Kisah Setia Bharada E dan Misteri di Balik Kematian Brigadir J

Irjen-Ferdy-Sambo6.jpg
((FB/Roslin Emika))


RIAU ONLINE - Bharada Richard Eliezer, yang kini dikenal sebagai Bharada E, sudah beberapa waktu ini bergabung dengan korps ajudan jenderal dan 'menempel' pada Irjen Ferdy Sambo, yang ketika itu masih menjadi Kadiv Propam Mabes Polri.

Polisi berusia 24 tahun dan masih bujang itu saat ini tertuduh yang menembak mati Brigadir Yosua pada Jumat, 8 Juli 2022, sebulan lalu. Kasus ini tengah menjadi sorotan nasional, bahkan Presiden Jokowi memberi perhatian.

Kala itu, Bharada E dengan lantang mengaku kepada penyidik bahwa telah terjadi tembak menembak, antara dia dengan Brigadir Yosua. Bharada E tetap pada keterangannya meski beberapa kali diperiksa.

Bharada E memberikan keterangan yang persis seperti rilis Humas Mabes Polri saat awal-awal kejadian.

Disebutkan bahwa Yosua yang naik ke lantai dua rumah dinas Irjen Ferdy Sambo di Duren Tiga, Jaksel. Yosua disebut hendak melakukan pencabulan terhadap istri Ferdy Sambo, Putri Chandrawati, yang tengah tertidur di kamarnya, serta tersadar dan berteriak.

Yosua yang hendak kabur lantas mengacungkan senjata. Bharada E yang mendengar teriakan berlalu dan memergori Yosua.

"Terjadi tembak menembak," kata Bharada E kepada penyidik, seperti dilansir dari Kumparan, Rabu, 10 Agustus 2022.

Bharada E juga menyampaikan keterangan tersebut kepada jenderal bintang tiga yang menemuinya dan meminta kejujurannya.

Selama beberapa minggu, Bharada E bertahan pada pendiriannya. Di kalangan tertentu, kata seorang penyidik, sikap Brigadir E ini disebut Satya Haprabu, yakni setia kepada pimpinan atau atasannya.

Sebenarnya, sikap ini mulia. Satya Haprabu merupakan sikap seorang prajurit yang setia pada pimpinan negara. Sayangnya, belakangan malah diartikan sebagai setia pada atasan, bukan pimpinan negara dan kebenaran.

Namun, kisah tewasnya Brigadir Yosua sudah membuat publik gaduh. Drama kasus tewasnya Brigadir J menjadi percakapan di warung kopi sampai di ruang perkantoran.

Desas desus hingga teori konspirasi pun bermunculan. Publik tak menerima rilis dari Polri. Dinilai banyak kejanggalan.

Keluarga Yosua yang angkat bicara ke publik mengungkap adanya larangan membuka peti jenazah, hingga keanehan di tubuh ajudan yang sudah berdinas selama 1,5 tahun lebih 'mengawal' Irjen Ferdy Sambo.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit akhirnya membentuk Tim Khusus, ada Wakapolri Komjen Gatot Edy, Irwasum Komjen Agung Budi, Kabaintelkam Komjen Ahmad Dofiri, dan Kabareskrim Komjen Agus Andrianto.

Rangkaian cerita tewasnya Brigadir Yosua mulai berubah begitu tim khusus dibentuk.

"Kuncinya di pengakuan Bharada E," sebut seorang penyidik.

Lantas, bagaimana Bharada E bisa merubah pengakuannya?

"Timsus ini kan pengalaman mas, penyidik paham lah," terang penyidik yang tak mau disebutkan namanya itu.

Tak ada kejahatan yang sempurna dan ada celah yang lupa diamankan. Celah ini yang kemudian dimanfaatkan Timsus.


Timsus bergerak cepat ke tanah kelahiran Bharada E, Manado, Sulawesi Utara, menjemput ibunda Bharada E untuk dibawa ke Jakarta.

Di salah satu ruangan, Ibunda Bharada E dipertemukan dengan putranya. Seketika, tangis pun pecah mewarnai pertemuan ibu dan anak itu.

Sang ibu yang sangat khawatir, meminta kejurusan putranya. Bharada E yang berurai air mata mendengar permintaan ibunya akhirnya bersedia jujur.

"Akhirnya dia jujur, dia buka semua. Enggak ada tembak-menembak," kata penyidik yang tak mau disebut namanya itu.

Bharada E seakan membuka kotak pandora lewat pengakuannya terkait kasus tewasnya Brigadir Yosua.

Namun, tim kuasa hukum Bharada E, Deolipa Yumara menepis adanya pertemuan tersebut.

