RIAU ONLINE, ROHIL - Pemerintah terus menunjukkan komitmennya dalam memperkuat ketahanan gizi nasional sekaligus mendorong kemandirian ekonomi lokal melalui Program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Analis Kebijakan Madya Bafan Gizi Nasional, Ari Yulianto menegaskan bahwa Program MBG bukan hanya sekadar memberikan makanan sehat kepada anak-anak hingga dewasa.
Namun dari SMA, termasuk di pesantren dan sekolah keagamaan, tetapi juga mendorong ekonomi lokal untuk tumbuh melalui rantai pasok berbasis komunitas.
"Melalui pembentukan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), negara tidak hanya menjamin asupan gizi anak, tetapi juga menciptakan pasar baru yang menyerap tenaga kerja lokal hingga 50 orang per unit," jelas Ari, saat memberi sosialisasi di Kecamatan Bangko Pusako, Kabupaten Rokan Hilir, Jumat, 13 Juni 2025.
Menurut Ari, hal ini juga membuka ruang bagi petani, peternak, dan UMKM untuk masuk dalam rantai distribusi pangan, menciptakan ekosistem ekonomi baru yang inklusif dan mandiri.
Ari menambahkan, saat ini pemerintah tengah menyiapkan sekitar 30.000 Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia (SPPI) untuk mengelola 5.000 SPPG yang akan didirikan secara bertahap sepanjang 2025.
Program ini ditargetkan menyasar hingga 15–17 juta penerima manfaat di seluruh Indonesia.
Khusus di Kabupaten Rokan Hilir, akan dibentuk sekitar 60 SPPG yang diharapkan mampu melayani lebih dari 149 ribu anak.
Ari Yulianto juga mengingatkan pentingnya dukungan pemerintah daerah dalam menyediakan lahan untuk pembangunan fasilitas ini.
"Sesuai amanat dalam surat nomor 500.12/2119/SJ, pemerintah daerah perlu segera menyiapkan lahan agar pembangunan SPPG bisa segera direalisasikan. Ini momentum penting untuk investasi jangka panjang di bidang gizi dan kesehatan,” tegas Ari.
Sementara itu, Maharani, Anggota Komisi IX DPR RI, turut mengajak masyarakat dan para pelaku usaha lokal untuk mendukung penuh program MBG.
Ia menekankan bahwa keberhasilan program ini akan sangat ditentukan oleh sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan pelaku usaha setempat.
"Distribusi bahan pangan untuk program MBG akan diprioritaskan dari hasil produksi lokal, termasuk hasil tangkapan nelayan dan panen petani sawit. Dengan cara ini, kita bisa memperkuat ketahanan pangan daerah sekaligus memutar roda ekonomi desa,” jelas Maharani.
Menurutnya, Program MBG bukan sekadar proyek sosial, tetapi bagian dari strategi nasional menuju Generasi Emas 2045, dengan menanamkan nilai-nilai penting tentang kesehatan dan gizi sejak usia dini.
"Ini adalah bentuk investasi jangka panjang bangsa kita. Dengan anak-anak yang sehat dan bergizi, kita sedang menyiapkan generasi penerus yang kuat, cerdas, dan siap bersaing di masa depan," pungkasnya.