In Memoriam Presiden Riau Merdeka: Rinaldi: Kepada Segala Kebaikan Ongah

Prof-dr-Tabrani-Rab.jpg
(FACEBOOK/SUSIANA TABRANI)

Selamat Jalan, Ongah

Inna lillahi wa Inna Ilaihi Rajiun. Begitulah Saya membaca beberapa pesan singkat di aplikasi chat WhatsApp tentang meninggalnya dirimu, Ngah. Seorang tokoh Riau Merdeka, ya Presiden Riau Merdeka, Prof Tabrani Rab.

Pergaulan kami denganmu, mungkin tidak banyak yang tau, Ngah. Hal tersebut tentulah hanya sebuah perkawanan yang kecil, jika dibandingkan dengan pergaulan dirimu bersama para pembesar di negeri ini. Maklum, kami hanya seorang anak kuliahan, sedang bereforia dengan gegap gempita reformasi saat itu.

Ongah, bermula saat memasuki kampus IAIN Suska (kini UIN Suska) Pekanbaru pada 1999 silam. Saat itu, kampus perjuangan terletak di Jalan KH Achmad Dahlan, bukanlah lingkungan baru bagi saya.

Tahun 1997 hingga 1998, saya pernah juara pertama menulis di sini untuk kelas pelajar serta sudah bergaul dengan beberapa pegiat sastra lainnya. Namun, kerap dikisahkan, termasuk dalam sebuah diskusi gerakan di kampus tersebut pada sebuah malam tahun 1999, waktu tepatnya saya lupa.

Rinaldi

Adalah malam itu, pembicaraan tentang persoalan di Tambusai, Rokan Hulu, menjadi topik utama, dengan keputusan memberangkatkan beberapa bus setelah kejadian di Balai Dang Merdu (kini jadi kantor pusat Bank Riau Kepri).

Masih ingatkah Ongah, di masa lain, pasca Kongres Rakyat Riau II sekitar akhir Januari 2000, setelahnya, Saya, Dozi Susanto, Amriyadi, Gana Radguna, dengan fasilitas darimu (naik bus Makmur, kalau tidak salah), berangkat ke Aceh untuk mempelajari taktik perjuangan kemerdekaan Riau.

Sebelum berangkat, kita semua berkumpul di rumah Ngah di Jalan Pattimura. Dapat dikatakan, pada fase ini, almarhum Bang Al Azhar, sahabatmu, juga memiliki peran tidak mungkin kami ceritakan secara detail.

Pembicaraan teknis itu berlangsung tidak begitu lama. Sesampai di Medan, Sumatera Utara, ada informasi disampaikan petugas penjemputan, kami sudah terdeteksi intelijen aparat negara, maka diputuskanlah kembali ke Pekanbaru.

Ongah yang kami sayangi, ada bulan Agustus 2000, Saya, Lukman Hakim, dan Bang Gusmar Hadi (Ambo) mengibarkan bendera 3 warna di depan kampus IAIN Suska Pekanbaru. Personel Kepolisian diturunkan, lalu kami pun ditangkap untuk ditahan.


Bang Kapitra Ampera, pengacara handal di Riau, turut mendampingi pemeriksaan kami. Dalam keterangan bersama, kami sebut sebagai umbul-umbul kemerdekaan.

Ongah tersenyum mendengar cerita tersebut. Perjuangan hasil KRR II inilah juga kami menangkan dalam Kongres Mahasiswa Riau se-Nusantara di Dang Merdu.

Saat itu saya sebagai Sekretaris SC dan Gumpita sebagai Ketua SC. Apalagi saat itu, semangat perjuangan perebutan CPP blok sedang menggema. Saya dipercayai menjadi koordinator simpul IAIN Suska Pekanbaru.

Di tahun sama, saya bersama MQ Rudhi, alm Said (dari Pelalawan), Abu Mansyur Matridi (Pelalawan), dan lain-lain, melakukan aksi menolak kenaikan harga BBM. Kemudian dilanjutkan dengan mogok makan di halaman kantor Gubernur Riau.

Di hari kelima, saya dan Rudhi dibawa ke RS. Tabrani Rab dan Saleh Djasit selaku Gubernur Riau saat itu bersedia mengirimkan surat ke Jakarta. Dengan rasa tanggung jawab, engkau memberikan pelayanan perawatan kepada kami.

