Inggris dan AS Selidiki Facebook, Ada Apa?

Kantor-Cambridge-Analytica.jpg
(VOAINDONESIA.COM)

RIAU ONLINE - Raksasa media sosial, Facebook, menghadapi penyelidikan baru di Inggris dan Amerika Serikat, Selasa, 20 Maret 2018.

Penyelidikan itu dilakukan terkait data informasi dalam jumlah banyak tentang penggunanya yang dikumpulkan perusahaan itu dan bagaimana data tersebut digunakan untuk memengaruhi pemilihan umum di Amerika, perusahaan Inggris yang menyasar pemilih tertentu.

Sementara, Komisioner Penerangan Inggris Elizabeth Denham tengah mengupayakan surat perintah untuk menggeledah kantor pusat Cambridge Analytica di London untuk mengetahui apakah Facebook cukup melindungi informasi pribadi pengguna tentang diri dan teman-teman mereka.

Laporan akhir pekan menyebutkan, Cambridge Analytica secara tidak sah menggunakan informasi lebih dari 50 juta pengguna Facebook., termasuk 6 juta dolar untum memengaruhi orang Amerika agar memilih raja real estat Donald Trump sehingga ia menang dalam pemilihan presiden Amerika pada 2016 lalu.

Dilansir dari VOA Indonesia, Rabu, 21 Maret 2018, kantor berita Bloomberg News melaporkan adanya penyelidikan yang dilakukan Komisi Perdagangan Federal Amerika terhadap Facebook tentang apakah Facebook melanggar ketentuan yang disepakati dengan badan tersebut yang mengizinkan Cambridge Analytica menggunakan data pribadi berdasarkan informasi yang diunggah pengguna Facebook secara online tentang diri mereka. Facebook telah mengeluarkan Cambridge Analytica dari jejaring sosialnya yang luas.

Beberapa anggota DPR Amerika meminta CEO Facebook Mark Zuckerberg memberi kesaksian di Kongres tentang penggunaan informasi penggunanya oleh perusahaannya.

"Presiden Trump percaya bahwa data pribadi orang Amerika perlu dilindungi. Jika Kongres ingin menyelidiki masalah ini atau lembaga lain ingin mengetahui masalah ini, kami dengan senang hati menyetujui," kata Juru bicara Gedung Putih, Raj Shah, mengatakan kepada stasiun televisi Fox News, Presiden Trump.


"Kami sedang mencari tahu apakah Facebook melindungi dan menjaga informasi pribadi dalam sistem online itu atau tidak; dan apakah ketika menyadari hilangnya data itu mereka bertindak tegas; dan apakah orang-orang diberitahu atau tidak," sambungnya.

Sementara, investor bereaksi negatif atas peran Facebook dalam kebocoran data itu. Nilai sahan Facebook turun hampir 10 persen dalam beberapa hari ini, dan valuasi perusahaan itu berkurang miliaran dolar.

Facebook mengatakan datanya semula dikumpulkan oleh akademisi Inggris, Aleksandr Kogan, yang membuat aplikasi di Facebook dan diunduh 270 ribu orang, yang tidak hanya memberi data pribadi mereka, tetapi juga data teman-teman yang saling bertukar informasi dengan mereka. Facebook mengklaim Kogan kemudian melanggar ketentuan perusahaan itu dengan memberi informasi tersebut kepada Cambridge Analytica.

Cambridge University di Inggris, tempat Kogan mengajar, hari Selasa meminta Facebook memberi semua informasi tentang hubungan Kogan dengan Cambridge Analytica.

Kogan memberi tahu rekan-rekannya di universitas itu, ia akan menjawab pertanyaan anggota Kongres Amerika dan parlemen Inggris, dan juga pertanyaan dari Biro Investigasi Federal Amerika (FBI) tentang data yang dikumpulkannya dari pengguna Facebook, tetapi sejauh ini belum ada yang meminta untuk mewawancarainya.

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE 

Follow Twitter @red_riauonline

Subscribe Channel Youtube Riau Online

Follow Instagram riauonline.co.id