Sungai Hijau Oase Tersembunyi di Bumi Sarimadu

Sungai-Hijau.jpg
(Laras Olivia/Riau Online)

RIAU ONLINE, PEKANBARU-Semilir angin sejuk menerpa wajah. Teriknya cuaca di siang hari berganti sejuk tatkala memasuki Kota Bangkinang. Sesekali terlihat sepetak sawah menghampar hijaunya di sepanjang perjalanan menuju ibu kota Kabupaten Kampar.

Menempuh jarak 58,8 km dengan sepeda motor dari ibu kota Provinsi Riau, Pekanbaru. Hanya memakan waktu 1 jam 30 menit sudah tiba di Kota Bangkinang. Namun, jika terjebak macet bisa menghabiskan waktu hingga 2 jam lebih.

Dari Kota Bangkinang terus menuju Tugu Batu Belah. Tak jauh dari sana, ada kompleks Perkantoran Pemerintah Kabupaten Kampar yang posisinya berada di sebelah kiri jalan. Satu petunjuk arah menunjukkan lokasi wisata cukup terkenal di Bangkinang. Wisata alam yang kemudian dinamai Sungai Hijau.

Pengunjung bisa memanfaatkan fasilitas di areal wisata Sungai Hijau, salah satunya sewa ban/Laras Olivia/RIAUONLINE.

Selama perjalanan menuju lokasi, rimbunnya pepohonan hijau dan bukit-bukit berjejer memanjakan mata. Tak lama, sampailah di lokasi Sungai Hijau bersaudara yang berada di Desa Salo Kecil, Kecamatan Salo.

"Pasau Kuok Pasau Bangkinang, singgah sabontau di dusun Salo...nasi tasuok acu takonang, nasi bakua jo ayu mato." Ucok berdendang sembari menyapu dedaunan kering pohon karet di areal wisata Sungai Hijau. Ia juga merapikan papan kayu, bebatuan dan kerikil di tepi areal pemandian. Maklum, saat ini Sungai Hijau pintu 7 tempat ia bekerja merupakan jalur masuk paling bungsu.

Areal masuk wisata Sungai Hijau bersaudara/Laras Olivia/RIAUONLINE

Lelaki bertopi dan mengenakan kaos putih ini mengatakan, Sungai Hijau pintu 7 dibuka pada tahun 2020, posisinya berada paling atas. Sedangkan pintu masuk nomor 1 merupakan areal sungai yang terletak di bagian depan dan lebih dekat ke jalan raya.

"Sungai Hijau pintu 7 sudah dua tahun lebih, sejak 2020. Pengembangannya bertahap. Dulu, di sini masih hutan semua. Kita kemudian membuka lahan dengan mengunakan alat berat untuk membuat jalan masuk ke tempat pemandian," kata Ucok kepada RIAUONLINE, Sabtu, 30 Juli 2022.

Lelaki 48 tahun ini duduk sebentar dan mengenang kala ia bersama anggota pekerja lainnya ikut membuka areal Sungai Hijau pintu 7. Ia mengatakan, pada awalnya sungai hanya berukuran lebar 3 meter.

Pengelola Sungai Hijau, Ucok menunjukkan satu mata air dari aliran Sungai Salo, yang merupakan hulu sungai. Lokasinya tak jauh dari areal pemandian Sungai Hijau 7/Laras Olivia/RIAUONLINE

"Cuma 3 meter, lalu kita lebarkan hingga 10 meter. Kita pakai alat berat, bukan manual. Sungai kian melebar seiring kita membuka bendungan, air kan kencang jadinya, tanah otomatis mengikis. Di sini ada unsur lapisan pasir dan kerikil," jelasnya.

Ucok membeberkan bahwa pemilik Sungai Hijau pintu 7 mengeluarkan biaya sekitar Rp 250 juta. Semua biaya untuk menyewa alat berat, membeli papan, penataan taman, hingga upah empat orang pekerja yang membantu.

"Yang punya namanya bu Astuti, asli kelahiran Kampar. Saya dan tiga teman lainnya, lek Gimin, pak Karman dan pak Yanto yang membantu-bantu di sini setiap harinya," jelas Ucok.