Padahal, aksi tersebut tidak bersangkut-paut denganmu. Begitu juga 2 aksi mogok makan lainnya pada 2001 dengan agenda menolak kenaikan BBM dan 2003 berupa menolak penggusuran Pasar Senapelan atau Pasar Kodim.

Untuk pembelaan Pasar Senapelan dari penggusuran, saat itu, data darimu kami gunakan, di antaranya tentang sejarah pasar tersebut. Dapat saya katakan, andilmu secara tertutup untuk perjuangan melawan penggusuran pasar Senapelan, dapat dikatakan besar.

Tahun 2004, saat Ongah bertanggung jawab atas kedatangan Calon Wakil Presiden, Jusuf Kalla, saat kampanye Pilpres kala itu, ke kampus IAIN Suska Pekanbaru. Walau banyak persamaan pandangan antara kita, namun saat itu saya merasa memiliki pandangan sangat berbeda.

Singkat cerita, saya pun melakukan aksi penolakan kehadiran Jusuf Kalla yang membuat saya harus berpindah kuliah ke Universitas Sumatera Utara (USU) di Medan. Beberapa kali pasca pengusiran tersebut, kita sering terlibat perdiskusian hingga pada titik, dirimu mengakui ketidak-tepatan langkah dalam menghadirkan Jusuf Kalla, dan merasa ancaman Drop Out.

Dari Rektor sedang menanti Saya saat itu, bagian dari tanggung jawabmu. Dari sanalah kemudian dirimu berkomitmen akan membantu biaya kehidupan saya selama kuliah di USU dengan mengirimkan dana Rp 350 ribu setiap bulannya.

Tanggung jawab itu dimulai sejak Juli 2004 hingg September 2006, tepat dimana saya sudah kembali ke Pekanbaru dan menyandang gelar S.Sos. Kekonsistenanmu dalam mensupport biaya kuliah saya, ditandai dengan pengiriman dana setiap tanggal 5.

Sekitar tahun 2005, dengan ringan tangan, saat saya masih kuliah di Medan, almarhum meminta sopirnya menjemput ibu saya di rumah, Jalan M Ali, Senapelan, dan melakukan operasi kecil kepada beliau. Saat saya beritahu dirimu telah meninggal dunia, ibu saya pun tadi menangis sedih tadi malam.

Oktober 2006, kita bersua di kampus Tabrani Rab, Jalan Riau dan kami pun mengeksplorasi konflik agraria antara Arara Abadi melawan masyarakat serta suku Sakai.

Dengan semangat, dirimu mengenalkan secara khusus orang-orang Sakai yang menjadi bagian dari perjuangan tersebut, di antaranya Pak Loceng. Di mulai dari Desa Beringin, Muara Basung, perlawanan tersebut membesar hingga terbentuklah Serikat Tani Riau memiliki bendera berlambang Beliung, alat kerja suku Sakai.

Saat Aksi pendudukan kantor Gubernur Riau, 6-9 Maret 2007, dengan ringan tangan, Ongah mengirimkan beras kepada kami, peserta aksi. Beras itulah kami masak dan makan selama 3 hari.

Suatu waktu, Ongah menawarkan saya untuk membantunya di kampus Tabrani Rab. Saat itu saya menjawab, saya hanya lulusan S1 dan merasa kurang pantas. “Saya hanya lulusan S1, ngah. Tak pantas rasanya,” ujar saya saat itu.

Pertemuan terakhir kita saat mendampingi Intiawati Ayus, anggota DPD RI ke rumah Jalan KH Achmad Dahlan (tahunnya sata lupa. Sekitar di atas 2010). Saat itu, Ongah sudah sakit. Tapi saat Ongah mengetahui saya yang duduk di sampingnya, dengan gairah luar biasa kami bercerita tentang masa lalu, ya bagai masa lalu.

Banyak hal yang dilakukan Ongah kepada kami, sebagai generasi muda yang berjuang atas nama demokrasi dan rakyat saat itu. Banyak pula yang tidak dapat kami sebutkan kebaikan-kebaikan Ongah kepada kami.

Izinkan kami bersedih mendengar berita duka ini, Ngah.
Semoga Allah melapangkan kuburmu.
Semoga Allah mengampuni dosamu.
Selamat Jalan Presiden!
Tunai Sudah tugas kemanusiaanmu.
Semoga Allah Merdehoi segala Perjuangan Kita.

Pekanbaru, 14 Agustus 2022

Rinaldi