Peringati Hari Anak Nasional, Psikolog UIR Bahas Kekerasan Seksual dan Bullying

Seminar-HAN.jpg
(Septri Windiyana Putri/MG Riau Online)

Laporan: Septri Windiyana Putri

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Lembaga Psikologi Terapan (LPT) Universitas Islam Riau (UIR) menyelenggarakan seminar umum dalam rangka peringatan Hari Anak Nasional 2023, yang jatuh pada 23 Juli 2023 lalu. Seminar bertema "Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Anak" dan "Pencegahan Perilaku Bullying pada Anak" berlangsung di Auditorium Fakultas Hukum UIR, Kamis, 3 Agustus 2023.

Direktur LPT Fakultas Psikologi, Irfani Rizal, menyampaikan tujuan seminar ini diselenggarakan karena tingkat kekerasan pada anak saat ini masih sangat tinggi. Dengan seminar ini diharapkan bisa meningkatkan rasa kepedulian kepada anak dan mengembangkan tumbuh kembang anak tidak hanya untuk fisik, tetapi juga dari segi sosial, mental, psikologis, dan juga pencegahan dari kekerasan.

"Jika kita melihat di media sosial maupun televisi begitu banyak berita-berita tentang kekerasan kepada anak. Maka dari itu kami mengangkat tema ini," ujar Irfani Rizal.

Sementara itu, Psikolog Unit Pelaksana Teknis Perlindungan Perempuan dan Anak (UPT PPA) Provinsi Riau, Yanwar Arief sebagai pemateri Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Anak mengatakan, terdapat beberapa penyebab seseorang menjadi pelaku kekerasan seksual, yakni gangguan mental, sikap kekuasaan, dan paparan video porno.

"Berikutnya kita harus memahami juga siapa yang punya kecenderungan yang menjadi korban kekerasan seksual pada anak-anak, yakni anak-anak yang memiliki pengalaman traumatis masa lalu, anak yang mempunyai kepribadian tertutup besar kemungkinan mudah sekali untuk di-grooming, dan anak-anak yang memiliki keterbelakangan mental," jelas Dekan Fakultas Psikologi UIR itu.


Lebih lanjut, dikatakan Yanwar Arief, peran orang tua, sekolah, dan masyarakat sangat penting dalam pencegahan kekerasan seksual pada anak. Orang tua perlu berkomunikasi secara terbuka kepada anak serta memberikan pendidikan seksual dan mengawasi aktivitas anak. 

"Peran guru pun di sekolah tidak hanya sebagai tenaga pendidik dalam bidang akademis namun juga menjadi sahabat bagi anak itu sendiri. Sama halnya masyarakat juga berperan penting dengan cara menghidupkan kembali kegiatan kemasyarakatan yang bermanfaat," katanya.

Sementara itu, Ketua Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI), Sigit Nugroho, dalam materi Pencegahan Perilaku Bullying pada Anak, menyebut bahwa menurut hasil penelitiannya, 49 persen anak Indonesia menjadi korban bullying.

"Dan negara Asia Tenggara yang tingkat bullyingnya paling tinggi adalah Filipina," paparnya. 

Menurut Sigit Nugroho, upaya mengatasi bullying memiliki tingkatan yang berbeda-beda mulai dari level anak-anak, level sekolah, dan level komunitas.

Untuk level anak-anak, peran orang tua sangat dibutuhkan dalam membantu pengembangan konsep diri anak yang positif, asertivitas anak, dan mendidik anak untuk berani melapor.

Di level sekolah, upaya untuk mengatasi bullying di antaranya adalah melakukan asesmen potensi bullying serta membuat kebijakan anti bullying, dan mengkomunikasikannya kepada semua stakeholder.

Sementara di level komunitas, pencegahan dapat dilakukan dengan mengoptimalkan dan pemberdayaan komunitas anti bullying, dan bekerja sama dengan profesional.