Sungai Hijau pintu 7 berada dekat dengan aliran Sungai Salo yang merupakan hulu sungai. Tak jauh dari areal pemandian, ada satu mata air yang menjadi sumber air bersih bisa dikelola pemilik sungai. Mata air tersebut begitu jernih karena belum ada lagi pengelola yang membuka pintu Sungai Hijau di atasnya.

"Mata air ini untuk membilas badan bagi pengunjung usai berenang. Sungai Salo ini unik, saat kemarau pun tidak kering. Airnya masih mengalir karena di hulu banyak mata air. Ada itu lagunya, 'Sungai Salo tompek bomain uwang Ocu,' tapi saya kurang hapal," kata pria yang lahir di Sumatera Utara ini sambil tertawa.

Pengelola Sungai Hijau pintu 7 juga menanam sejumlah tanaman buah. Di areal tersebut terdapat tanaman kelengkeng, markisa dan kelapa hibrida atau cocos nucifera. Kelapa ini merupakan jenis kelapa persilangan antara varietas genjah (sebagai ibu) dengan varietas dalam (sebagai bapak) untuk mendapatkan varietas unggul atau sifat-sifat kelapa unggul dari kedua induknya.

Tak seperti sungai pada umumnya. Air Sungai Hijau begitu jernih. Pada dasar sungai, terlihat jelas bebatuan kerikil dan lumut yang menempel. Kejernihan air sungai ini lalu dapat memantulkan warna hijau dari pepohonan yang ada di dekat sungai. Warna hijau yang jelas tampak di aliran sungai inilah yang membuatnya dinamai "Sungai Hijau."


Ucok menyebut bahwa bagi sebagian besar pengunjung, daya tarik menjadi alasan utama bagi mereka memilih tempat tersebut sebagai tujuan wisata. Susunan alam yang sejuk dan rimbun, serta banyak ruang terbuka hijau. Daya tarik inilah yang kemudian mendorong wisatawan penasaran dan ingin mengunjunginya secara langsung.

*Daya Tarik dan Potensi Sungai Hijau*

Angin menyeruak masuk dari sela-sela pepohonan karet. Getah karet meleleh dari batang-batang kurus berwarna coklat. Batok-batok kelapa menampung getah karet berwarna putih gading yang meleleh.

Hampir setiap hari, puluhan pengunjung datang ke tempat wisata yang berada di Bumi Sarimadu ini. Saat akhir pekan dan libur tanggal merah, tempat ini semakin ramai oleh wisatawan yang datang dari luar kota seperti Pekanbaru, Dumai, Siak, hingga Pasir Pangaraian.

Byurrr....
Seorang pengunjung dari Kota Pekanbaru melompat ke sungai. Ia lantas berenang menyusui aliran Sungai Hijau 7. Air yang sejuk dan jernih seketika membuatnya melupakan kepenatan dan kesibukan kerja yang mungkin membuat hidup kian pelik.

Dede Yaste, karyawan swasta mengaku sungai yang terletak di Kampar ini menjadi tempat untuk menghibur diri dari hiruk pikuk kota. Dirinya sengaja datang saat akhir pekan untuk berenang atau sekadar menikmati secangkir teh dan goreng pisang di salah satu warung dekat kawasan Sungai Hijau.

"Wisata alam yang aman untuk berenang. Karena di Kota Pekanbaru bisa dikatakan tidak ada, ya. Jadi harus jauh-jauh ke sini cuma buat menikmati suasana berenang di alam saat akhir pekan. Sungai hijau ini saya rasa bagus dijadikan destinasi wisata bersama teman dan keluarga. Karena di sini juga aman dan fasilitas lumayan lengkap, walaupun serba sederhana," ujarnya.

Untuk menghindari keramaian, Dede menyarankan para calon pengunjung Sungai Hijau bisa datang sekitar pukul 08.00 WIB. Menurutnya, di waktu tersebut akan mendapati air sungai yang masih jernih. Ditambah lagi suasana alam yang asri.

