Ajak Warga Nonton Film Antikorupsi, KPK Diingatkan Tangkap Buronan

Gedung-KPK.jpg
(liputan6.com)

RIAUONLINE - Berbagai cara digunakan Komisi Pemberantasan Korupsi untuk mengedukasi publik, terutama generasi muda, tentang bagaimana bersikap antikorupsi. Salah satu caranya dengan menyebarkan pesan melalui cerita yang dikemas dalam film.

Di hari Minggu ini, KPK melalui akun Twitter @KPK_RI mengajak netizen untuk menyaksikan film tentang antikorupsi yang ditayangkan melalui channel Youtube. Diharapkan, melalui tontonan ini, warganet bisa belajar dengan cara mengasyikkan.

Film yang diunggah ke timeline Twitter KPK pagi ini berjudul Sebuah Nama. Film tersebut pernah diikutkan dalam Anti-Corruption Film Festival 2019. ACFFEST merupakan program kampanye antikorupsi.

Beragam tanggapan dilontarkan netizen setelah mendapat ajakan KPK untuk menonton film antikorupsi. Ada yang justru mengingatkan KPK, seperti yang disampaikan oleh Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid melalui akun Twitter @hnurwahid.

Politikus PKS itu mengingatkan KPK masih memiliki banyak tugas yang belum selesai, di antaranya sejumlah buronan sampai sekarang belum juga ditangkap. Hidayat menyebut sejumlah nama yang dia maksud.


"Juga untuk @KPK_RI jangan keasyikan dengan nonton film antikorupsi, tapi menyelesaikan PR, yaitu menangkap buron-buron KPK seperti Harun Masiku, Honggo W, Syamsul NS dan lain-lain, dengan memanfaatkan momentum bisa lakukan penangkapan terhadap Joko Chandra. Agar kita dengan tegar dan benar bisa teriakkan: MERDEKA!!!!" kata Hidayat.

Netizen yang lain sependapat dengan Hidayat. Dengan nada menyindir KPK, menurut netizen tersebut, hari Minggu seharusnya lebih asyik digunakan untuk menangkap para koruptor.

Tak semua netizen mengkritik KPK, sebagian tetap fokus pada pesan utama dari ajakan menonton film antikorupsi. Melalui film tersebut, publik dapat memahami sejauh mana KPK dalam memberantas korupsi.

Menjelang ACFFEST 2019 lalu, perwakilan Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat Kedeputian Bidang Pencegahan KPK Epi Handayani menjelaskan esensi dari acara ini untuk mengkampanyekan program antikorupsi melalui media film.

"Kenapa lewat film karena melalui media film publik atau masyarakat itu untuk menerima materi-materi antikorupsi tidak merasa digurui. Film itu bahasa yang universal lebih mudah untuk dipahami," kata dia dalam laporan Suara.com sebelumnya.

ACFFEST 2019 mengangkat tema antikorupsi dengan fokus pada korban. Melalui film, para peserta bisa mengeksplorasi akibat maupun dampak dari korupsi. Selama ini, korban korupsi tidak menyadari bahwa dia yang menjadi korban.

"Lebih fokus ke korban korupsi, tapi tema besarnya anti korupsi, tapi untuk yang khusus lainnya terkait dengan korban korupsi karena apa, korban korupsi itu kan tidak sadar bahwa dia menjadi korban," kata Epi.

Artikel ini lebih dulu tayang di Suara.com