Puncak Kemarau Diprediksi Juni-Agustus 2025, Waspadai Kekeringan hingga Karhutla

Karhutla-di-Riau10.jpg
(Istimewa)

RIAU ONLINE - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini terkait musim kemarau yang diprediksi bakal kembali terjadi pada 2025. Diperkirakan, puncak musim kemarau akan terjadi pada Juni, Juli, dan Agustus 2025.

"Puncak musim kemarau 2025 di sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi terjadi pada Juni, Juli dan Agustus 2025," kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dikutip dari Liputan6.com, Senin, 14 April 2025.

Peringatan ini dikeluarkan BMKG sebagai antisipasi dini dari berbagai sektor sangat penting untuk meminimalisir dampak buruk bagi masyarakat dan perekonomian nasional. Sehingga, masyarakat dan berbagai sektor dapat melakukan langkah-langkah antisipatif, mulai dari pengelolaan sumber daya air hingga pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

BMKG menegaskan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi suhu panas dan kekeringan yang akan terjadi dalam beberapa bulan ke depan. Hal ini sangat krusial bagi berbagai sektor, termasuk pertanian, perkebunan, dan sektor lainnya yang sangat bergantung pada ketersediaan air.


BMKG mengungkapkan bahwa puncak musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia akan berlangsung antara bulan Juni hingga Agustus 2025. Wilayah yang akan mengalami kemarau pada periode normal mencakup sebagian besar Sumatera, Jawa bagian timur, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Namun, beberapa daerah perlu mewaspadai potensi kekeringan yang lebih parah dari biasanya.

Beberapa daerah, seperti Kalimantan bagian selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur, diperkirakan akan mengalami kemarau yang datang lebih lambat. Sebaliknya, wilayah yang akan mengalami kemarau lebih awal termasuk sebagian kecil wilayah Aceh, Lampung, dan Papua bagian tengah. Kondisi ini memerlukan antisipasi khusus dari pemerintah daerah dan masyarakat setempat.

BMKG juga memprediksi potensi karhutla saat musim kemarau, terutama di Sumatera dan Kalimantan. Berbagai pihak terkait diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan dan langkah-langkah pencegahaan yang lebih intensif. Pentingnya koordinasi dan kerjasama antar instansi dan masyarakat dalam menghadapi musim kemarau ini tidak dapat diabaikan.

"Jika dibandingkan terhadap rerata klimatologinya (periode 1991-2020), maka Awal Musim Kemarau 2025 di Indonesia diprediksi terjadi pada periode waktu yang sama dengan normalnya pada 207 ZOM (30%), MUNDUR pada 204 ZOM (29%), dan MAJU pada 104 ZOM (22%)," kata Dwikorita Karnawati.

Menurutnya, pentingnya kesiapsiagaan dan antisipasi dini dari seluruh pihak terkait, baik pemerintah maupun masyarakat, sangatlah penting untuk meminimalisir dampak negatif dari musim kemarau 2025. Kerjasama dan koordinasi yang baik akan sangat membantu dalam menghadapi tantangan yang akan dihadapi.