Pengunjung menikmati kesejukan berenang di Sungai Hijau pintu 7/Laras Olivia/RIAUONLINE

Harga tiket masuk di setiap jalur atau pintu relatif sama. Yakni Rp 10.000 untuk satu kendaraan roda dua dan Rp 15.000 untuk satu kendaraan roda empat. Dengan tarif masuk yang sangat terjangkau, pengunjung sudah bisa masuk dan menikmati keindahan alam di sekitar Sungai Hijau. Tambahan biaya masih dapat terjadi khususnya bila pengunjung menggunakan fasilitas seperti sewa pelampung.

Sejauh ini, titik terdalam dari Sungai Hijau tak lebih dari 3 meter. Di sisi lain, titik paling dangkal dari sungai ini tidak kurang dari 30 cm. Sungai ini memiliki jarak dari hulu ke hilir dengan panjang 400 meter.

Wisata Sungai Hijau menawarkan pesona yang menarik. Apalagi pengunjung tidak hanya dibikin betah dengan satu sungai saja. Ada empat tingkat sungai yang bisa ditelusuri. Setiap tingkat memiliki kedalaman yang berbeda. Pengunjung pun dapat lebih menyesuaikan tempat mana yang cocok untuk memilih bermain.

Walaupun lokasinya lumayan jauh dari pusat kota, namun tempat wisata ini memiliki fasilitas yang cukup lengkap. Area parkir cukup luas, bisa menampung beberapa unit mobil dan puluhan sepeda motor. Kemudian ada juga fasilitas kamar mandi lengkap dengan toilet.

Kamar mandi ini biasanya digunakan oleh pengunjung untuk membilas badan dan berganti pakaian usai berenang atau bermain air di sungai. Jika menggunakan kamar mandi atau kamar bilas ini, pengunjung dikenakan tarif hanya Rp 2.000 per orang.

Pengunjung juga tak perlu khawatir, karena ada fasilitas musala yang  sudah lengkap dengan tempat wudhu. Fasilitas terakhir adalah warung makan yang siap menjadi target ketika pengunjung merasa lapar atau haus. Warung makan di sini menyediakan berbagai jenis mie instan dan minuman ringan.

Kelebihan lain dari tempat wisata Sungai Hijau, pengelola tidak melarang setiap pengunjung datang membawa makanan. Para pengunjung boleh membawa bekal, camilan, dan minuman. Mereka hanya perlu membersihkan dan membuang sampah pada tempat yang disediakan.

Setelah cukup menikmati kesejukan aliran mata air Sungai Salo, Dede menyantap hidangan goreng hangat, camilan yang ia bawa dari Pekanbaru. Rehat sejenak berbaring di gazebo yang bisa disewa seharga Rp 30 ribu. Sembari memandang hijaunya air sungai, Dede berhasrat ingin menyeburkan diri lagi dan lagi.

Menempatkan bahu di bawah bendungan serasa dipijat oleh kekuatan air. Rasanya, terasa waktu berjalan cepat. Pengunjung terhanyut dalam suguhan alam.

*Ucok dan Secercah Harapan Pekerja di Sungai Hijau*

Siapa sangka tempat wisata Sungai Hijau memicu timbulnya masyarakat kreatif dan mandiri. Mereka bisa meningkatkan pendapatan, peluang kerja hingga pengembangan objek wisata. Bertambahnya pintu masuk Sungai Hijau membuktikan keamjuan pengelolaan tempat wisata mandiri oleh masyarakatnya.

Sungai Hijau menjadi ladang berkah bagi masyarakat sekitar. Selain menjual dagangan seperti makanan dan minuman, masyarakat setempat yang mengelola lokasi wisata ini juga membuka jasa sewa gazebo. Ada juga yang mengelola parkir, penjaga pintu masuk, hingga petugas kebersihan. Dengan tersedianya pekerjaan ini, masyarakat sekitar bisa mendapatkan pekerjaan dan melepas status penganggurannya.

