Cabai Merah dan Minyak Goreng Merangkak Naik, pedagang Gorengan Merugi

harga-cabai.jpg
(Laras Olivia/Riau Online)

RIAUONLINE, PEKANBARU - Komoditas cabai merah terus merangkak naik di sejumlah pasar tradisional di Kota Pekanbaru.

Pantauan riauonline.co.id di Pasar Sail, Jumat 12 November 2021, harga cabe merah berkisar Rp 60 ribu per kilogram. Padahal jika dibandingkan pekan lalu masih di harga Rp 54 ribu per kilogram.

Menurut salah seoarang pedagang, harga cabai merah asal Bukittinggi, naik dalam dua pekan ini. Mahalnya harga cabai akibat faktor cuaca tak menentu dari daerah pemasok. Para petani mengalami gagal panen akibat tingginya curah hujan.

"Pasokan cabai yang masuk ke Kota Pekanbaru jadi berkurang. Kita biasa dapat pasokan dari saudara juga, orang Sumatera Barat. Beda yang datang dari Jawa, bisa Rp 45 ribu sampai Rp 50 ribu per Kg. Tapi untuk cabai bukit ini modalnya lebih mahal," ujar Rauda saat ditemui RIAUONLINE.CO.ID.

Ia menyebut, banyak masyarakat mengeluh kenaikn harga cabai merah. Warungnya juga sepi pembeli sejak siang hingga sore hari. "Kita jual sesuaikan harga saja. Memang masyarakat mengeluh, tapi ya kondisinya seperti ini. Semoga bisa cepat stabil," ujarnya.

Tak hanya cabe merah, harga minyak goreng di pasaran Kota Pekanbaru mulai merangkak naik. Kenaikan harga terjadi sejak awal November 2021. Harga minyak goreng kemasan rata-rata berkisar Rp 17 ribu hingga Rp 20 ribu per liter.


Pedagang Pasar Sail, Ali mengeluhkan harga minyak goreng di Pekanbaru yang terus mengalami kenaikan selama satu bulan terakhir. Untuk mendapatkan 1 liter minyak, pembeli harus merogoh kocek senilai Rp 18 ribu hingga Rp 19 ribu.

"Minyak goreng mahal, hampir semua merek. Sudah hampir 2 minggu seperti ini. Tak ada penurunan," terang Ali.

Selain pedagang, penjual gorengan di sekitar SDN 83 Kota Pekanbaru juga ikut merasakan imbas kenaikan harga minyak goreng. Harga minyak goreng yang melambung selama beberapa pekan ini di Kota Pekanbaru membuat Aminah merugi.

"Kalau kita yang jual makanan gorengan tentu berdampak sekali. Apalagi kita membutuhkan minyak goreng untuk berjualan setiap hari," jelasnya.

Aminah mengaku omsetnya ikut turun dari saat harga minyak goreng masih normal. Ia hanya bisa mendapat omset Rp 110 ribu hingga Rp 130 ribu per hari. Padahal saat harga minyak normal, ia bisa perpenghasilan sebesar Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu per hari.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Pekanbaru, Ingot Ahmad Hutasoit tidak menampik harga sejumlah bahan pokok di pasaran mengalami kenaikan. Ia menyebut, kenaikan bahan pokok juga seiring dengan kenaikan barang produksi pangan.

Kondisi ini tentu berdampak pada kenaikan komoditas pangan di pasaran. Pihaknya juga sudah menggelar rapat dengan tim inflasi daerah di Kota Pekanbaru membahas kenaikan harga komoditas pangan. "Ini jadi perhatian kita, nanti kita kordinasi bersama bulog dan daerah penghasil," jelasnya.

Ingot mengatakan, harga komoditas pangan yang naik saat ini tidak dapat dikendalikan karena bukan berasal dari Kota Pekanbaru. Kebanyakan komoditas pangan di Kota Pekanbaru berasal dari luar daerah.

"Persoalan kenaikan harga komoditi pangan ini terjadi karena berbagai faktor. Bisa saja terjadi kenaikan karena harga TBS naik, sehingga berdampak pada produk turunan sawit seperti minyak goreng," paparnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, kenaikan harga cabai merah karena faktor cuaca. Saat ini sedang musim penghujan sehingga panen di wilayah penghasil menjadi terganggu.

Hingga kini pihaknya belum mendapati adanya ulah spekulan atau penimbunan dalam kenaikan harga komoditas pangan. Mereka juga sudah melakukan pemeriksaan di sejumlah titik gudang penyimpanan.

"Kita memperkirakan itu salah satu faktornya, bisa saja ada faktor lain yang mempengaruhi kenaikan harga," pungkasnya.