginkan penataan yang adil, agar ruang publik tetap digunakan sesuai fungsi, dan pedagang tetap bisa berjualan dengan layak.

“Kami bukannya anti PKL, tapi kalau tidak ditata, semua jadi korban. Pejalan kaki terganggu, lalu lintas macet, bahkan pedagang juga bisa kena imbasnya kalau masyarakat jadi enggan lewat,” tutur Desi.

Warga pun mendesak Pemerintah Kota Pekanbaru, melalui Satpol PP dan Dinas Perhubungan, segera mengambil langkah tegas untuk menata ulang kawasan tersebut tanpa mengabaikan nasib para pedagang.