Biar Gambut Tetap Basah, 2 Juta Hektare Sekat Kanal Bakal Dibangun

Pemadaman-Gunakan-Heli.jpg
(PENTAK LANUD ROESMIN NURJADIN)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Kepala Badan Restorasi Gambut Nasional, Nazir Foead menargetkan akan melakukan pemulihan gambut yang ada di Indonesia seluas 2 juta hektar. Upaya pemulihan yang dilakukan adalah dengan membuat sekat-sekat kanal serta embung pada kanal lepas tanpa sekat baik yang ada di lahan masyarakat maupun lahan perusahaan.

 


"Kita sudah memiliki beberapa pengalaman di sumatera dan pulau Kalimantan. Pada lahan gambut yang memiliki kanal lepas itu ketika kemarau, kita pegang gambutnya memang sangat kering sekali. Sekali dibakar saja memang langsung terbakar," ujar Nazir pada RIAUONLINE.CO.ID, Selasa (8/3/2016).

 

Hal berbeda ketika Nazir datang setahun kemudian usai sekat kanal dibuat. Lahan gambut yang ada di sekitar sekat kanal tersebut tetap basah dan lembab sehingga tak sulit dibakar.

 

BACA JUGA : Tangani Karlahut, Kepala BNPB: Belum Perlu Minta Bantuan TNI Polri


 


"Walaupun tak banjir, kalau kita pegang itu basah dan lembab gambutnya. Makanya setelah dibuat sekat kanal itu, dilempar obor ke lahan itupun api tak akan menyala. Itu perbedaannya," ungkapnya.

 

Selain itu, tugasnya sebagai Badan Restorasi Gambut Nasional, menerangkan mereka juga harus melakukan komunikasi dan penyulihan yang baik pada masyarakat setempat yang daerahnya hendak dibangung sekat kanal.

 

"Jangan sampai sekat kanal yang sudah kita bangun malah dirusak oleh masyarakat hanya karena kita gagal memberikan pemahaman yang baik pada mereka.

 

Untuk tahun 2016 ini, Badan Restorasi Gambut menarhetkan akan menyelesaikan masalah sekat kanal ini seluas 600 ribu hektar di Indonesia. Mulai dari Kabupaten Kepulauan Meranti yang ada di Riau, Kabupaten Pulang Pusang di Kalteng, Kabupaten Oki dan Muba di Sumsel.

 

"Kita akan melakukan pemetaan terlebih dulu tentang berapa jumlah kanal, lebar dan kedalaman kanal tersebut. Karena masing-masing kanal itu memiliki perbedaan masing-masing. Apalagi pada tiap daerah yang berbeda. Itu yang sedang kita lakukan sekarang di Kepulauan Meranti," tandasnya.