Poster "Mereka Semua Diculik Tim Mawar" Berisikan Masa Lalu Probowo Gegerkan Ibukota

Poster-tim-mawar-oleh-kontraS.jpg
(Instagram/@kontras_update)

RIAU ONLINE - Poster yang memuat masa lalu calon presiden (capres) 02, Prabowo Subianto, memenuhi sejumlah tempat di seputaran ibukota, Jakarta. Hal ini pun viral di media sosial setelah diunggah akun Instagram Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) @kontras_update.

KontraS dalam foto slide yang diunggahnya, memperlihatkan sejumlah arsip dan dokumentasi yang dicetak berukuran besar ditempel di sejumlah tempat. Satu di antaranya ditemukan di tiang pondasi MRT, kawasan Jakarta Selatan.

“Menunggu Prabowo diadili rakyat. Pangab: Prabowo, Muchdi dan Chairawan bisa ke Mahmil, mereka semua diculik Tim Mawar,” tulis arsip dalam poster tersebut, dikutip dari Suara.com, Rabu 7 Februari 2024.

Disebutkan, bawah proses penuntasan kasus penghilangan paksa yang tidak kunjung usai masih menjadi pekerjaan rumah.

“Dasar Negara berupa kemanusiaan dan keadilan sosial kini kembali mendapat ujian besar dalam momen Pemilihan Presiden,” tulis caption dalam akun instagram Kontras_update.

KontraS pun mengajak untuk tetap berdiri tegak dalam melawan penjahat HAM, meski banyak tantangan yang dihadapi.

“Meski ujian terhadap nilai-nilai itu selalu kita hadapi setiap hari, tapi mari berdiri lebih tegak melawan penjahat HAM,” tandasnya.

Tim Mawar merupakan tim kecil yang dibentuk kesatuan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Grup IV, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, 1998. Tim Mawar adalah dalang dari operasi penculikan para aktivis politik pro-demokrasi tahun 1998.


Tim Mawar dibentuk oleh Mayor Inf. Bambang Kristiono pada Juli 1997. Dengan Bambang sebagai komandan, Tim Mawar mempunyai 11 anggota. Mereka adalah Kapten Inf. F.S. Mustajab, Kapten Inf. Nugroho Sulistiobudi, Kapten Inf. Julius Stefanus, Kapten Inf. Untung Budiarto, Kapten Inf. Dadang Hindrayuda, Kapten Inf. Joko Budi Utomo, Kapten Inf. Fauka Nurfarid, Serka Sunaryo, Serka Sigit Sugianto dan Sertu Sukadi.

Tim Mawar ditargetkan untuk memburu dan menangkap aktivis yang mereka anggap radikal. Setidaknya, ada 22 aktivis yang diculik. 9 di antaranya kembali dalam keadaan hidup, namun 13 lainnya hilang sampai kini.

Namun Tim Mawar dituduh bersalah dalam menculik dan menghilangkan sejumlah aktivis pada 1998. Kasus penculikan itu pun telah diadili oleh Mahkamah Militer.

Mahkamah Militer Tinggi menjatuhkan hukuman selama 22 bulan penjara dan pemecatan dari anggota TNI terhadap Mayor Bambang. Vonis juga dijatuhkan pengadilan untuk Multhazar sebagai Wakil Komandan Tim Mawar, Nugroho, Julius Stefanus dan Untung Budi masing-masing selama 20 bulan penjara. Mereka juga dipecat sebagai anggota TNI.

Lantas, bagaimana keterkaitan Tim Mawar dengan Prabowo?

Tim Mawar mengakui telah menculik sejumlah aktivis karena diperintah oleh Prabowo yang kala itu menjabat Danjen Kopassus, sebagaimana yang pernah dikatakan Mantan Komandan Pusat Polisi Militer (Danpuspom) TNI, Mayjen TNI (Purn) Syamsu Djalal.

Namun, mantan Danpuspom TNI pengganti Syamsu Djalal, Mayjen (Purn) Djasri Marin, justru mengungkap pernyataan yang berbeda. Ia menyebut Prabowo tidak terlibat dalam penculikan aktivis 98.

Dijelaskan bahwa penyelidikan yang dilakukan pihaknya saat itu hanya menemukan kesalahan Tim Mawar bergerak sendiri atau dengan kata lain tidak diperintahkan Prabowo.

Keterlibatan Prabowo dalam aksi penculikan aktivis yang dilakukan Tim Mawar kembali terangkat pada 2018. Arsip Keamanan Nasional (NSA) merilis 34 dokumen rahasia Amerika Serikat terkait situasi sekitar reformasi di Indonesia.

Satu di antaranya arsip tanggal 7 Mei 1998 yang mengungkap catatan staf Kedutaan Besar AS di Jakarta mengenai nasib para aktivis yang menghilang.

"Penghilangan itu diperintahkan Prabowo yang mengikuti perintah dari Presiden Soeharto," demikian tulisan dalam dokumen itu.