November 2022, Nilai Ekspor Riau Turun

Ilustrasi-Ekspor.jpg
(Rakyatku.com)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau mendata nilai ekspor Riau pada November 2022 sebesar USD 1,81 miliar mengalami penurunan sebesar 9,69 persen dibanding ekspor Oktober 2022 sebesar US$ 2,00 miliar.

Kepala BPS Riau, Misfaruddin, mengatakan penurunan ini disebabkan turunnya ekspor non migas sebesar 10,41 persen meskipun ekspor migas naik sebesar 4,95 persen.

"Sehingga kontribusi seluruh ekspor Riau terhadap nasional hanya sebesar 7,50 persen," ujar Misfaruddin, Kamis 15 Desember 2022.

Dirincikan Misfaruddin, pada November 2022, dari 10 golongan barang ekspor non migas terbesar, tujuh golongan mengalami penurunan dibanding Oktober 2022.

Penurunan terbesar terjadi pada kelompok lemak dan minyak hewan/nabati yaitu sebesar USD 196,66 juta, diikuti oleh berbagai produk kimia USD 69,61 juta, bahan-bahan nabati sebesar us$ 3,86 juta, serat stapel buatan sebesar USD 3,42 juta, tembakau sebesar us$ 2,08 juta, bahan kimia organik sebesar us$ 0,78 juta dan berbagai makanan olahan sebesar 0,11 juta.

"Sedangkan kelompok barang yang mengalami kenaikan antara lain golongan bubur kayu (pulp) sebesar USD 51,57 juta, diikuti kertas dan karton sebesar USD 21,87 juta, dan kelompok ampas dan sisa industri makanan sebesar USD 2,98 juta," tukasnya.

Tak hanya itu, Misfaruddin menyebut total nilai ekspor non migas dari 13 negara pada Januari-November 2022 mencapai USD 1,36 miliar pun turun USD 141,34 juta (9,42 persen) dibanding Oktober 2022.

Penurunan tersebut disebabkan oleh turunnya nilai ekspor ke beberapa negara tujuan utama seperti Pakistan sebesar USD 63,52 juta (38,55 persen), Belanda USD 47,13 juta (42,89 persen), Tiongkok USD 37,09 juta (8,20 persen), Mesir USD 32,67 juta (66,92 persen), India USD 19,32 juta (7,39 persen), Turki USD 16,85 juta (37,90 persen), Korea Selatan USD 10,09 juta (23,35 persen) dan Vietnam USD 3,04 juta (4,48 persen).

"Namun, Tiongkok tetap merupakan negara tujuan ekspor Riau yang memiliki peranan terbesar dengan nilai USD3,55 miliar (18,44 persen), diikuti India dengan nilai USD 2,42 miliar (12,59 persen), dan Malaysia USD 1,45 miliar (7,56 persen). Komoditas utama yang diekspor ke Tiongkok pada periode tersebut adalah minyak kelapa sawit dan fraksinya, pulp kayu kimia, serta berbagai produk kimia," pungkasnya.