Kantor Polisi Bukan Tempat Aman Bagi Warga Pencari Keadilan

Ilustrasi-Bentrokan.jpg
(INTERNET)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Kerusuhan yang berawal dari tindakan kriminal berupa pembunuhan seorang bintara Polres Kepulauan Meranti, dan pelakunya kemudian tewas di tangan polisi, masih menunjukkan Polri tidak pernah berubah sama sekali di era Reformasi ini.

 

Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane mengatakan, penanganan kasus terhadap pelaku pembunuhan oleh Polri sama sekali tidak profesional.

 

"Padahal elit-elite Polri selalu beretorika, perubahan sudah dilakukan jajaran Kepolisian. Tewasnya tersangka di Polres Meranti semakin menunjukkan sesungguhnya kantor polisi bukanlah tempat aman bagi pencari keadilan," kata Neta S Pane kepada RIAUONLINE.CO.ID, Sabtu, 27 Agustus 2016. 

 

Baca Juga: Asmara dan Cinta Segitiga Jadi Pemicu Kerusuhan Selat Panjang

 


Neta mengatakan, semangat pelayanan, mengayomi dan melindungi selama ini jadi jargon Polri, ternyata hanya jargon kosong jauh dari kenyataan.

 

"Ini menandakan kantor polisi masih dipenuhi oknum-oknum yang arogan dan lebih mengedepankan kekuatan fisik dibandingkan kekuatan otak," kritik Neta. 

 

Ia menjelaskan, jika ini terus terjadi, tak mustahil kantor polisi dan polisi sebenarnya, menjadi musuh msasyarakat serta menjadi tempat tidak aman.

 

"Untuk itu Mabes Polri harus turun tangan menyelesaikan kasus ini. Polri harus menurunkan Propam untuk mengusut kasus ini dengan transparan. Komnas HAM harus segera mengusut kematian tersangka dan pendemo di Polres Meranti," kata Neta. 

 

Klik Juga: Ricuh di Halaman Mapolres, Seorang Warga Selatpanjang Tewas

 

Neta mengatakan, Komisi III DPR RI perlu memanggil kapolri dan kapolda untuk mempertanyakan apa yg terjadi sesungguhnya. Kasus ini tidak boleh didiamkan. Sebab akan menjadi api dlm sekam akan terus-menerus memicu permusuhan msyarakat dengan polisi.

 


Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline