Abdullah Shrem, Si Penyelamat Ratusan Budak Seks ISIS

Abdullah-Shrem.jpg
(CNN)

 

RIAU ONLINE - Abdullah Shrem memperlihatkan sebuah iklan yang terpampang diponselnya yang menunjukkan dan caranya menyelamatkan gadis Yazidi yang menjadi budak seks ISIS.

 

"Penawan dibuka dengan harga US$9.000 (Rp122 juta). Dijual, seorang gadis Yazidi. Dia cantik, pekerja keras dan perawan. Dia juga baru berusia 11 tahun," demikian bunyi iklan tersebut, seperti dikutip dari CNN Indonesia, Jumat, 3 Juni 2016.

 

Iklan itu dimuat Iklan itu dipasang di pasar daring yang digunakan oleh ISIS untuk melakukan barter budak seks.

Dengan bantuan petunjuk-petunjuk penting yang disertakan dalam iklan itu, seperti foto dan lokasi, Shrem berharap bisa melacak dan menyelamatkan gadis Yazidi dari cengkeraman militan ISIS.

 

Shrem adalah seorang pengusaha sukses yang memiliki koneksi perdagangan hingga ke Aleppo, Suriah, saat ISIS tiba-tiba datang menculik lebih dari 50 anggota keluarganya di Provinsi Sinjar, Irak beserta ribuan gadis Yazidi pada 2014 silam.

 

Puluhan ribu gadis Yazidi meninggalkan rumah mereka dan mendaki Gunung Sinjar untuk melarikan diri dari ISIS, ratusan dibantai, sementara ribuan gadis diculik dan dijual sebagai budak seks.

 

Marah melihat kurangnya dukungan dari masyarakat internasional, membuat Shrem memutuskan untuk menyelamatkan keluarganya mereka caranya sendiri.

 

Ia mulai menyusun rencanya sendiri, dimulai dengan merekrut penyelundup rokok yang menjalankan bisnis ilegalnya di wilayah ISIS dan memintanya untuk melacak keberadaan gadis-gadis yang ditawan ISIS.

 


"Tidak ada pemerintah atau ahli yang melatih kami. Kami belajar dengan melakukannya, selama satu tahun setengah, kami mulai berpengalaman," ungkap Shrem.

 

Untuk mengetahui keberadaan korban, tak jarang para penyelundup mengikuti petunjuk yang ada dalam iklan. Namun dalam kasus lain, para tawanan sendiri yang meminta pertolongan dengan memberikan informasi detail, seperti lokasi, nama kota yang sering mereka dengar, bahkan tempat terkenal di sekitar lokasi mereka.

 

Saat mereka sudah menjalin komunikasi, tawanan akan diberi instruksi terkait kapan dan ke mana mereka harus pergi untuk bertemu dengan penyelundup rokok yang sudah bersiap di mobil.

 

Biasanya, prosesnya membutuhkan waktu berhari-hari atau mingguan, bahkan mereka harus berganti-ganti kendaraan untuk keluar dari wilayah ISIS dengan selamat.

 

Shrem myaris bangkrut. Hampir semua tabungannya digunakan untuk membeli gadis Yazidi dari ISIS dan membayar penyelundup rokok.

 

Taruhannya akan lebih tinggi lagi bagi orang yang terjun langsung ke wilayah ISIS. Beberapa penyelundup rokok bahkan sudah ditangkap dan dieksekusi oleh ISIS saat melacak keberadaan para gadis Yazidi.

 

Namun, Shrem mengatakan itu adalah risiko yang sepadan dengan hasilnya. Menurutnya, saat ia menyelamatkan seseorang, maka saat itu juga ia mendapatkan kekuatan dan keyakinan untuk terus melakukan penyelamatan hingga ia bisa membebaskan semua gadis Yazidi.

 

Ia juga berhasil menyelamatkan saudaranya, setelah delapan bulan Shrem tak mendengar kabar dari saudaranya itu. Tiba-tiba saudaranya meneleponnya dari Anbar.

 

"Ada istri dari militan ISIS yang memberikannya telepon dan berkata, 'Mungkin kamu bisa menyelamatkan dirimu sendiri,'" kata Shrem.

 

Dibantu petunjuk yang dideskripsikan saudaranya, Shrem akhirnya dapat melacak dengan tepat lokasi itu.

 

Shrem berhasil menyelamatkan saudara bersama putranya. Namun, Shrem belum bisa melacak keberadaan dua putra dan seorang putri dari saudaranya itu. Kedua putra saudaranya dikirim ke kamp pelatihan ISIS, sedangkan putrinya diculik untuk dijual.

 

Masih ada ribuan warga Yazidi yang terperangkap di wilayah ISIS. Semakin lama terperangkap, Shrem khawatir mereka akan menerima radikalisasi yang dian dalam pula. Akhirnya, Shrem mendesak komunitas internasional untuk bertindak.

 

"Jika ada 50 saja, bukan 5.000, warga Eropa yang diperkosa setiap hari oleh ISIS, apakah Eropa akan diam? Tentu tidak. Pasti akan ada operasi dan apa pun akan dilakukan untuk menyelamatkan mereka," kata Shrem.

 

"Namun, ketika 5.000 orang Yazidi diperkosa, anak-anaknya dilatih dan menjadi bom berjalan, tidak ada yang melakukan upaya. Kami ditelantarkan." lanjutnya.

 

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline