AS Temukan Kasus Alergi Parah Usai Vaksinasi Covid-19

Vaksin-corona8.jpg
(istimewa)

RIAUONLINE - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) mengatakan, pada Rabu (06/01/2021) pihaknya tengah memantau reaksi alergi yang terjadi pada warga AS setelah diberi vaksin COVID-19 dari Pfizer dan Moderna.

CDC mencatat ada 28 orang warga yang mengalami alergi parah karena suntikan vaksin COVID-19. CDC juga menemukan satu kasus reaksi alergi parah pada seseorang setelah menerima vaksin Moderna, yang menyebabkan pembengkakan tenggorokan dan kesulitan bernapas.

CDC pun mendesak setiap warga yang memiliki reaksi serius setelah disuntik vaksin COVID-19 untuk tidak mendapatkan dosis kedua vaksin tersebut.

Selain itu, CDC juga mendesak tempat-tempat yang memberikan vaksin agar mampu mengenali bagaimana reaksi alergi tersebut, serta bagaimana merawatnya.

Pemberi vaksin seperti tenaga kesehatan, juga disebut CDC harus tahu, kapan individu perlu dirujuk ke rumah sakit untuk perawatan tambahan karena reaksi vaksin yang diberikan.


Reaksi Alergi Jarang Terjadi

Meski saat ini tercatat sudah ada 28 orang yang mengalami anafilaksis atau reaksi alergi yang parah, CDC mengatakan reaksi alergi tersebut bersifat 'langka', dan jarang terjadi.

CDC menyebut terjadinya reaksi alergi parah karena vaksin COVID-19 di Amerika Serikat adalah 11,1 per 1 juta suntikan. Sebagai perbandingan, angka tersebut hanya sedikit lebih tinggi ketimbang vaksin flu, yang tercatat 1,3 per 1 juta suntikan.

"Tingkat anafilaksis (reaksi alergi parah) untuk vaksin COVID-19 mungkin tampak tinggi dibandingkan dengan vaksin flu. Tetapi saya ingin meyakinkan Anda bahwa ini masih merupakan hasil yang langka," ujar direktur Pusat Nasional untuk Imunisasi dan Penyakit Pernapasan CDC Dr. Nancy Messonnier dalam konferensi pers.

Mengingat kasus COVID-19 semakin melonjak di Amerika Serikat, CDC meminta masyarakat untuk tetap melakukan vaksinasi ketika dosis vaksin telah tersedia untuk mereka.

Dalam laporan yang mencatat kasus anafilaksis sebelumnya, pada 14 dan 23 Desember lalu, CDC mengidentifikasi 21 kasus anafilaksis setelah pemberian 1.893.360 dosis vaksin Pfizer-BioNTech. Dari 21 kasus, 71% kasus terjadi dalam 15 menit pertama setelah pemberian vaksin.

Otoritas kesehatan Inggris pun mengatakan bahwa siapa pun dengan riwayat anafilaksis, atau reaksi alergi parah terhadap obat atau makanan, tidak boleh diberi vaksin Pfizer-BioNTech.

Artikel ini sudah tayang di Liputan6.com