AJI dan DW Akademie Beri Pelatihan Jurnalis di Pulau Sumatera

Perlatihan-jurnalis-aji.jpg
(ISTIMEWA)


RIAU ONLINE, PALEMBANG - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) bersama Deutsche Welle (DW) Akademie Jerman, kembali memberi Pelatihan Jurnalistik Keimanan dan Media di Indonesia bagi jurnalis di Pulau Sumatera, yang di pusatkan di Kota Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel), 28 September 2018.

Pelatihan yang diikuti 25 jurnalis yang tersebar di Pulau Sumatera, yakini Aceh, Medan, Pekanbaru, Padang, Bengkulu, Jambi, Lampung, dan Palembang itu mengusung tema “Keimanan dan Media: Sebuah Dialog Antar Agama bagi jurnalis Indonesia” membahas peran serta tanggung jawab jurnalis dan media untuk mengurangi ketegangan atas dasar perbedaan agama.

Dimana, kondisi dalam beberapa tahun terakhir tersebut, dinilai berpotensi mengancam kehidupan bertoleransi dan harmonisasi sosial di Indonesia, khususnya di pulau Sumtra.

“Sejumlah ketegangan (sosial) yang terjadi belakangan ini mengancam reputasi Indonesia, sebagai negara dengan tingkat toleransi beragama dan keberagaman sosial yang tinggi,” kata pelatih yang juga Jurnalis DW Ayu Purwaningsih.

Program yang didukung Kementerian Luar Negeri Jerman, tersebut membekali peserta dengan pemahaman mengenai isu mendasar pluralisme di Indonesia. Selain itu, kondisi sosial dan politik terkini serta tantangan ekstremisme beragama menjelang Pemilu dan Pemilihan Presiden 2019.

Kemudian, pemahaman kode etik dan standar profesionalisme untuk menghasilkan karya jurnalistik yang sensitif konflik dan tidak bias keagamaan. Para peserta juga dibekali pengetahuan mengenai kemampuan mencari fakta dan mengembangkan ide liputan bernas.


Pelatihan aji dan dwISTIMEWA

“Pelatihan ini juga merupakan kesempatan untuk menjalin hubungan jangka panjang antarjurnalis dari berbagai latar belakang agama,” Triner DW Akademie Jerman, terang Sheila Mc Myrosekar Triner DW Akademie Jerman.

Dalam program kerjasama peningkatan kemampuan dalam menjalankan tugas jurnalistik, terutama dalam mereportase atau meliput kasus-kasus sensitif terkait radikalisme, intoleransi dan sosial budaya. Pelatihan serupa sudah pernah diselenggarakan di Pontianak, Kalimantar Barat (Barat) yang berlangsung pada 22-24 September dan menjadi bagian dari pasca-kegiatan Festival Media AJI 2018.

“Isu agama belakangan ini sangat santer, bahkan memicu perpecahan yang bukan saja di mana persoalan itu terjadi (ibu kota). Melainkan dampaknya hingga ke daerah. Ini sangat berbahaya, dan ironisnya tidak jarang jurnalis dan media massa ikut terlibat langsung maupun tak langsung,” kata Ketua AJI Palembang, Ibrahim Arsyad.

Ia mengajak para jurnalis (peserta latihan khususnya) agar tidak mudah termakan informasi tanpa melalui proses verifikasi, konfirmasi atau kroscek agar berita yang diproduksi tidak bias. Apalagi, memperkeruh suatu masalah yang mengakibatkan perpecahan antara masyarakat (kehidupan sosial).

"Melalui pelatihan ini, kita ingin agar ke depan jurnalis lebih cerdas dan dapat membedakan berita bohong (hoaks) dan disinformasi," imbuhnya.

Pelatihan selama tiga hari ini memberikan kesempatan bagi peserta mengajukan proposal beasiswa peliputan. Setiap usulan kemudian dibahas melalui diskusi kelompok dan diikuti penguatan serta penajaman ide cerita oleh seorang pelatih yang bertindak sebagai mentor di kelompok masing-masing. Kemudian di antara peserta pelatihan akan dipilih 10 terbaik sesuai usulan liputan.

Setelah gelar didua kota (Pontianak dan Palembang), kegiatan ini akan berlangsung di Bandung (20-22 Oktober), Manado (26-28 Oktober), dan Ambon (2-4 November).