Menjadi penjaga di Sungai Hijau pintu 7 bukanlah pekerjaan utama Ucok. Sehari-hari ia bekerja di kebun karet miliknya sedari pagi. Siang harinya, Ucok berangkat dari kebun menuju Sungai Hijau pintu 7.

Dengan mengendarai sepeda motor, ia pun sampai dalam waktu sekitar 10 menit. Setibanya di sana, ia lantas mengerjakan tugas menjaga pondok pengambilan tiket masuk, hingga bersih-bersih areal sungai sembari menanti empunya datang.

"Pekerjaan utama kami memotong, menderes di kebun, itulah periuk kami. Kebun karet milik sendiri, 2 hektare. Tapi tidak produktif. Siang kami ke sini, mengerjakan apa yang bisa dikerjakan, seperti memperbaiki jika ada rusak, menyapu sampah," paparnya.

 

 

Pemilik nama lengkap Fadli Simagunsong ini menyebut, dirinya membutuhkan pekerjaan tambahan ini untuk mencukupi kebutuhan hidup. Apalagi ada seorang istri dan dua anak yang sudah sekolah.

"Anak sepasang, paling besar perempuan kelas 3 MTS, anak laki-laki kedua kelas 2 SD. Ibuk pagi bantu memotong, setelah itu mengurus rumah. Kalau tak ada pengunjung, ya sama aja kami tak dapat upah, pulang dengan tangan hampa," ujar lelaki yang tinggal di Air Manis, Kecamatan Salo.

Ucok mengatakan, para pekerja mendapat upah per minggu. Pemilik sungai membagi hasil dengan 4 pekerjanya. Menurutnya, pengunjung paling ramai datang pada hari Sabtu dan Minggu. Mereka bisa mendapatkan upah lebih saat ramai pengunjung.

"Senin sampai Jumat, pengunjung rada sepi. Misal, dapat Rp 200 ribu, nanti pembagian diatur antara kami (empat pekerja) dan yang punya saja. Makanya kami kerja ini tidak ada menuntut sana sini, karena itulah pendapatan kita, tidak bulanan. Tapi intinya di sini kami kerja ikhlas, sama yang punya sungai tanpa ada tuntutan. Sama-sama berusaha membenahi bagaimana caranya bisa kemudian ramai pengunjung. Supaya pengunjung betah dengan kami memajukan tempat wisata ini," ulasnya.

Ucok bersyukur, sudah 2 tahun berjalan, sudah banyak yang menyukai Sungai Hijau pintu 7. Ia menyebut, areal wisata ini sering menjadi tempat kemping maupun atau acara komunitas. Ada rencana pengelola bakal menambah wahana atau tempat berfoto. Perlahan, mereka juga ingin tempat wisata ini menjelma menjadi kawasan agrowisata.

"Semoga saja. Perlahan kita lakukan. Saat ini pelan-pelan masih membenahi jalan untuk akses ke sini. Maka itu, uang dari pengunjung ini lah yang nanti kami olah lagi guna pembenahan. Kita masih tahap pengenalan dan promosi. Demi usaha yang dibuka bersama, demi kemajuan pariwisata, tentu semangat itu tetap ada," paparnya.

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Kampar, Zulia Dharma menyebut, Sungai Hijau memiliki potensi. Ramai pengunjung datang setiap harinya, terkhusus di hari libur. Kesejukan air yang jernih, tempat nyaman dan bersih, serta tiket masuk terjangkau menjadi daya tarik tempat wisata Sungai Hijau.

"Fasilitas juga lengkap. Potensi Sungai Hijau sangat bagus. Dibuktikan dengan berkembangnya destinasi Sungai Hijau sampai 7 pintu. Ini bagus untuk dikunjungi terutama bersama keluarga dan juga untuk tempat pertemuan, reunian," paparnya saat diwawancarai RIAUONLINE.

Hingga kini, kata Zulia, destinasi wisata ini belum tergabung dalam Pokdarwis karena para pemilik merasa mampu untuk mengembangkan tempat wisata masing-masing. Pengelola belum melakukan setoran PAD karena milik pribadi. Namun ia mengapresiasi bahwa wisata Sungai Hijau mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar.