Premium dan Pertalite Langka, Warga: Lebih Baik Kami tak Pilih Jokowi Lagi

Premium-dan-Pertalite-Langka.jpg
(RIAUONLINE.CO.ID/ISTIMEWA)

Laporan: TIM RIAUONLINE 

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Hampir sepekan, Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium tidak masuk di SPBU Simpang Antar Kota Antar Provinsi (AKP), Jalan Arengka II, Sigunggung, Labuhbaru Timur, Pekanbaru.

Tepatnya, sudah lima hari terakhir ini hingga hari ini, Jumat 26 November 2018. Tidak diketahui pasti kapan Premium akan masuk di SPBU ini.

Petugas SPBU mengaku juga tidak tahu pasti penyebab kelangkaan ini. Namun mereka ketahui penyebabnya karena pindahnya depot minyak sebelumnya di Dumai ke Padang.

"Premium sudah lima hari tidak masuk, kalau Pertalite sore tadi sekitar jam setengah empat. Mungkin Pertalite besok pagi masuk, kalau Premium tidak tau kapan masuknya," kata Jopi Sanario, petugas SPBU.

Akibat kelangkaan ini, pengendara pun terpaksa mengantre untuk membeli Pertamax Turbo dengan harga 12.500.

"Terpaksa beli Pertamax Turbo walaupun lebih mahal, kalau SPBU disana takut gak sampai," ungkap Putra, seorang pengendara sepeda motor.

Sementara itu, warga Sukajadi, Pekanbaru, Susan, juga susah mendapatkan BBM jenis premium maupun Pertalite. Hal serupa juga dialami Muntahar, pedagang santan kelapa. Ia harus membeli Pertalite untuk bahan bakar mesin pemeras santan kelapa.

"Kalau seperti ini kondisinya, lebih baik kami tak pilih Jokowi lagi lah. Marasai (merasai) nasib kami, ekonomi, susah jadinya hidup ini," kata Susan kepada Muntahar di kedai santan kelapanya.

Pengamatan RIAUONLINE.CO.ID, antrean di sejumlah SPBU di Pekanbaru kembali terjadi, bahkan tak jarang antrean ini mengganggu arus lalu lintas di sekitar SPBU tersebut.

Seorang pengendara sepeda motor, Syahri mengaku, rela mengantre panjang untuk mendapatkan BBM baik jenis pertalite, apalagi jenis Premium.


"Antrean Pertalite panjang, kalau premium lebih panjang lagi," ungkapnya saat mengisi BBM pada sebuah SPBU di Panam, Kecamatan Tampan, hari ini.

Biasanya, kata Syahri, ia sering mengisi BBM dengan membayar Rp 10.000, antrean akan semakin parah ketika stok premium habis.

"Kalau premium udah habis, udahlah, makin panjang deh," katanya.

Syahri menjelaskan, tak jarang ia terpaksa harus mengisi BBM jenis Pertamax Turbo secara harga cukup memberatkan baginya, mengingat dirinya belum memiliki penghasilan sendiri.

"Kadang kalau mau cepat misalnya mau ke kampus, terpaksa ngisi Pertamax," tuturnya.

Menurut Syahri, antrean biasanya mengalami puncak terparah saat jam sibuk, pagi hari saat berangkat kerja dan sekolah serta sore pulang kerja maupun jelang maghrib.

"Kalau siang gini, ga terlalu parah lah, mungkin karena cuaca panas juga, coba lihat nanti sore atau malam," ulasnya.

Hal serupa juga dialami warga Pekanbaru lainnya, Fahrul, menurut Fahrul sudah sejak tiga hari ini dirinya terpaksa mengisi Pertamax karena panjangnya antrean Pertalite dan Premium.

"Biasanya kalau premium, isi Rp 20.000 jarum minyak di motor ini hampir sampai full, sekarang isi 20.000 setengah lebih sedikit saja," rincinya sambil menunjuk motor Honda Scoopy nya.

Pengamatan di sejumlah SPBU di seputaran Arengka, Tampan, dan Arifin Ahmad terdapat antrean panjang hingga memakan badan jalan. Kondisi terpanjang tersebut adalah antrian di pos premium, tampak sejumlah mobil yang tergolong mewah juga ikut mengantre di pos tersebut.

Buruknya Distribusi BBM Pertamina

Sementara itu, Pelaksana tugas (Plt) Gubernur Riau, Wan Thamrin Hasyim menyakini minimnya pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) di beberapa SPBU di Riau akan segera teratasi.

Menurutnya, tidak adanya pasokan BBM tersebut karena buruknya jalur distribusi yang berasal dari Depot Unit Pemasaran (UPms) PT Pertamina Renifery Unit (RU) II Kota Dumai.

"Itu masalah ada di Jalan raya. GM Marketing Pertamina bilang barang itu (BBM) dari Depo Dumai terhalang," katanya, Jumat, 26 Oktober 2018.

Setelah mendapatkan laporan tersebut, PLt Gubernur langsung meminta kepada jajaran di Polda Riau mengawal kendaraan pengangkut BBM tersebut untuk disalurkan hingga ke seluruh SPBU di Riau.

"Jadi kemarin itu makanya saya telpon Kapolda untuk langsung beraksi. Nantinya mobil itu (berisikan BBM) agar dikawal. Karenanya Jalan dari Bagan itu berputar-putar di Siak," jelasnya.

"Ini bahaya kalau minyak seperti ini. Bisa seperti bahan pokok. Orang jadi antri," tutupnya.