Gubernur Riau Sambut Ikrar Setia Eks Anggota JAD ke Pangkuan Ibu Pertiwi

Gubernur-Riau-Sambut-Ikrar-Setia-Eks-Anggota-JAD-ke-Pangkuan-Ibu-Pertiwi.jpg
(Defri Candra/Riau Online)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Gubernur Riau, Abdul Wahid, menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada para eks anggota kelompok radikal Jamaah Anshor Daulah (JAD) yang mengatakan kembali setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Ibu Pertiwi pada Jumat, 27 Juni 2025.

"Melepaskan sesuatu yang sudah tertancap dalam diri itu bukan hal yang mudah, sangat sulit, butuh waktu, air mata, dan ikhtiar yang luar biasa," ujar Wahid dalam sambutannya. 

Kegiatan bertajuk "Lepas Baiat dan Ikrar Setia kepada NKRI" itu berlangsung khidmat, dihadiri oleh aparat keamanan dari Densus 88 dan Kepolisian Daerah (Polda) Riau, serta berbagai elemen masyarakat.

Abdul Wahid menekankan bahwa pelepasan baiat bukanlah perkara mudah, mengingat ideologi yang sudah tertanam kuat dalam diri seseorang membutuhkan perjuangan luar biasa untuk dilepaskan.

"Kami bersyukur bahwa Bapak-bapak semua punya tekad yang kuat untuk melepaskan pemahaman dan pandangan yang selama ini sangat mempengaruhi cara pandang dan perilaku kita," tambahnya.


Gubri juga menyampaikan bahwa kembalinya para mantan pengikut paham radikal ke pangkuan Ibu Pertiwi adalah sebuah anugerah dan kebahagiaan tersendiri bagi Pemerintah Provinsi Riau.

"Kembalinya Bapak Ibu kepada pangkuan Ibu Pertiwi ini merupakan kebahagiaan bagi kami, terutama pemerintah Provinsi Riau," jelasnya.

Lebih jauh, Abdul Wahid menyoroti pentingnya menjaga nilai-nilai luhur bangsa Indonesia, termasuk akal budi, toleransi beragama, serta semangat kebangsaan. 

Ia menegaskan bahwa manusia dihargai bukan hanya dari penampilan, tetapi dari akal budinya, yang harus tercermin dalam kehidupan sosial yang damai dan saling menghormati.

"Yang paling dihargai dalam kehidupan manusia itu adalah akal budinya dan akal budi ini dicerminkan dalam nilai-nilai luhur bangsa kita, yaitu toleransi beragama,” katanya.

"Beragama bukan berarti memaksakan kehendak. Beragama berarti inklusif, terbuka, mudah menerima pandangan orang lain, dan menghargai sesama," tutup Wahid.