Indonesia Negosiasikan Tarif Resiprokal AS, Ini Poin Penting yang Dibahas

Indonesia-Negosiasikan-Tarif-Resiprokal-AS-Ini-Poin-Penting-yang-Dibahas.jpg
(Dok. Kemenko Perekonomian via KUMPARAN)

RIAU ONLINE - Pemerintah Indonesia tengah melakukan negosiasi tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) yang telah diumumkan oleh Presiden AS, Donald Trump.

Pemerintah Indonesia dalam negosiasi tersebut diwakili oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Dikutip dari KUMPARAN, Sabtu, 26 April 2025, negosiasi ini membahas sejumlah poin penting. Berikut 3 poin penting dalam pertemuan negosiasi tersebut:

  1. AS Hargai Indonesia yang Gerak Cepat untuk Negosiasi

  2. Indonesia Buka Akses untuk Operator Pembayaran Asing

  3. Tambahan Impor Migas AS Belum Bersifat Final

Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan bahwa Presiden AS Donald Trump cenderung memberi keuntungan lebih kepada pihak-pihak yang sigap dan proaktif dalam berunding.

"Bahwa Indonesia mendapatkan advantage sebagai early mover, itu disampaikan oleh Scott Bessent (Menteri Keuangan AS)," kata Sri Mulyani.


Menurutnya, AS biasanya menghargai the first mover yang akan diberikan keuntungan.

Sikap Indonesia dalam posisi tawar dinilai lebih baik di tengah upaya penyeimbangan neraca perdagangan yang sedang dilakukan AS dengan mitra-mitra dagangnya.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan kesepakatan terkait sistem pembayaran Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) dan Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) yang sebelumnya disoroti oleh pemerintah AS.

Airlangga menegaskan Indonesia tetap memberikan ruang bagi pelaku global untuk terlibat, dan tidak ada perubahan kebijakan terkait perlakuan terhadap operator asing dalam sistem pembayaran nasional.

"Indonesia sebetulnya terbuka untuk para operator luar negeri termasuk Master atau Visa," ujar Airlangga.

Airlangga juga menegaskan bahwa regulasi yang berlaku tidak bersifat diskriminatif, dan kerja sama tetap terbuka bagi pelaku asing selama mereka bersedia mematuhi ketentuan yang ditetapkan di Indonesia.

Selain itu, Airlangga juga menyampaikan bahwa skema tawaran Indonesia terkait tambahan impor komoditas strategis AS seperti minyak dan gas (migas) serta produk pangan belum bersifat final.

"(Tawaran) itu masih merupakan hal yang dinamis. Jadi, bukan posisi yang statis," kata Airlangga.

Ia menuturkan bahwa daftar spesifik produk pertanian dan migas yang akan diajukan masih dalam tahap pembahasan. Rincian tersebut akan disampaikan pemerintah setelah tercapainya kesepakatan final.

Terkait Kawasan Mangga Dua yang sempat disorot AS dalam laporan National Trade Estimate Report on Foreign Trade Barriers 2025 tidak masuk dalam agenda negosiasi itu.

"Tidak ada pembahasan soal Mangga Dua, jadi ini tidak ada detail inti," tuturnya.

Ia menyampaikan bahwa inti dari negosiasi antara Indonesia dan AS terletak pada upaya memperkuat kerja sama di bidang perdagangan dan investasi, bukan pada isu-isu sektoral yang dianggap bukan prioritas strategis saat ini.

Pemerintah juga menitikberatkan perhatian pada pengembangan industri nasional, antara lain melalui dorongan terhadap inovasi teknologi, pemanfaatan energi hijau, peningkatan kualitas SDM, serta perluasan akses ke pasar global.