"Belum," kata dia, Senin, 8 Agustus 2022.

Namun, ia tak memungkiri keberadaan orang tua Bharada E di Jakarta.

"Terakhir ngobrol ada di sini [Jakarta] tapi kayaknya mau pulang ke Manado," tutur dia.

Menko Polhukam, Mahfud MD, juga mengungkap tembak menembak yang terbantahkan. Menurut Mahfud MD, skenario kasus yang dulu dibuat mulai berbalik berkat sorotan publik dan keseriusan Polri.

"Berkat media semua, berkat NGO, berkat kesungguhan Polri, berkat arahan presiden yang tegas, jadi yang dulu semua diskenariokan itu sudah terbalik semua. Dulu kan katanya tembak-menembak, sekarang kan nggak ada tembak-menembak, yang ada pembunuhan," tuturnya kepada wartawan, Senin (8/8).

Bak bola salju, pengakuan Bharada E disusul oleh 3 jenderal bintang tiga yang menemui Kapolri, dan menyampaikan pengakuan ini.

Hingga akhirnya, Irjen Ferdy Sambo yang menjalani pemeriksaan di Bareskrim, pada Sabtu (6/8) malam dan diamankan di Mako Brimob dengan sangkaan melanggar etik.

Namun, benarkah hanya sebatas pelanggaran etik?

"Tunggu episode selanjutnya," kata seorang penyidik.

Selanjutnya, penetapan tersangka Bharada E disusul dengan Brigadir Ricky Rizal, sopir Putri, yang juga ditetapkan sebagai tersangka.

Bharada Richard dijerat dengan Pasal 338 Jo Pasal 55 dan 56 KUHP. Sementara, Brigadir Ricky dikenakan Pasal 340 Sub 338 Jo Pasal 55 dan 56 KUHP.

Kemarin, Selasa, 9 Agustus 2022, akhirnya Kapolri mengumumkan tersangka baru dalam kasus tewasnya Brigadir Yosua. Yakni, mantan Kadiv Propam Polri, Irjen Ferdy Sambo.

Ferdy Sambo menjadi sosok yang meminta Bharada E untuk menembak Brigadir J. Ferdy Sambo pula yang merancang skenario tewasnya Brigadir J, seolah-olah terjadi insiden tembak menembak.

Selain itu, sopir istri Ferdy Sambo, KM alias Kuwat Maruf juga ditetapkan sebagai tersangka. KM diduga ikut membantu serta menyaksikan penembakan Brigadir Yosua.

Perlahan, kasus tewasnya Brigadir Yosua telah menjelma menjadi pembunuhan. Isu-isu liar mulai bermunculan terkait motif penembakan Brigadir Yosua.

Seorang penyidik yang menolak disebut namanya, memberi sedikit gambaran tentang motif kasus tersebut.

Melalui rekaman CCTV, tampak semua rombongan, baik keluarga Ferdy Sambo dan para pengawal melakukan PCR di kediaman pribadi Ferdy Sambo.

Tak lama usai PCR dilakukan, ada pergerakan orang dari rumah pribadi ke rumah dinas di Duren Tiga.

"Ada satu video CCTV yang memperlihatkan rombongan Ibu, Bharada E, Ricky, dan Yosua ke rumah dinas," ujar penyidik itu.

Tapi, berdasarkan rangkaian CCTV yang didapat di antaranya dari tetangga, Ibu atau Putri Chandrawatti tak lama di rumah dinas itu.

"Hanya 5 menit, lalu keluar lagi dikawal ke kediaman pribadi," ujar dia. Tak ada Yosua menemani saat Putri kembali ke kediaman pribadi.

Keterangan dari sumber penyidik itu, tak jauh beda dengan yang disampaikan Ketua Komnas HAM, Taufan Damanik.

"Setelah itu kira-kira jam 17.01 atau berapa, mereka naik ke mobil, kelihatan juga, menuju ke rumah dinas itu yang kita sebut sebagai TKP. Enggak berapa lama, berapa menit kemudian Pak Sambo keluar (rumah pribadi) juga menuju tempat lain," beber Taufan.

Taufan menjelaskan setelah itu terlihat kembali di CCTV, Putri kembali ke rumah pribadinya. Ia didampingi oleh beberapa orang.

"Nampak wajahnya (Putri) seperti menangis, didampingi ada satu dua orang yang di belakangnya," kata Taufan.

Kematian Brigadir Yosua diumumkan kepada publik pada Senin, 11 Juli 2022. Namun, motif di balik pembunuhan Brigadir Yosua masih menjadi misteri.

"Tunggu saja keterangan dari Timsus Mas," tutur seorang penyidik.