Belasan Kasus Covid-19 Varian XBB Tercatat di Indonesia, Kenali Gejalanya

Ilustrasi-Covid-19-2.jpg
(Ade Nasihudin/Liputan6.com)

RIAU ONLINE, JAKARTA - Pandemi Covid-19 masih belum berakhir. Kali ini, sub varian baru jenis XBB sudah mulai tersebar di Indonesia. Pada 28 Oktober 2022 sudah teridentifikasi 12 kasus dari sub varian tersebut yang masuk.

Juru Bicara Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, menjelaskan pentingnya untuk mengetahui karakteristik dari sub varian XBB.

Pertama, sub varian omicron yang merupakan gabungan dari BA.2.10.1 dan BA.275, Varian omicron merupakan varian yang pernah memuncak pada Februari 2022 lalu.

Kedua, pada 10 November 2022 sub varian XBB sudah tersebar di 37 negara di dunia, dimana Singapura, India, dan Australia menjadi negara dengan kasus tertinggi. Gejala yang ditimbulkan dari sub varian XBB tidak dengan sub varian yang sebelumnya.

“Gejala yang ditimbulkan dari Covid-19 sub varian XBB ini mirip dengan gejala Covid pada umumnya, mulai dari demam, batuk, kelelahan, nyeri otot, anosmia, hingga diare," ujar Wiku dikutip RiauOnline.co.id, Minggu, 13 November 2022.


Munculnya sub varian baru Covid-19 merupakan sifat alamiah dari sebuah virus untuk terus bermutasi untuk bertahan hidup.

Wiku memberikan langkah pencegahan yang bisa dilakukan saat adanya kenaikan kasus atau munculnya sub varian baru ditambah aktivitas kegiatan sosial ekonomi masyarakat seperti pernikahan, kegiatan sosial, festival musik, maupun tempat perbelanjaan yang mulai kembali normal.

"Pastikan kondisi prima saat menghadiri kegiatan massal, apabila merasa sakit atau tidak enak badan segera istirahat di rumah," jelasnya.

"Terapkan protokol kesehatan semaksimal mungkin saat berada di kerumunan dengan tetap memakai masker dengan benar, dan rajin menggunakan hand sanitizer dan biasakan diri dengan pola hidup bersih dan sehat serta lengkapi vaksinasi dosis ketiga," terangnya.

Adanya tren kenaikan kasus dan munculnya sub varian baru hendaknya dapat menjadi pengingat bahwa Covid-19 masih ada.

"Lengkapi dosis vaksinasi dan saling menjaga, sehingga potensi penularan menjadi berkurang dan jumlah kasus Covid-19 dapat kembali ditekan.” tutup Wiku.